Kehidupan setelah Kematian:
Perspektif Alkitab
Webinar GBKP Pulomas
Pdt. Asigor P. Sitanggang, Th.D.
Dua Pertanyaan Dasar
Ada dua pertanyaan dasar yang menjadi dasar dari makalah ini: Pertama, apakah manusia mati dan berhenti selamanya alias lenyap? Kedua, apakah yang menentukan seseorang masuk ke dalam surga?
Kematian: Definisi
Penyelidikan filosofis tentang kematian manusia telah difokuskan pada dua pertanyaan menyeluruh:
- Apa itu kematian manusia?
- Bagaimana kita dapat menentukan bahwa itu telah terjadi?
Apa Itu Kematian Manusia? Pertanyaan pertama adalah ontologis atau konseptual. Jawaban untuk pertanyaan ini akan terdiri dari definisi (atau konseptualisasi). Contohnya termasuk kematian sebagai penghentian fungsi organisme yang tidak dapat dipulihkan dan kematian manusia sebagai kehilangan kepribadian yang tidak dapat dibalikkan.
Apa yang Terjadi dengan Tubuh ketika Mati? Pertanyaan kedua adalah epistemologis. Jawaban lengkap untuk pertanyaan ini akan memberikan standar umum (atau kriteria) untuk menentukan kematian telah terjadi dan tes klinis khusus untuk menunjukkan apakah standar telah dipenuhi dalam kasus tertentu. Contoh standar untuk kematian manusia adalah standar tradisional kardiopulmoner dan standar seluruh otak.
Proses Kematian: Medis
Dr. Sam Parnia, direktur penelitian perawatan kritis dan resusitasi di NYU Langone School of Medicine di New York City, mengatakan kematian adalah “sangat nyaman”.
Mengenai proses fisik, ia mengatakan: “Kematian adalah sebuah proses, ini bukan momen hitam putih.
“Hasil akhirnya adalah kita memiliki pengurangan oksigen yang masuk ke dalam otak ketika kita akan mati dan itu menyebabkan sirkuit otak kita mati dan kita menjadi tidak sadar dengan dunia luar.
Ketika jantung berhenti, semua proses kehidupan keluar karena tidak ada darah yang masuk ke otak, ke ginjal, dan hati dan kita menjadi tidak bernyawa dan tidak bergerak dan itu adalah waktu yang digunakan dokter untuk memberi kita waktu kematian.”
Kematian: Proses Mental
Tetapi dokter, yang telah menulis beberapa penelitian dan buku-buku tentang masalah kematian, mengatakan ada proses mental, yang telah membuat orang-orang yang selamat dari kematian mendekati pengalaman merindukan kematian lagi.
Dr Parnia, yang telah membawa ribuan pasien kembali dari tepi jurang, mengatakan: “Ketika kita mati, pengalaman itu tidak menyenangkan bagi sebagian besar orang. “Bagi kita yang mati secara alami, bahkan jika kita kesakitan sebelum kita mati, proses kematian menjadi sangat nyaman, itu sangat bahagia, damai.
“Orang-orang menggambarkan suatu sensasi dari cahaya yang terang, hangat, ramah yang menarik orang ke arahnya.” Mereka menggambarkan sensasi mengalami kerabat mereka yang telah meninggal, hampir seolah-olah mereka datang untuk menyambut mereka. Mereka sering mengatakan bahwa mereka tidak ingin kembali (hidup) dalam banyak kasus, itu sangat nyaman dan seperti magnet yang menarik mereka sehingga mereka tidak ingin kembali.
Banyak orang menggambarkan sensasi berpisah dari diri mereka sendiri dan menyaksikan para dokter dan perawat bekerja pada mereka. Mereka dapat mendengar hal-hal dan merekam semua percakapan yang terjadi di sekitar mereka. Beberapa dari mereka menggambarkan sensasi di mana mereka meninjau semua yang telah mereka lakukan.
Kematian Menurut Alkitab
Gambar dan Rupa
Kejadian 1:26 menyatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar (Ibr.: tselem; Yun.: eikon; Lat.: imago) dan rupa (Ibr.: demuth; Yun.: homoiosis; Lat.: similitudo) Allah. Bagi sebagian ahli, keserupaan itu tidak boleh dibatasi pada hakekat rohani saja, tetapi juga hakeket badani.
Sesudah manusia jatuh dalam dosa, ia masih mempunyai gambar Allah (Kej. 9:6; Yak.
