Renungan dan Ibadah Minggu 21 Februari 2021

“Janji Dan Kuasa Allah”

Kejadian 9: 8 – 17

9:8 Berfirmanlah Allah kepada Nuh dan kepada anak-anaknya yang bersama-sama dengan dia:
9:9 “Sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan keturunanmu,
9:10 dan dengan segala makhluk hidup yang bersama-sama dengan kamu: burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi yang bersama-sama dengan kamu, segala yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di bumi.
9:11 Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.”
9:12 Dan Allah berfirman: “Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya:
9:13 Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi.
9:14 Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan,
9:15 maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup.
9:16 Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi.”
9:17 Berfirmanlah Allah kepada Nuh: “Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan segala makhluk yang ada di bumi.”

Luka dosa adalah celah terbesar, di mana kuasa gelap masuk merasuki hati manusia untuk memberontak kepada Allah. Luka dosa memilukan hati Tuhan, tetapi untuk memulihkannya berjalanlah proses dengan tiga tahapan yaitu : penghukuman, pemurnian, dan pemberkatan. Allah, Tuhan seringkali mengizinkan sesuatu yang menyakitkan terjadi agar kita mengalami proses sehingga terjadi kematangan iman. Bukan berarti Allah melupakan, membuang, atau meninggalkan kita, justru Dia mau agar kita insaf dan bertobat, terjadilah proses pemurnian dan pemberkatan. Proses pemurnian artinya, Allah mau supaya kita berkenan di hadapan-Nya, sehingga Allah sendiri akan menggantikan semua kerugian dengan berkat berkat-Nya yang baru.

Orang yang baru saja mengalami ‘perstiwa mengerikan’ memerlukan jaminan. Bayangkan betapa traumanya Nuh beserta keluarganya saat menjalani hidup baru di bumi yang baru saja dilanda air bah yang mematikan. Allah mengerti hal itu, secara sepihak Allah membuat perjanjian dengan Nuh, keluarganya dan seluruh binatang dan ternak yang bersama-sama mereka. Bahwa Allah tidak akan memusnahkan bumi ini lagi dengan air bah. Untuk meyakinkan mereka, sampai berkali-kali Allah mengucapkan janji-Nya, bahkan membuat ‘tanda’ untuk menguatkan janji itu (ay 13-14). Setelah peristiwa air bah, Allah tidak lagi mengambil solusi hukuman yang membinasakan umat manusia tetapi mengikutsertakan manusia sebagai mitra-Nya dalam perjanjian keselamatan. Allah berfirman: “Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun temurun, untuk selama-lamanya: Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi”. Tanda perjanjian keselamatan Allah yang penuh anugerah dinyatakan melalui simbol busur (qeset). Semula dengan busur yang dilengkapi dengan anak panah dipakai oleh Allah untuk memanah setiap umat yang berdosa, sehingga mereka binasa. Tetapi setelah bumi dibersihkan dari perbuatan dosa, Allah mengambil keputusan untuk menempatkan kasih-karunia-Nya yang membarui kehidupan umat yang berdosa. Karena itu simbol busur yang dilambangkan dalam wujud pelangi bermakna ‘tumbuhnya pengharapan dan keselamatan yang baru’. Busur Allah yang pernah membinasakan kehidupan umat kini berubah fungsi menjadi busur senjata bagi Penebus dan Penyelamat bagi umat yang berdosa. Itu sebabnya dosa umat yang begitu besar tidak lagi menghalangi kasih-karunia Allah terus bekerja dalam kehidupan ini, sehingga umat dikaruniai pengharapan dan kesempatan untuk bertobat.

Jika Allah sendiri berkenan menjadikan pelangi sebagai alat untuk mengingatkan diri-Nya dan janji-Nya, maka pelangi itu juga harus menjadi peringatan agar kita turut “memegang” janji Allah, dengan menjaga dan memelihara kehidupan kita sebagaimana dikehendaki-Nya. Dalam praktek hidup sehari-hari, betapa sering kita melupakan dan mengabaikan perjanjian keselamatan yang telah dianugerahkan-Nya. Padahal, relasi khusus yang diikat oleh Allah dalam perjanjian-Nya bertujuan agar kehidupan kita dapat menjadi suatu ziarah iman di mana kita harus selalu haus akan kebenaran-Nya. Tetapi ketika rasa haus kita tidak lagi terarah kepada kebenaran Allah, rasa haus kita akan berubah menjadi rasa haus akan kenikmatan dunia ini. Air dan api bisa saja memusnahkan mahluk di bumi ini. Namun ada satu jaminan bagi setiap orang percaya, dimana mereka tidak akan binasa oleh sesuatu apapun yakni Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Renungan: Tuhan Yesus menjadi tanda pelangi bagi setiap orang percaya, karena itu bertobatlah dan tetaplah percaya pada-Nya.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 21 Febuari 2021

Tema: “Padan Ras Kuasa Dibata”

Bacaan: 1 Petrus 3: 18 – 22
Khotbah: Korintus 9: 8 – 17

Pengkhotbah: Pdt. Benhard Roy Calvin Munte
Peliturgi: Dk. Edininta Boy Tarigan
Pembuka Ibadah & Pewarta: Dk. Sri Ika br. Sebayang
Pemusik: Altoberi Gurusinga
Pemandu Lagu: Nd. Ruth Purba & Nd. David Sebayang
Operator LCD: Pt. Sergius Ketaren

Tim Streaming: Carrisa br. Perangin angin, Adela br. Perangin angin, Meirani br. Sembiring, Janta Surbakti, Dio Tarigan Ari Sembiring