“Segala yang Bernafas Pujilah Tuhan”
Mazmur 150: 1 – 6
Haleluya150:1 Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat!
150:2 Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat!
150:3 Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi!
150:4 Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling!
150:5 Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang!
150:6 Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!Pujilah TUHAN
150:1 Pujilah TUHAN! Pujilah TUHAN i bas RumahNa si Badia! Pujilah kuasaNa i Surga!
150:2 Pujilah IA erkiteken perbahanenNa si mbisa, pujilah IA erkiteken kemulianNa si meganjangna.
150:3 Pujilah IA alu ngembus terompet, pujilah IA alu suling ras tanduk.
150:4 Pujilah IA alu malu gendang dingen landek, pujilah IA alu kulcapi iher ngembus sarune.
150:5 Pujilah IA alu penganak, pujilah IA alu gung si erbolo-bolo.
150:6 Pujilah TUHAN kerina si erkesah. Pujilah TUHAN!
Dalam kekristenan memuji Tuhan adalah hal utama dan sangat penting dalam ibadah dan kegiatan-kegiatan resmi, dan hal ini terbukti dari sikap dan reaksi orang percaya setiap kali memuji Tuhan. Selama nafas masih berhembus tidak ada alasan untuk tidak memuji Tuhan, sebab memuji Tuhan bukan berbicara tentang bakat, bukan tentang suara, atau suka tidak suka, namun berbicara tentang pengakuan imannya kepada Tuhan dan persetujuan mengenai keberadaan-Nya sebagai pribadi yang layak menerima pujian dari seluruh ciptaan-Nya. Perlu digaris-bawahi bahwa memuji Tuhan tidak cukup hanya di dalam hati, tapi kita perlu memiliki pujian di mulut, diucapkan dan disuarakan, yang keluar dari lubuk hati terdalam, sebab pujian adalah nafas dan kehidupan bagi setiap orang-orang percaya.
Sebagai penutup, kitab Mazmur pasal 150 berisi ajakan untuk memuji Tuhan. Pada zaman Musa, kemah suci merupakan tempat sakral dan suci. Barulah setelah Salomo menjadi raja, tempat untuk menguduskan Allah, yaitu Bait Allah dibangun dan bukanlah sekedar tempat untuk mengorbankan korban sembelihan. tetapi menjadi pusat peribadatan warga Israel. Di sanalah orang-orang Isarel melakukan ibadah, baik itu perayaan keagamaan maupun ibadah biasa. Pada masa kini, gereja merupakan tempat kudus jemaat Kristen untuk memuji Tuhan. Di sanalah kegiatan ibadah biasa dan hari-hari besar gerejawi dilakukan. Namun, memuji Tuhan sebenarnya tidaklah dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya dapat dilakukan saat kapan kita berada kita dapat memuji Tuhan baik di rumah maupun di tempat lain, sebab diri kita ini adalah gereja, tubuh Kristus. Kata Haleluya berarti mengajak umat untuk mengarahkan perhatian kepada Tuhan yakni: Tuhan itu berada dalam tempat kudusNya, punya-Nyalah cakrawala yang kuat (ay.1), perbuatan-Nya perkasa, keagunganNya besar (ay.2, ) . Umat dapat menggunakan alat musik (disini disebutkan: terompet, gambus, kecapi, rebana, seruling, ceracap, canang) untuk mengungkapkan ekspresi pujian kepada Tuhan (ay.3-5). Dan akhirnya ajakan ini diakhiri dengan ajakan kepada segala makhluk. Segala yang bernafas diajak untuk turut serta dalam perarakan memuji Tuhan (ay.6). Jikalau sejak kecil kita sudah mengetahui bahwa memang segala makhluk diajak serta memuji Tuhan, pengetahuan tersebut mestinya semakin memotivasi pujian kita. Pujian kita harus dimaksudkan sebagai wujud mengarahkan pandangan kepada Tuhan. Menyaksikan segala kebesaran-Nya, mengungkapkan kekaguman, kemudian timbul kebergantungan kepada-Nya. Perbuatan Tuhan yang besar jika kita padukan dengan sikap dalam menerima firman Tuhan akan terciptalah irama yang indah. (Bacaan) Seperti perpaduan musik dan tarian, kita juga akan memadukan firman Tuhan dengan sikap dan perbuatan, sehingga akan tercipta hidup yang memuji Tuhan. Hidup yang memuji Tuhan bukan dengan perkataan, tetapi adalah dengan perbuatan sebagai buah dari iman kita atas kasih dan kebesaran Tuhan. Ada sukacita ketika menyambut dan melakukan setiap kebenaran firman Tuhan. (Invocasio)
Menyanyi dan memuji Tuhan, berarti memuliakan Tuhan dengan semangat dan penuh gairah. Maksudnya, kita bernyanyi dengan sungguh-sungguh di mana tubuh, jiwa dan roh terlibat, dan dapat menghayati diri kita dalam relasi dengan Tuhan. Kita patut bangga dan bersukacita sebab Allah adalah pribadi yang penuh dengan kasih setia. Kasih setianya bersifat kekal dan untuk selama-lamanya. Kasih-Nya tidak akan pernah pudar sebab Dia mendekati dengan cinta-Nya yang besar, memanggil untuk kembali bertobat dan hidup dalam anugerah-Nya. Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.” (Mzm 22:4). Allah ternyata sangat menikmati pujian penyembahan umat-Nya. (Tema) Hal itu nampak nyata dari tindakan-Nya yang “duduk bertahta” di atas puji-pujian. Renungan: Hiduplah senantiasa dalam pujian dan penyembahan, bahkan ketika disaat-saat tersulit, kelam kelabu sedang menerpa kita, tetaplah memuji Tuhan. Karena justru ketika kita melakukannya, Allah akan hadir, datang, dan menikmati setiap pujian kita.
Pdt. Maslon Ginting
Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 02 Mei 2021
Tema: ““Segala Yang Bernafas Pujilah Tuhan”
Khotbah: Mazmur 150: 1 – 6
Pengkhotbah: Pt. Philemon Tarigan
Peliturgi: Dk. Elmianta br. Purba
Pembuka Ibadah & Pewarta: Dk. Herna br. Surbakti
Pemusik: Agung Purba
Pemandu Lagu: Nd. Randal Surbakti & Nd. David Sebayang
Operator LCD: Pt. Bp. Keio Ketaren
Soundman: Jordan Ginting, Janta Surbakti
Tim Streaming: Bp. Arkadeo Ginting, Septa Barus, Nehemia Ginting, Martinus Bangun, Arthur Tarigan, Michael Tarigan