3:9). Kitab Suci juga mengatakan bahwa manusia sekarang kehilangan gambar Allah (Ef. 4:24). Ini bukan pertentangan, tetapi dapat dijelaskan sbb.: setelah jatuh ke dalam dosa manusia masih memiliki gambar Allah tetapi karena dosa merusak, maka gambar itu juga rusak. Teladan Allah yang terang hanya dapat menjadi milik manusia jika dosa dan buahnya dihilangkan.
Dosa dengan buahnya dihilangkan oleh Kristus. Manusia yang baru berarti manusia yang sudah dibersihkan oleh Kristus dari dosa; dibangun kembali gambar Allah di dalam dirinya. Para ahli membedakan dua gambaran Allah, yaitu umum dan khusus. Gambaran Allah yang khusus (imago Dei specialiter) adalah pengetahuan, kebenaran dan kesucian yang telah hilang setelah kejatuhan manusia. Sementara, gambaran yang umum (imago Dei generaliter) adalah segala sifat manusia yang membedakan manusia dari mahluk lainnya, yaitu jiwa rasional (anima rationalis), akal budi (intelectus) dan kemauan atau kehendak (voluntas). Dan ini yang dipahami oleh gereja secara ortodoks.
Gambar dalam rupa sesungguhnya adalah suatu makna yang sama dengan dua kata berbeda sehingga hanya suatu pengulangan dan adalah suatu hal yang umum di dalam sastra Ibrani. Menurutnya, manusia yang menurut gambar Allah adalah manusia yang berada dalam hubungan dengan Allah; manusia hidup dalam kemerdekaan terhadap dunia ini; dan bahwa manusia diciptakan untuk hidup dalam persekutuan dengan sesamanya.
Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah dan membuat manusia berbeda dengan mahluk-mahluk lainnya. Gambar itu mencakup a.l. pengetahuan, kesadaran moral, kesempurnaan moral asli dan kekekalan. Dan kejatuhan manusia masih menyisakan gambar Allah di dalam diri manusia.
Tselem dan demuth hanya menunjukkan bahwa ada kesamaan antara Allah dengan manusia, khususnya Adam. Set tidak disebutkan sebagai” diperanakkan menurut rupa dan gambar Allah” tetapi “menurut rupa dan gambar Adam” (Kejadian 5:3). Gambar dan rupa lebih menunjuk kepada kesamaan anak dengan bapanya. Selebihnya, isi kesamaan tersebut tidak dijelaskan, yaitu kesamaan Allah dengan manusia.
Relasi Manusia dengan Dirinya: Unsur-unsur Materi dan non-Materi Manusia
Kej. 2:7: manusia dibuat dari debu tanah dan Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya. Manusia terbuat dari daging (basar, Yun.: sarx) dan dari jiwa yang hidup (nefesy, Yesaya 10:18, Yunn.: psukhe). Meskipun manusia merupakan debu (afar, Kejadian 2:7, 3:19; Mazmur 104:29), ia diberi nafas hidup (nesyama, Kejadian 2:7) dan roh Allah (ruakh, Ayub 27:3, Yun.: pneuma).
Pertama-tama ini menegaskan bahwa manusia tidak berada dengan sendirinya tetapi ada yang menciptakan, yaitu Allah. Kemudian, cara Allah menciptakan manusia berbeda sekali dengan mahluk-mahluk lain. Manusia diciptakan dari debu tanah (adamah, Kejadian 2:7) yang ke dalamnya dihembuskan nafas hidup.
Struktur manusia atau hubungan materi dan materi manusia
Tubuh atau badan adalah ungkapan yang dipergunakan Alkitab untuk menyebutkan manusia dalam keseluruhannya dari segi lahir. Jiwa atau nyawa adalah ungkapan yang dipergunakan Alkitab untuk menyebutkan manusia dalam keseluruhannya, sebagai mahluk yang bernafsu, berkehendak, berpikir dan sebagainya. Dapat dikatakan, bahwa menurut Alkitab, jiwa atau nyawa menampakkan manusia dalam keseluruhannya, dari segi batin.
Hati (Ibr.: lev; Yun.: kardia) adalah suatu ungkapan yang dipergunakan Alkitab untuk mengungkapkan segi hidup manusia yang tidak nampak, yang tersembunyi di belakang yang tampak, yang menjadi asas pribadi manusia. Dengan hatinya manusia dapat mengetahui, dapat mengerti dll. Dengan ungkapan hati ini Alkitab juga menunjuk kepada manusia dalam keseluruhannya (atau keutuhannya) dari segi batin
Roh adalah segi hidup manusia yang batin juga, yang dapat menerima dan menyatakan segala macam pengamatan rohani. Menurut Alkitab, roh ini bukan sesuatu yang berdiri sendiri.
