“Terang-Nya Bercahaya Dari Hati Kita”
2 Korintus 4: 1 – 6
Harta rohani dalam bejana tanah4:1 Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.
4:2 Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.
4:3 Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa,
4:4 yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.
4:5 Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.
4:6 Sebab Allah yang telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.
Menjaga kemurnian dalam mengemban tugas atau jabatan, apalagi dalam konteks pelayanan, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Selain kesungguhan dan pengertian yang matang, kebergantungan total dan kepasrahan kepada sang pemberi mandat juga sangat diperlukan. Dengan demikian, idealnya tak lagi ada ruang terbuka untuk sekadar berbangga diri di dunia pelayanan. Keyakinan bahwa diri sesungguhnya tak punya nilai, bila tidak dituntun dan diperlengkapi oleh Roh Allah melalui ketaatan dan kesetiaan dalam memberitakan injil.
Hal ini diakui oleh Paulus bahwa tanpa ada kasih karunia Allah, yang terlebih dahulu hidup dalam iman mustahil dapat bertahan melayani. Lihat saja, bagaimana pengalaman buruk yang pernah Paulus alami ketika dia dalam keadaan bahaya (1 Kor 15:30); sering berhadapan dengan maut (1 Kor 15:31); berjuang melawan binatang buas (1 Kor 15:32); penderitaan di Asia Kecil; menanggung beban yang besar dan berat seperti telah dijatuhi hukuman mati. (I Kor 1:8-9. Terkadang banyak tantangan dan halangan, bahkan “memaksa” orang untuk undur diri. Tetapi tidak bagi Paulus, sebab dia sadar bahwa pelayanan ini adalah anugerah dari Tuhan. Dengan iman yang kuat bahwa Allah pasti akan membelanya, sehingga ia menjadi lebih kuat dan tidak pernah tawar hati. Hambatan yang dialami tidak membuat Paulus patah semangat, menjadi loyo dan enggan melayani, tidak sama sekali. Rasul Paulus tetap berlaku benar, dan memberitakan sesuatu yang benar. Karena itulah dia juga membuka diri lebar-lebar untuk diteliti, diselidiki, dan mempersilakan orang untuk menimbang apakah benar yang dia ucapkan atau tidak. Di sini, bukan bermaksud menonjolkan dirinya tetapi justru menonjolkan berita kebenaran ilahi, yakni Yesus Kristus Tuhan dan juga Sang Kebenaran. Rupanya setia pada kebenaran, menyatakan apa yang benar, bertindak dengan benar, bukanlah garansi atau jaminan bagi orang untuk bersegera percaya. Meski Paulus sudah maksimal mewartakan, sembari mengoreksi diri agar tidak menjadi batu sandungan, kabar Injil masih saja tertutup bagi banyak orang. Dalam suratnya, ia mengatakan bahwa sesungguhnya, Injil masih tertutup bagi mereka yang akan binasa. Ketidakpercayaan mereka adalah akibat dibutakan oleh ilah zaman, sebab yang memegang kendali hidupnya bukanlah Kristus tetapi dunia dan segala keinginannya. Iblis yang telah membutakannya, sehingga membuat mereka tak bisa melihat sama sekali terang yang begitu besar, terang kebenaran dan kemuliaan Injil. Sehingga bukanlah karena kegelapan bisa memancarkan terang, tetapi karena Allah sendiri yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita. Dengan demikian, pada saat yang sama Allah yang berkarya juga memberi potensi, kemampuan supaya mereka yang sudah berada di dalam jalur terang dapat memperoleh pengetahuan tentang kemuliaan Allah, dapat mengenal Allah dengan lebih baik. Menikmati hadirat dan kehangatan terang yang memancar dari wajah-Nya.
Demikian juga halnya dengan berita Injil Kristus, keselamatan dan sukacita yang sesungguhnya telah dianugerahkan-Nya kepada kita. Ketika “jendela hati” masih “berdebu”, penuh dengan berbagai kotoran duniawi, berarti masih ditutupi oleh berbagai ilah zaman, percayalah kita akan kesulitan melihat dengan jernih buah dari berita Injil itu, seolah-olah keselamatan yang dari Tuhan tersebut tersembunyi bagi kita. Tetapi sebaliknya ketika “jendela hati” kita sudah bersih, jangankan berita Injil yang menyukakan hati saja, tetapi dalam situasi mengerikan pun bisa berubah dalam pandangan kita menjadi keselamatan yang dari Tuhan.
Renungan: Setialah dalam iman, dan jadilah terang kebenaran, ditengah-tengah dunia yang penuh dengan kegelapan.
Pdt. Maslon Ginting
Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 14 Febuari 2021
Tema: “Terang Si Ersinalsal i bas Pusuh”
Bacaan: 2 Raja-raja 2: 1 – 12
Khotbah: 2 Korintus 4: 1 – 6
Pengkhotbah: Pdt. Maslon Ginting
Peliturgi: Pt. Iskandar Ginting
Pembuka Ibadah & Pewarta: Pt. Jendangena Sembiring
Pemusik: Evita Lestari br. Purba
Pemandu Lagu: Nd. Musa Kaban & Rika br. Tarigan
Operator LCD: Pt. Sergius Ketaren
Tim Streaming: Keshia br. Sebayang, Adela br. Perangin angin, Bobby Sembiring, Janta Surbakti, Nehemia Ginting, Ari Sembiring