Renungan dan Ibadah Minggu, 15 Agustus 2021

“Kita Berharga Karena Kristus”

1 Korintus 7: 17 – 24
Hidup dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah

7:17 Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat.
7:18 Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat.
7:19 Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah.
7:20 Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah.
7:21 Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu.
7:22 Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya.
7:23 Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.
7:24 Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.

Setiap kali mengalami sesuatu yang baru dan mengesankan, kita menyebutnya sebagai anugerah Tuhan. Memang benar, sebab hidup yang kita jalani adalah merupakan anugerah, karena seluruh masa dan waktu adalah milik Tuhan. Bila kita menerima dengan iman, berarti kita senantiasa menerima anugerah-Nya, yang selalu baik dan tetap memuliakan Allah sendiri. Jadi, sikap utama adalah selalu menerimanya secara positif, yakni dengan ucapan syukur melalui kesetiaan iman kepada Tuhan. Sebab tanpa kesetiaan, kita dapat membayangkan bagaimana jadinya kehidupan ini, mungkin saja lebih buruk dari keadaan yang terjadi saat ini. Itulah sebabnya jati diri kita harus jelas, yakni sebagai orang yang telah dipersekutukan dengan Allah melalui penderitaan dan pengorbanan Kristus, dan inilah makna utama dari kata persekutuan dalam tubuh Kristus. (Invocasio) Tetapi apa yang terjadi? Kita sering menjadi musuh dalam selimut, mulut kita memuji Tuhan, tapi tindakan kita terkadang memuja kejahatan. Perlu hati-hati.

Kekristenan sejati selalu saja mengalami evolusi. Ironisnya kriteria nilai sering sekali dibawa ke ranah super subyektif. Artinya ukuran-ukuran itu dibuat dan disepakati bersama, seperti yang terjadi di jemaat Korintus, semuanya berdasarkan kriteria sama-sama tahu dan saling mengerti. Jemaat Korintus bagaimana kelompok orang berlatar Jahudi, yang biasa dengan istilah sunat dan itulah sebagai tanda kristen sejati. Sementara orang kristen yang bukan Jahudi tidak bersunat, malah dianggap warga kelas dua. Inilah persoalan yang memicu adanya perselisihan dalam jemaat, Paulus sebagai pemimpin dengan bijak memberi ajaran, bahwa kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat. Dalam hal ini tergambarlah sikap Paulus, tentang ketidak setujuannya atas pemaksaan kehendak dengan nilai yang dipegang, terhadap orang lain. (HAM).

Sebab kita ini adalah sama dihadapan Tuhan, dan telah menjadi anak-anak Tuhan. Bersunat atau tidak bersunat, tidaklah penting, sebab yang utama adalah mentaati hukum-hukum Allah dengan benar. Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayananNya, adalah orang bebas, dan milik Tuhan, demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya. Memang nilai-nilai budaya lama yang telah mengakar dan menjadi falsafah hidup yang mengemukan dalam bentuk sunat, hamba tuan, merdeka-terkungkung, sangat-sangat sulit, atau tidak mungkin dihilangkan. Semuanya telah mengendap, dan membatu hingga sulit dipengaruhi oleh nilai-nilai baru. Itulah sebabnya Paulus dengan keras memaparkan perihal nilai – nilai yang tinggi, yakni nilai pengorbanan Kristus dan firman-Nya. Jika selama ini kita makan nasi atau sagu, hiduplah beriman dengan makanan seperti itu. Kita tidak perlu mengubahnya lalu makan roti hanya karena disebut Kristen. Karena itu, siapa pun kita hendaklah beriman dari kenyataan hidup kita masing masing, di situlah kita membangun kehidupan beriman dalam persekutuan dengan Tuhan. (Bacaan).

Allah tidak pernah mempersoalkan masalah status sosial, ekonomi, atau ras saat memanggil kita. Sebab Allah melihat kita sebagai pribadi yang istimewa yang sangat dikasihi-Nya. Oleh karena itulah, kita harus memandang diri secara tepat di hadapan Allah. Kita tidak boleh minder dan juga jangan tinggi hati. Hidup beriman atau hidup dalam panggilan Kristus pada hakekatnya adalah selalu bersedia mengikuti kehendak Kristus melalui Firman-Nya. Dan inilah yang menjadikan kita layak menerima anugerah Tuhan sehingga kita menjadi orang yang dibenarkan dan menjadi sangat berharga. (Tema). Jadi kekristenan dimulai dari pengakuan dan janji kepada Kristus dengan tulus dan benar sehingga pengakuan ini harus dipelihara dan dijalankan dengan konsisten. Tuhan sangat mengharapkan agar kita senantiasa mengerahkan segenap kesadaran dalam menjalankan tugas dan kewajiban pada tujuan utama, yakni hidup yang kekal.
Renungan: Hayatilah bahwa kemurahan Tuhan memberi banyak keindahan dalam hidup, dan semuanya datang sejalan dengan keteguhan hati yang hanya berpegang pada panggilan Kristus.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 15 Agustus 2021