Roh adalah manusia sebagai keseluruhan, sebagai mahluk yang berpikir, yang berbuat, yang berkehendak, dll.
Dikotomi Manusia
Dikotomi berasal dari kata dikha yang berarti dua dan temno yang berarti memotong. Dikotomi berarti manusia terdiri dari dua bagian yaitu jiwa dan tubuh. Sementara trikotomi berasal dari kata Yunani trikha (tiga) dan temno. Trikotomi berarti manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu tubuh, jiwa dan roh.
Pendukung dikotomi menegaskan bukti-buktinya, yaitu pemakaian istilah jiwa dan roh secara bergantian (Matius 6:25; 10:28; Luk. 1:46; Pengkhotbah 12:7; 1 Korintus 5:3-5); kematian dilukiskan sebagai menghembuskan nafas terakhir (Kejadian 35:18) dan menyerahkan nyawa (Mazmur 31:6; Lukas 23:46); orang mati disebut roh (Ibrani 12:23) dan juga jiwa (Wahyu 6:9).
Pendukung trikotomi terutama mengacu kepada Ibrani 4;12 dan 1 Tesalonika 5:23.
Trikotomi Manusia
Gagasan trikotomi ada dalam filsafat Yunani, yang terdapat juga di dalam agama Hindu dan Kebatinan, di mana roh itu suci sementara tubuh itu berdosa. Dengan kata lain, manusia adalah suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Ini benar pada saat manusia hidup di bumi.
Pada saat ia mati, tubuhnya yang terbuat dari debu tanah, kembali menjadi tanah. Ketika ia ke sorga atau neraka pada saat ia mati, walaupun tubuhnya menjadi debu kembali, roh
(atau/dan jiwa) yang ada di neraka atau di sorga adalah dirinya sebagai manusia yang utuh.
Kematian dalam Alkitab: Perjanjian Lama
Sejak kejatuhan ke dalam dosa, kehidupan setiap manusia di bumi pasti berakhir dengan kematian (Kej. 2:7; bdk. 5:5).
Dalam Perjanjian Lama, setiap manusia yang mati akan masuk ke dalam dunia orang mati (Ibr.:
Sheol; Yun.: Hades; lih. Kej. 37:35).
Sheol (Ibr.) / Hades (Yun.) – Dunia Orang Mati
Di dalam Perjanjian Lama, setelah mati, seseorang akan memasuki sheol. Asal kata kurang pasti, bisa dari shal yang berarti ‘meminta’, shul ‘lemah’ ataupun sha-al ‘ruang terbuka’. Sheol sendiri merujuk kepada “tempat yang ada di bawah dunia ini” (Ul. 32:22; Yes. 14:9) dan digunakan sebanyak 65 kali di dalam Perjanjian Lama dan diterjemahkan dengan kata-kata seperti “kuburan” (Ay. 17:13; Mzm. 16:10; Yes. 38:10), “jurang yang dalam”, dll.
Sheol digambarkan sebagai tempat tujuan orang mati (Kej. 37:35; 42:38; 44:29, 31; Bil. 16:33; Ay. 14:13; Mzm. 55:15; 89:49; Ams. 9:18), tidak ada lagi perbuatan (Pkh. 9:10), dan Tuhan tidak dipermuliakan di tempat ini (Yes. 38:18; Mzm. 6:6).
Namun orang percaya akan dibebaskan dari syeol (Mzm. 16:9-11; 17:15; 49:15). Fokus utama Perjanjian Lama atas pengertian syeol adalah tempat kemah tubuh manusia ke mana ia pergi, dan bukan di mana jiwa mereka berada. Tidak disebut ke mana orang pergi setelah mati.
Tetapi tidak ada teks dalam Perjanjian Lama yang berkata apa-apa selain dunia orang mati. Surga hanya jadi tempat kediaman Allah dan tidak disebut bahwa ada manusia di surga (Ul 26:15; bdk. Mzm. 73:25).
Kematian dalam Alkitab: Perjanjian Baru
Mk. 9:42-50 menyinggung istilah hidup (ζωὴ, zoe, hidup yang bersifat kekal) dan neraka (γέεννα, gehena). Neraka ditambahi dengan πῦρ τὸ ἄσβεστον (pur to asbeston, api yang tak padam). Hidup ditambahi dengan Kerajaan Allah (βασιλεία τοῦ Θεοῦ, Basileia tu Theu) yang merujuk kepada surga.
