Ibadah Minggu 27 Maret 2022

“Bersukacitalah Di Dalam Tuhan”
Masmur 32:8-11

32:8 Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu. 32:9 Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau. 32:10 Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia. 32:11 Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!

  Kita bersukacita atau berbahagia karena kita tidak lagi menjadi hamba dosa, tetapi sebaliknya  adalah menjadi hamba kebenaran. Ini adalah kebahagiaan orang-orang yang percaya kepada Tuhan.  Kita tidak harus menyelesaikan berbagai persoalan yang sering kita hadapi dengan kekuatan kita sendiri, tetapi oleh Tuhan sendiri. Kita datang kepada Tuhan di dalam pertobatan yang sejati, dan Tuhan yang setia dan adil pasti akan mengampuni. Oleh karena itu janganlah sukacita hidup  ini terjadi lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan, daripada oleh iman dan kehendak Allah. Sebab jika demikian, maka sukacita itu menjadi kerdil dan gersang.  Maka kejarlah sukacita kita dalam Tuhan. (Tema).

Mazmur 32, dimana Daud merasakan sangat bersukacita sebab ia telah dibebaskan dari belenggu dosa yang  sebelum dosanya diampuni  Ia merasa sangat tertekan bahkan  ketulang sumsumnya  ia merasakan panas yang luar biasa. Artinya ia tidak memiliki ketenangan , ketentraman dalam hidupnya tidak ada yang memberikan sukacita, pada hal ia adalah raja pemilik segalanya.   Hal ini dapat dilihat ketika nabi Natan menegornya dan akhirnya ia datang kepada Tuhan dan mengakui semua dosanya (2 Sam 12:13).   Ia menggunakan kuasa dan hawa nafsunya untuk merebut istri Uria, dan merasa dengan memiliki istri lagi akan  mendatangkan sukacita tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Maka ketika dosa itu terus menguasai hidupnya maka hidupnya menjadi gelap, maka  selagi masih ada kesempatan hendaklah datang kepada Tuhan, dan jangan mengeraskan hati, sebab Tuhan pasti mengampuni.  Daud bersaksi bahwa Tuhan bukan hanya mengampuni tetapi juga diselamatkan, artinya terjadi  dua hal:  pertama: mendengarkan, dan mau mengarahkan mata kepada jalan yang akan ditunjukannya. Hidup orang yang diselamatkan harus berfokus kepada Tuhan agar tidak disesatkan kembali oleh dunia dan keadaan sekitarnya. Kedua: supaya jangan keras kepala dan sulit mendengarkan didikan Tuhan. Daud melambangkanya seperti kuda yang tidak berakal. Artinya tidak mau mendengarkan dan tetap dikuasai oleh keinginanya dan nafsunya. Karena  kegarannganya atau nafsunya harus dikendalikan dengan kekang. Demikian juga orang yang sudah diselamatkan harus bisa mengekang dirinya dari semua keinginanya yang bisa menyebabkan jatuh lagi kedalam belenggu dosa. Mzm 37 :9 dikatakan bahwa orang fasik yang berbuat jahat akan dilenyapkan tetapi orang yang menantikan Tuhan akan mewarisi negri. Jadi untuk mendapatkan sukacita maka datanglah kepada Tuhan dan terus belajar untuk hidup seturut dengan kehendaknya. (Invocatio).

Tekanan hidup memang seringkali menjadi penghambat untuk bersukacita. Berbagai beban masalah akan lebih mudah merampas kegembiraan dari hidup kita.   Tapi kalau kita mau mengandalkan iman dan berpegang teguh pada firman Tuhan, maka kita akan selalu menemukan alasan untuk tetap bersyukur. Bukan yang terjadi pada kita yang menentukan apakah kita mampu bersukacita atau tidak, tetapi respon kita terhadap kejadian itulah yang penting. ( Latare). Renungan: Hidup yang penuh dengan sukacita mampu menyentuh jiwa orang lain dan membangkitkan semangat yang terpuruk. Karena sukacita itu ibarat cahaya, yang harus dipancarkan untuk mengubah dunia ini menjadi lebih terang. Karena itu sambutlah setiap harinya dengan rasa syukur dan hiduplah dengan penuh sukacita. (MG).

Warta jemaat dapat di download pada link ini