Bahan sermon PJJ 08 Maret 2023

Kisah Para Rasul 6:1-7
Tema:Pulung ngaturken dahin.

1) Setelah turunnya Roh Kudus, Jemaat mula-mula yang percaya sudah semakin bertambah pesat (Kis. 2:41) :3000 orang dan tetap bertambah lagi, ( ayt. 1), sedangkan rasul-rasul hanya 12 orang, ternyata dalam pertumbuhan gereja selalu terjadi masallah baru, yakni Jemaat Jahudi, si berbeda faham, yakni:
a) Orang Jahudi Ortodoks : Bahasa aram, sangat kental hidup dalam tradisi jahudi asli, dan Jemaat Jahudi perantauan: Bahasa Junani, longgar terhadap tradisi, dianggap kelas dua.
b) Tradisi/ budaya Jahudi Kuno yang diterusken dalam PL, yakni gotong royong dan hidup berempati, masih sangat kental, dan hal itu berlaku bagi Jahudi Ortodoks.
c) Ada dua cara mengutip dalam menerima bantuan dari setiap orang-orang Jahudi, yakni petugas synagoge membawa:
– Keranjang: bantuan sosial kepada orang-orang miskin, janda dan yatim piatu, untuk biaya makan 2x sehari dalam seminggu.
– Baki/ kotak: bantuan sisifatna mendadak.
d) Karena pertambahan jemaat semakin hari semakin tak terbendung oleh karena pekerjaan rasul-rasul dalam berdoa dan mengajar, maka tugas pelayanan meja, pelayanan bagi para janda dan orang-orang miskin, terutama orang-orang Jahudi perantauan sudah diabaikan. Rasul-rasul menyadari kekurangannya (ayt 2). maka mereka bersama-sama jemaat bermusyawarah dan setuju dengan menambah tenaga dari jemaat untuk melayani yaitu dengan memilih 7 orang diaken, (ayt.3-6). Jadi pelayanan gereja pada waktu itu tidak saja memperhatikan jasmani tapi juga kebutuhan rohani.

2) Pekerjaan bagi para diaken, bukan pelayanan gampang, tetapi pelayanan yang sangat berat, maka dibuatlah kreteria dalam pemilihan yakni: berkarakter baik: memiliki reputasi yang tinggi, Memiliki spritualitas hidup dengan nyata, Penuh hikmat (wisdom): bukan saja punya pengetahuan luas tetapi mampu menerapkan dalam situasi tepat sehingga membawa sukacita dan berkat bagi banyak orang.

3) Dari sudut pandang tema: Pulung ngaturken dahin gelah mehuli ras ratur:
Para rasul yang telah bekerja dan melayani, sadar ini adalah pekerjaan untuk melayani Tuhan, maka ketika orang-orang yang tidak puas datang bersungut-sungut, justru menyikapi ketidakpuasan itu dengan baik. Bukan berhenti karena menghadapi ‘masalah’, melainkan mencari solusi agar ‘masalah jadi kekuatan dalam pelayanan. Bagi para rasul, solusi yang mereka temukan adalah: kerjasama, tidak lagi bekerja sendirian, atau secara tim 12 orang, melainkan memberdayakan jemaat yang juga memiliki kerinduan untuk melayani dan membangun jemaat.= win-win sulosoin. Pelayanan yang berdampak.

4) Harus melihat pelayanan secara menyeluruh/ universal. Masih banyak orang dalam menghadapi suatu tantangan, dia lebih focus hanya pada masallah yang terjadi saja, sehingga pelayanan yang lain jadi terabaikan. Para rasul tetap menangani setiap pelayanan pengajaran terhadap firman Allah dan doa (ay. 2, 4, Bila ada persoalan yang terjadi, janganlah itu menjadi tembok, tetapi mampu mendewasakan iman sehingga dapat menambahkan jumlah orang-orang yang bertobat karena mendengar Injil. Jadi gereja sejati harus terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh iman kepada Kristus dan bertumbuh semakin menyerupai Kristus, (Ef. 4:11-15). Dengan demikian secara otomatis pelayanan dalam bidang Koinonia dan Diakonia turut berkembang pesat juga, dan mampu membangun pengenalannya akan kasih Kristus/ labo rayo-ayo, labo gelah enggo dung (pola pikir Jahudi orthodox, terhadap Jahudi diaspora.

5) Tradisi dalam budaya, (empati dan ngeripe )adalah merupakan pintu/ jalan, tetapi selalu diterang oleh landasan Firman Tuhan, maka jiwa pelayanan tri tugas gereja tetap jalan dan mendasar.
Amanat agung yang menarik untuk diperhatikan bahwa pelayanan yang dipilih bukan untuk berbicara, atau mengajar, melainkan untuk berbuat dan mendemonstrasikan pelayanan Kristus bagi jemaat

6) Kesimpulan : Tema dihubungkan dengan musyawarah ngawan/ sidi:

  • Jemaat mula-mula, karena pelayanan dan doa dari rasul-rasul, jemaat berkembang pesat, akhirnya pelayanan meja tertinggalkan. (system Mitigasi/ masallah baru timbul tanpa sengaja ada yang terabaikan lalu di Restoratif hingga menemukan solusi dengan baik yakni pengangkatan para diaken.
  • Musyawarah ngawan: secara bersama-sama melihat dan mendata permasalahan yang terjadi dalam kehidupan berjemaat agar terjadi pertumbuhan dan perkembangan gereja menjadi lebih baik melalui persekutuan, kesaksian, pelayanan, dan pembinaan untuk diusulkan kepada majelis jemaat.
  • Musyawarah ngawan adalah merupakan sarana bagi jemaat untuk dapat ambil bagian dalam memberikan masukan-masukan atau usulan-usulan baru, agar jemaat tidak saja bertumbuh tetapi harus sampai berkembang dan menghasilkan buah yang manis. (jadi musyawarah ngawan bukan saja sifatnya secara praktis, atau melemahkan, tetapi membangun dan mempersatukan.
  • Maka usulan-usulan itu akan dibahas lebih dalam untuk menjadi suatu penetapan dalam pelayanan
  • Dari hasil penetapan itu maka segera direalisasikan, dan hasilnya (ayat 7) pengajaran dan pelayanan terarah dan jemaat akan dapat bertumbuh subur dengan baik.

7) Ingat: dimana jemaat semakin bertumbuh tentu masallah pelayanan juga akan semakin banyak, maka mari kita belajar untuk hidup dalam satu hati,satu kasih dan satu tujuan dalam melayani Tuhan.