Renungan dan Ibadah Minggu, 20 Juni 2021

“Bertekun Dalam Hikmat Tuhan”

Pengkhotbah 10: 1 – 15
Akibat-akibat kebodohan

10:1 Lalat yang mati menyebabkan urapan dari pembuat urapan berbau busuk; demikian juga sedikit kebodohan lebih berpengaruh dari pada hikmat dan kehormatan.
10:2 Hati orang berhikmat menuju ke kanan, tetapi hati orang bodoh ke kiri.
10:3 Juga kalau ia berjalan di lorong orang bodoh itu tumpul pikirannya, dan ia berkata kepada setiap orang: “Orang itu bodoh!”
10:4 Jika amarah penguasa menimpa engkau, janganlah meninggalkan tempatmu, karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan besar.
10:5 Ada suatu kejahatan yang kulihat di bawah matahari sebagai kekhilafan yang berasal dari seorang penguasa:
10:6 pada banyak tempat yang tinggi, didudukkan orang bodoh, sedangkan tempat yang rendah diduduki orang kaya.
10:7 Aku melihat budak-budak menunggang kuda dan pembesar-pembesar berjalan kaki seperti budak-budak.
10:8 Barangsiapa menggali lobang akan jatuh ke dalamnya, dan barangsiapa mendobrak tembok akan dipagut ular.
10:9 Barangsiapa memecahkan batu akan dilukainya; barangsiapa membelah kayu akan dibahayakannya.
10:10 Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat.
10:11 Jika ular memagut sebelum mantera diucapkan, maka tukang mantera tidak akan berhasil.
10:12 Perkataan mulut orang berhikmat menarik, tetapi bibir orang bodoh menelan orang itu sendiri.
10:13 Awal perkataan yang keluar dari mulutnya adalah kebodohan, dan akhir bicaranya adalah kebebalan yang mencelakakan.
10:14 Orang yang bodoh banyak bicaranya, meskipun orang tidak tahu apa yang akan terjadi, dan siapakah yang akan mengatakan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia? 10:15 Jerih payah orang bodoh melelahkan orang itu sendiri, karena ia tidak mengetahui jalan ke kota.

Kesabaran akan semakin langka pada zaman serba instan ini. Teknologi menawarkan untuk membuat segala sesuatu jadi cepat dan praktis. Hal ini memengaruhi juga sikap kita kepada orang lain dan kepada Tuhan. Banyak orang menganut slogan “Siapa cepat, dia dapat” atau “Waktu adalah uang”. Tidaklah mengherankan, kita hidup dalam dunia yang serba tergesa-gesa tanpa memikirkan lebih jauh bahaya yang ditimbulkan bagi diri kita dan juga bagi orang lain.

Pengkhotbah menegaskan bahwa ketidaksabaran merupakan sebuah tanda kebodohan. Kebodohan mengakibatkan berbagai hal buruk, tapi sebaliknya, kesabaran dapat mencegah kesalahan besar. Sifat sabar dikembangkan melalui sebuah proses yang panjang, yaitu karya Roh Kudus dalam diri orang percaya. Sabar bukan berarti pasif dan acuh tak acuh, melainkan memberi kesempatan lebih banyak kepada diri sendiri untuk menelaah dan menyiapkan tindakan terbaik dalam situasi apa pun. Karena itu kita harus berhati-hati dalam melakukan sesuatu sebab dapat menyatakan ataupun menunjukkan : pertama: kebodohan diri, dan kedua: bahaya / ancaman. Dikatakan orang bodoh adalah orang yang mengabaikan nasehat dan didikan Tuhan. Kebodohan itu bukan dalam arti intelektual, pendidikan tetapi menghina hikmat dan didikan.” (Am 1:7). Pengkhotbah memaparkan ciri-ciri ‘bodoh’: Suka menebarkan kebusukan dan selalu membawa bencana, sebab hati orang bodoh cenderung ke kiri, yakni apapun yang ia lakukan selalu motivasinya bengkok. Dan lidah orang bodoh selalu mencelakakan, tak terkendali dan menyesatkan, sehingga dapat mengancam bahkan membahayakan kehidupan banyak orang yang mendengarkannya. Orang yang bijaksana adalah orang yang senantiasa peka dan suka mendengarkan nasehat dengan baik, dan Allah memanggil kita agar hidup menjadi orang bijak.

Karena itu ( ayt.20) dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan.” Tuhan selalu memperbaharui hidup dalam rancangannya agar anak-anak-Nya mampu terus bertekun belajar dalam hikmat dan pengetahuan (Tema). Bersikaplah bijaksana dan asahlah mata kapakmu supaya engkau berhasil. Hikmat itu umpama seperti mata kapak yang harus diasah sehingga dapat menumbangkan pohon yang besar dengan mudah. Kapak yang tumpul hanya akan menghabiskan banyak tenaga. Selain kita menjadikan firman Tuhan sebagai sumber segala hikmat, kita juga perlu terus belajar dengan pengetahuan dan mempelajari keahlian yang baru. Bangunlah relasi dengan orang-orang berhasil, belajarlah dari mereka. Ingatlah, pengetahuan atau cara yang berhasil di masa lalu belum tentu dapat digunakan sebagai solusi di masa yang akan datang.

Hikmat Tuhan akan memproses kita untuk “memandang pada Salib Kristus” yang menyelamatkan. Dengan hikmat dan kekuatan Tuhan kita beriman, giat bekerja dan berkarya, kita mengasihi dan mampu menjadi berkat. Hidup dalam hikmat adalah perintah Tuhan yang seharusnya menjadi bagian hidup orang percaya.(Invocasio) Jikalau kekurangan atau tidak memiliki hikmat hendaknya kita memintanya kepada Tuhan karena Dialah sumber hikmat itu. Dengan hikmat kita dapat membedakan apa yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang salah, dan memahami dengan benar apa yang harus kita lakukan pada saat yang tepat. Seringkali ketika kita menuruti apa yang Tuhan inginkan, memang awalnya justru banyak mengalami hal-hal yang menyakitkan, menyedihkan tetapi itu hanyalah sementara. Karena itu haruslah waspada, sebab apa yang ditawarkan oleh dunia pada awalnya adalah enak tetapi berujung pada kepahitan dan kegelapan. Walaupun seringkali kita mengerti apa yang ada di depan tetaplah melangkah dan selesaikanlah dengan baik, sebab kebenaran Tuhan lebih memikirkan apa yang ada di akhir bukan yang di depan. (Bacaan).
Renungan: Orang yang rendah hati akan bersikap taat dan menerima dengan hati yang lapang atas setiap teguran dan didikan dari Tuhan, meskipun mungkin semuanya berupa kesukaran, tetapi kita tetap setia dalam iman dan mampu terus bertahan serta berserah.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 20 Juni 2021