Renungan Khotbah, Minggu 14 Juni 2020

“Hamba Yang Dipilih Tuhan”

Matius 12:15-21

Yesus Hamba Tuhan
12:15 Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana. Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya.
12:16 Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia,
12:17 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:
12:18 “Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.
12:19 Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan.
12:20 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang.
12:21 Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.”

Hamba Tuhan dalam nubuatan Yesaya bukan sekedar gelar semata, melainkan dijalani Yesus dengan luar biasa. Rasul Paulus mengatakan dengan sangat tepat: “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” Semua bangsa telah menerima Dia, maka seharusnyalah orang-orang sebangsanya percaya juga kepada-Nya.

Matius mengutip Yesaya 42:1-4 untuk menjelaskan misi Yesus. Nubuat Mesias tentang sosok Hamba Tuhan digenapi dengan sempurna dalam diri Yesus. Pertama, Ia adalah Hamba yang terpilih dengan urapan Roh Kudus, tepat seperti penyataan Bapa dalam peristiwa pembaptisan-Nya. Kedua, Yesus bekerja bukan untuk popularitas (19). Ketiga, di dalam pribadi-Nya, orang-orang yang lemah akan menemukan kekuatan, sebab Ia tidak akan membiarkan “buluh yang patah terkulai” atau “sumbu yang pudar nyalanya menjadi padam” (20). Keempat, Ia akan menjadi poros pengharapan bagi semua bangsa (21). Gambaran Mesias ini berbeda jauh dengan yang diharapkan orang Israel pada saat itu. Sebab itu Yesus menyingkir guna menghindari harapan yang berlebihan terhadap diri-Nya. Di sinilah kesejatian sebuah pelayanan tergambar jelas, tidak ada upaya menonjolkan diri. Pengutusan datang dari Bapa, maka kehendak Bapalah yang terutama. Sekalipun memiliki kuasa yang mampu melakukan berbagai hal, Yesus memilih taat pada misi kemesiasanNya.

Carilah dahulu Kerajaan Allah dan Kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu. Barulah dimengerti bahwa seorang hamba Tuhan ada untuk memberkati keluarganya, karena harus dimulai dari Yerusalem terlebih dahulu, penghakiman harus dimulai dari Rumah Tuhan. Maka, seorang hamba Tuhan harus mulai dari rumah tangganya terlebih dahulu, kemudian gerejanya dan masyarakat. Dan setelah itu terpenuhi, maka ia dapat bagikan kepada orang banyak. Jadi, seorang hamba Tuhan harus mulai dengan Tuhan, mulai dengan keluarga, mulai dengan teman terdekat, baru kemudian ia memberkati orang banyak. Karena itu harus disadari bahwa dunia ini tidak bisa menaruh pengharapan lagi, dunia tidak bisa menaruh pengharapan pada sistem sosial dan ekonomi, serta politik. Tetapi, pengharapan kita ada pada 1 orang , yang bernama Yesus Kristus, Tuhan kita.
Renungan: Kita bersyukur memiliki Yesus yang setia pada misi-Nya. Bagaimana dengan kesetiaan kita mengikut dan melayani Dia? Apakah kita akan seperti orang banyak dalam cerita ini yang hanya menjadikan Dia sebagai pembuat mukjizat? Atau kita menyalahgunakan kepercayaan Yesus kepada kita untuk melayani-Nya? Mari Buktikan.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 14 Juni 2020