Mengasihi Dengan Segenap Hati
1 Petrus 1: 22 – 23
1:22 Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.
1:23 Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.
Masih banyak orang menganggap sepele segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya adalah biasa-biasa saja. Seringkali tidak menyadari tubuh ini sehat, pekerjaan atau usaha berjalan lancar, rumah tangga adem ayem, anak-anak bertumbuh secara sehat dan pintar tidak datang atau terjadi dengan sendirinya. Hari ini kita diingatkan bahwa semua adalah karena anugerah Tuhan semata. Oleh karena itu, belajarlah untuk mengucap syukur atas kasih setia Tuhan dan jangan pernah lupakan kebaikan Tuhan. Kalaulah memang demikian, manusia tidak ada lagi yang mengeluh, tidak ada lagi jeritan dan penderitaan. Karena itu Allah berkata: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman Tuhan semesta alam.” (Zak 4:6).
Kita sudah tahu bahwa firman Allah itu bisa bekerja mempengaruhi hidup kita dengan cara menusuk jiwa dan roh serta membersihkan kita dari kenajisan. Saat ini kita akan merenungkan firman Allah, yaitu: menyucikan hidup. Bagaimana caranya? Menurut ayat 22 kita harus mengalami proses penyucian ketika kita mentaati firman Allah. Ketika merenungkan firman Allah, proses penyucian terjadi dan akan menggerakkan sisi kehendak untuk melakukannya. Firman Allah tidak hanya berhenti di pikiran kita, tetapi harus diijinkan terus bekerja di sisi perasaan dan kehendak kita. Kesulitan untuk melakukan firman Allah tidak ditentukan oleh sesuatu yang di luar atau orang lain, tetapi oleh perasaan kita sendiri, yaitu: rasa malu, takut dan marah. Ketika kita berani melangkah keluar dari konflik perasaan ini dan masuk ke sisi kehendak, kita akan sanggup mentaati firman Allah. Dengan demikian, orang yang mendengar Injil Kristus kemudian percaya dan menerimanya, dia akan dilahirkan kembali oleh Roh Kudus dan diberi kuasa menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12). Sebagai bayi rohani yang baru lahir ia hanya butuh ASI firman Allah sebagai satu satunya makanan untuk bertumbuh. Jadi iman itu dimulai dari firman dan diteruskan oleh firman. Karena kita telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana. Benih yang tidak fana itu adalah firman Allah yang hidup dan yang kekal. (1 Joh 3:9).
Sebenarnya Allah tidak menuntut banyak hal, tetapi menginginkan kita untuk setia mempertahankan jati diri, identitas dan karakter kita sebagai pengikut Kristus, yaitu hidup dalam kasih, dan kitalah kasih itu. Yesus sendiri merangkum semua etika hidup manusia (Hukum Taurat) menjadi hukum kasih (Mat. 22:37-40). Jadi kasih ditopang oleh dua dasar. Dasar pertama adalah ketaatan kepada kebenaran, yaitu ketika kita berharap kepada Injil Yesus Kristus. Dasar kedua adalah kelahiran kembali oleh firman Tuhan yang hidup dan kekal, dimana kita sekarang tidak lagi berharap kepada dunia yang akan binasa ini melainkan kepada Tuhan dan firman-Nya. Ketika kita sungguh berharap kepada Allah yang demikian, bahwa masa depan yang Ia rencanakan bagi kita adalah lebih indah dari segala keindahan yang dunia ini dapat tawarkan, kita akan disucikan dari segala pengharapan yang palsu dan dimampukan untuk mengasihi satu sama lain dengan sungguh-sungguh. Itulah kekudusan yang menghasilkan kasih persaudaraan.
Renungan: Allah telah membuktikan betapa besar kasih-Nya kepada kita, yakni telah menganugerahkan Anak-Nya yang tunggalpun Dia korbankan untuk keselamatan kita. Pertanyaan adalah, apakah yang telah saya korbankan untuk Tuhan selama saya telah mengenal-Nya? Apakah masih ada yang kita benci atau tidak disenangi? Ingat bahwa Tuhan tidak pernah berkata ‘janganlah saling membenci’ tetapi Ia ber-Firman ‘hendaklah engkau saling mengasihi’.
Pdt. Maslon Ginting
Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 11 Oktober 2020