Lk. 16:19-31: Dalam perumpamaan ini, orang-orang mati berlanjut kehidupannya. Orang kaya yang zalim masuk api neraka tak terseberangi. Lazarus miskin yang terzalimi masuk kehidupan kekal. Ada Abraham dalam kehidupan kekal. Kehidupan dan api neraka dan dunia manusia tidak terseberangi.
Mt. 10:28: “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”. Neraka adalah tempat Allah membinasakan manusia (bdk. Mt. 23:33).
Yoh. 3:16: Setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (ζωὴ αἰώνιον, zoe aionion).
Yoh. 6:50, 51: Yesus adalah roti hidup. Yang memakan roti hidup, atau menerima Yesus, tidak akan mati, melainkan beroleh hidup selama-lamanya.
Yoh. 11:26-28: Ada kehidupan setelah kematian. Yang percaya kepada Yesus tidak akan mati selamanya, melainkan hidup selamanya.
Ibr. 9:26-28: Manusia hanya hidup sekali. Setelah itu, ia mati. Kemudian ia langsung dihakimi.
2 Kor. 5:1-10: Setelah keluar dari kemah ini, kita pindah ke dalam kekekalan. Ada tersedia kediaman sorgawi. Menetap bersama Tuhan.
1 Tes. 4:13-18: Yang mati dikumpulkan bersama-sama Tuhan. Kehidupan berlanjut. Pada akhir zaman, yang nhidup bergabung bersama Tuhan.
Seperti apakah surga?
Setelah Yesus dibangkitkan dari kematian, Ia naik ke surga. Alkitab mencatat: “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga” (Kis. 1:11).
Sebelumnya, Yesus berkata kepada para murid-Nya: “di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” (Yoh. 14:2,3).
1) Surga digambarkan memiliki struktur bangunan
Mitos-mitos populer yang digambarkan oleh film-film Hollywood menggambarkan surga sebagai suatu tempat yang keren dengan roh-roh duduk di atas awan memainkan harpa atau terbang di angkasa. Namun pemikiran seperti itu justru mengecewakan.
Mengapa Anak Allah yang kekal mengambil rupa manusia yang terbatas untuk menawarkan kehidupannya untuk mati di kayu salib, hanya untuk kita dapat memiliki keberadaan yang tidak bermutu yang bahkan tidak sebaik kehidupan di dunia ini, apalagi bila itu untuk kekekalan?
Alkitab menyebut bahwa Yesus mendirikan rumah-rumah bagi mereka yang memperoleh keselamatan. Maka itu seharusnya memiliki kemiripan dengan kehidupan di bumi sekarang ini.
“Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku” (Mt. 26:29). Ayat ini menunjukkan beberapa hal, yaitu ada makan dan minum, ada anggur yang mengindikasikan ada kebun anggur.
Alkitab bahkan merujuk surga sebagai sebuah negeri “Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka” (Ibr. 11:16).
Sebelum dosa datang ke dalam dunia ini, dunia adalah Firdaus jasmani – sebuah taman yang cantik penuh dengan beragam buah-buahan, tetumbuhan, dan hewan-hewan.
Ketika dosa dihapuskan dari alam semesta ini, kita akan menjalani kehidupan sebagaimana awalnya atau aslinya Allah kehendaki bagi umat manusia ketika Ia pertama kali menciptakan Taman Eden – bukan sebagai roh-roh di awan-awan, tetapi dalam surga yang seperti bumi.
2) Kasih yang sempurna tidak egois memerintah semua hubungan dalam surga
Alkitab berkata: “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” (1 Yoh. 4:8).
Mereka yang mengasihi Allah melakukan perintah-perintah-Nya (Yoh. 14:15). Penghuni surga mematuhi perintah-perintah Allah akan kasih (Mzm. 103:19-21).
3) Kita akan memiliki tubuh di surga
Tubuh kita akan dibebaskan dari penyakit, rasa sakit dan kematian di surga (1 Kor. 15:40-49). Kita akan memiliki tubuh. Alkitab berkata: “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.” (Flp. 3:20, 21).
Tubuh kebangkitan Yesus adalah jasmani. Yesus berkata: “Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” ” (Lk. 24:39).
Kita akan mengenal orang-orang yang kita kasihi. Alkitab berkata: “karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal” (1 Kor. 13:12).