Renungan Ibadah Minggu 4 Februari 2024

“Penderitaan Tidak Sia-Sia (Kiniseran e Labo sia-sia)
Yesaya 53:7-12

53:7 Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. 53:8 Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. 53:9 Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. 53:10 Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. 53:11 Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. 53:12 Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

Bagian ini diberi judul “Hamba yang Menderita,” telah sekian lama dimengerti oleh para pemimpin Yudaisme sebagai nubuatan tentang Penebus yang akan datang. Yesaya berbicara mengenai Mesias, sesuai dengan kesimpulan dari banyak rabi kuno. Yesaya 53 menegaskan hal ini. Sosok ini tumbuh sebagai “taruk, dan sebagai tunas dari tanah kering.” Tunas yang muncul, tanpa diragukan lagi mengacu pada Mesias, yang sebenarnya merupakan acuan Mesianik yang umum dalam Yesaya dan kitab lainnya. Keturunan Daud akan dibabat pada hari penghakiman seperti pohon yang ditebang, namun Israel telah dijanjikan bahwa akan ada tunas baru yang tumbuh dari tunggul pohon itu. Raja Mesias-lah tunas tersebut.

Yesaya pasal 53 merujuk kepada Mesias. Dia adalah Pribadi yang sangat dimuliakan. Raja-raja akan mengatupkan mulutnya ketika melihat Dia. Mesias adalah tunas yang tumbuh dari keturunan Daud yang telah jatuh. Dia menjadi Raja segala raja. Dialah yang menebus dosa semua manusia. Yesaya pasal 53 harus dipahami sebagai acuan terhadap kedatangan Anak Daud, Sang Mesias. Raja Mesias telah dinubuatkan untuk menderita dan mati demi membayar dosa-dosa kita dan kemudian bangkit kembali. Dia akan melayani sebagai imam bagi bangsa-bangsa di dunia dan memakai darah penebusan-Nya untuk menguduskan mereka yang percaya. Semua nubuatan ini mengacu pada satu Pribadi – Yesus Kristus! Mereka yang mengaku percaya pada-Nya adalah anak-anak-Nya, keturunan-Nya yang dijanjikan, dan harta rampasan dari kemenangan-Nya. Menurut kesaksian dari rasul-rasul Yahudi, Yesus mati untuk dosa-dosa kita, bangkit kembali, duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar, dan kini Dia melayani sebagai Imam Besar yang menguduskan kita dari dosa (Ibr 2:17; 8:1). Yesus, Mesias bangsa Yahudi, Dia-lah yang dinubuatkan oleh Yesaya.

Penderitaan adalah jalan sunyi. Dan sesungguhnya, tak ada orang yang ingin menderita. Namun, penderitaan bisa menimpa siapa saja, termasuk orang-orang yang hidup baik dan bertanggung jawab. Betul, ada cukup banyak orang yang menderita akibat kesalahan dan dosanya sendiri. Namun, tak semua yang menderita adalah akibat dosa. Realitas ini menjadi misteri. Teks Yesaya 53 menampilkan nubuatan mengenai hamba yang menderita. Bukan karena kesalahanNya, maka Ia menanggung sengsara. Dikatakan bahwa penyakit dan derita kitalah yang ditanggung-Nya. Artinya, penyakit dan derita orang lain. Hamba ini seperti kena tulah, dipukul Allah karena sesamanya manusia. Ia menjadi korban pengganti. Nubuatan Yesaya ini digenapi oleh Yesus Kristus. Hamba yang menderita adalah Yesus, orang Nazaret, yang diurapi sebagai Mesias atau Kristus untuk menebus manusia. Ia yang tak berdosa dibuat menjadi dosa sebab hanya orang yang tidak berdosa yang dapat menebus manusia berdosa. Orang itu adalah Yesus, Hamba Allah yang setia. Kesetiaan untuk hidup sebagai hamba Allah di tengah dunia yang berdosa memang tidak mudah. Ada salib yang harus dipikul. Kesetiaan kita malah acap diganjar dengan derita sebab dunia sering kali membenci kebenaran Kristus. Dalam menjalani hidup beriman, terselip kemungkinan bahwa kita pun bisa mengalami penderitaan kendati kita tak berbuat salah. Menderita walau tak berbuat dosa. Tetap taat dan setia kepada Tuhan Allah kita, penderitaan yang kita alami dalam kebenaran tidak akan sia-sia. (RSL)

Warta jemaat dapat didownload di sini