
“Tek Man Padan Dibata”
Terj: “Percaya Akan Janji Tuhan”
Ibrani 11: 11 – 16
11:11 Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.
11:12 Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.
11:13 Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.
11:14 Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air.
11:15 Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.
11:16 Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.
Bagi manusia, mudah sekali mengucapkan janji. Tapi sering kali janji, hanya tinggal janji. Apa yang dijanjikan ternyata tidak selalu mudah untuk ditepati. Kadang ada yang terlewatkan karena sengaja atau tidak sengaja lupa. Ada pula janji yang kemudian enggan ditepati. Sebagian besar ada yang menganggap janji menjadi hal sepele dan tidak penting untuk dipenuhi. Sering kali janji manusia berujung kekecewaan, sekalipun pepatah mengatakan janji adalah hutang.
Bukankah Allah sendiri berjanji akan memberikan negeri yang ditempati oleh orang-orang Kanaan itu sebagai milik pusaka bagi Abraham dan keturunan-keturunannya? (Kej 12:7). Tapi apakah sampai akhir hayatnya Abraham benar-benar sudah melihat janji itu? Jelas tidak, bahkan sampai akhir hayatnya pun Abraham masih tinggal sebagai seorang asing di tanah yang dijanjikan itu. Satu-satunya penanda penting bahwa tanah itu kelak akan dimiliki oleh Abraham dan keturunannya secara penuh adalah ketika Abraham membeli tanah orang kanaaan itu untuk dijadikan pembaringan terakhir Sara yang wafat. Pengakuan imannya adalah landasan yang penting, bahwa dirinya hanyalah orang asing dan perantau di bumi ini. Mengapa penting, sebab hal ini menunjukkan dengan begitu jelas bahwa mereka yang berpandangan demikian sedang mencari negeri yang akan menjadi tanah air mereka. (ayt.14). Negeri yang dimaksudkan bukanlah negeri yang sudah mereka tinggalkan sebelumnya. Sebab kalau negeri itu yang mereka pikirkan, maka sudah banyak kesempatan bagi mereka untuk kembali, (ayt.15), tetapi nyatanya yang dirindukan mereka adalah negeri yang jauh lebih baik, yaitu tanah air sorgawi (ayt. 16).
Sikap iman yang demikian membuat Allah tidak malu disebut Allah mereka, dan karena Allah telah mempersiapkan sebuah kota bagi orang beriman. Saat janji Tuhan akan keturunan yang menjadi bangsa besar, memang tidak semua dapat disaksikan oleh Abraham, tetapi melalui imannya, ia percaya bahwa, janji Tuhan tetap dinyatakanNya sesuai waktu dan cara Tuhan yang tepat. Walau janji Tuhan sampai akhir hidup belum diperoleh, tapi semua kegenapannya tetap akan dinyatakan. Proses penantian akan janji Tuhan itulah menjadi suatu bagian yang membawa sukacita besar bagi orang percaya sekalipun tidak langsung diterima, dan sekalipun kematian datang, janji Tuhan tetap akan diterima hingga nanti tiba di tanah sorgawi. (Tema)
Moria GBKP yang diperingati dalam minggu ini, tentulah harus berperan aktif menikmati proses pertumbuhan iman dan tetap taat pada perintah Tuhan, agar kehidupan Moria menjadi kesaksian hidup bagi orang percaya. Sama seperti Ester dengan tetap percaya yang disertai sikap dan tindakan iman maka ia mengerjakan bagiannya dan menyerahkan kepada Tuhan yang memberikan jalan keselamatan. (Bacaan) Meskipun hidup di dunia penuh tantangan, atau diisolasi, atau diposisikan sebagai pendatang, namun Allah berjanji akan memberikan tempat yang permanen, tempat yang abadi, yakni rumah kekal, di surga.
Belajarlah untuk percaya kepada Tuhan, dengan berelasi akrab denganNya. Dari situlah kita dapat mengerti rencana Tuhan dan janjiNya bagi kita tidak akan kembali sia-sia. (Invocasio).
Renungan: Jangan bicarakan besarnya masalah kita, tapi bicarakan besarnya Tuhan Allah kita. Sebab Firman-Nya dapat membangkitkan semangat dan keberanian untuk menghadapi segala tantangan.
Pdt. Maslon Ginting
Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 17 Oktober 2021