Renungan dan Ibadah Minggu, 22 Agustus 2021

“Nasihat Seorang Ayah”

1 Raja-raja 2: 1 – 4
Pesan Daud yang terakhir sebelum meninggal

2:1 Ketika saat kematian Daud mendekat, ia berpesan kepada Salomo, anaknya:
2:2 “Aku ini akan menempuh jalan segala yang fana, maka kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki.
2:3 Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju,
2:4 dan supaya TUHAN menepati janji yang diucapkan-Nya tentang aku, yakni: Jika anak-anakmu laki-laki tetap hidup di hadapan-Ku dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, maka keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel.

Perentah Daud si perpudina man Salomo

2:1 Asum Daud nandangi mate idilona anakna Salomo, jenari iberekenna man bana kata ajar si perpudi nina,
2:2 “Genduari seh me paksana aku mate. Teklah janah tetaplah ukurndu.
2:3 Bahanlah kai si isuruh TUHAN Dibatandu man bandu. Ikutkenlah kerina undang-undangNa ras pedahNa, bagi si tersurat i bas Undang-undang Musa, gelah kujapa pe kam lawes sangap kam i bas kerina si idahikenndu.
2:4 Adi ikutkenndu kataNa, la banci lang isehken TUHAN padan si ibahanNa asum ikatakenNa man bangku maka kesusurenku tetap ngerajai Israel adi alu tutus ate ikutkenna pedah Dibata asa ukur ras gegehna lit.

Pesan terakhir dari seseorang yang akan segera meninggal dunia biasanya sangat penting, sebab pesan itu keluar dari hasil refleksi diri selama menjalani kehidupan. Suatu saat orang tua pasti akan mati dan anak-anak harus sanggup memikul beban dari panggilan itu sendiri. Dia harus mampu menjalaninya sebab seorang anak yang tidak bisa memikul tanggung jawab yang diberikan dalam hidupnya sungguh sangat memalukan sekali. Ketika orang tua masih ada tentu segala kebutuhan, pendidikan, kesehatan, spiritualitas diperlengkapi agar menjadi mandiri dan itu semuanya harus dihidupi ketika orang tua sudah menninggal. Hendaknya orang tua janganlah sediakan semuanya, tetapi latihlah anak anak untuk bertanggungjawab, dan dewasa dalam memikul bebannya sendiri, agar juga dapat juga membantu mengangkat beban orang lain dalam kasih. (Invocasio)

Dalam kondisi yang lemah dan sakit-sakitan Daud mengangkat anaknya Salomo menjadi raja, estafet ini dilakukan bukan kehendak dirinya melainkan atas ketetapan Allah dan kerajaan. Daud tahu bahwa kematiaanya sudah dekat. Daud digambarkan sedang berbaring di tempat tidurnya memberikan pesan-pesannya yang terakhir melakukan perintah dan hukum Allah membutuhkan kekuatan dan keteguhan hati. Salomo masih sangat muda dan belum mempunyai pengalaman dalam banyak hal. Dan jangan lupa, ada kekuasaan yang bekerja menentangnya, yang bermusuhan dengan dia, dan sewaktu-waktu dapat merebut takhtanya. Itulah sebabnya Daud menghimbau Salomo untuk menjadi kuat, dan menjadi seperti laki-laki. Tidak terkira tekanan dan ujian yang dihadapi, dan Salomo tidak boleh menyimpang dari jalan Allah.

  1. Kondisi Daud menggambarkan bahwa waktunya akan berakhir dan kembali kepada penciptanya. Sebagai bapa dia memberikan wasiat, dengan tujuannya agar Salomo terus mengingat dan tetap hidup dalam kebenaran Firman Tuhan dalam memerintah umat-Nya.
  2. Mendorong Salomo agar tetap setia kepada Tuhan, dan mempersiapkan keturunannya juga menjadi bangsa besar dan tetap takut akan Tuhan. Daud menceritakan dan memberikan apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan dan janji tersebut harus tergenapi dalam pemerintahannya di masa mendatang.
  3. Daud adalah seorang yang mendapatkan janji Allah serta berkat-Nya yang berlaku bagi keluarga dan keturunannya. Sekarang yang harus Daud lakukan adalah mengingatkan anaknya untuk tetap hidup dihadapan Tuhan dengan setia, dan dengan menuruti apa yang sudah tertulis dalam hukum Musa. Daud telah belajar melalui pengalaman dan disiplin yang menyakitkan bahwa keberhasilan dan berkat Allah tergantung pada kesetiaan dan berada di jalan dan kebenaran Allah. Jadi, Daud sangat mendambakan agar Salomo hidup taat dan setia kepada Allah. Sama seperti Rasul Paulus, mengajar kita untuk berdiri dengan teguh di dalam iman dengan tetap memberi diri untuk diperlengkapi oleh hikmad maka kita akan mengalami keberhasilan dan keberuntungan, sebab Tuhan, Allah, menyertai kita. (Bacaan).

Hidup dalam rencana Allah dan membangun iman, adalah landasan yang kuat untuk hidup taat dan dapat bertahan, karena pada waktu kita susah atau gagal, rencana Allah tetap berlaku. Kita sebagai bapa (orang tua) terus menerus membekali diri dan keluarga untuk setia dan taat bukan untuk kepentingan kita, melainkan hidup menjadi bagian rencana Allah, yaitu sesuatu yang jauh lebih hebat, agung dan besar daripada kepentingan kita. Sebagai orang percaya, kita perlu menetapkan pola hidup, menjadi trend bagi kerajaan Allah, yaitu dengan memegang nilai kebenaran Firman Tuhan supaya kita dijauhkan dari trend dunia yang membawa kita kepada kehancuran seperti materialistis, hedonis. Pola hidup sederhana, dipakai/ menjadi berkat bagi sesama, menebarkan kasih dan tidak hidup egois tetapi berbagi dan saling melayani.
Renungan: kita hidup terus menerus berhadapan dengan nilai-nilai dunia, agar mampu hidup dalam hikmat Tuhan, membutuhkan perjuangan kerendahan hati dan menyangkal diri.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 22 Agustus 2021