Renungan Khotbah, Minggu 10 Mei 2020

“Allah Memelihara Umat-Nya”

Wahyu 12: 10 – 17

Nyanyian kemenangan
(12:10) Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.
(12:11) Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.
(12:12) Karena itu bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.”

Naga memburu perempuan itu
(12:13) Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu.
12:14 Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.
(12:15) Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu.
(12:16) Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
(12:17) Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.

Sejak dari semula manusia dicipta dan dirancang Tuhan untuk menyembah Dia, karena itu secara naluriah manusia memiliki kecenderungan untuk menyembah sesuatu. Sayang, tidak semua manusia menyembah Tuhan, malah menyembah obyek yang salah: menyembah dewadewa, patung, binatang, pohon, gunung, batu, kuburan, matahari dan sebagainya. Padahal tiada lain yang layak disembah selain daripada Tuhan, Sebab Dialah Tuhan Pencipta langit dan bumi, dan layak menerima pujian dan penyembahan semua ciptaan. Itu sebabnya hanya Allah sendirilah yang layak dipuji oleh seluruh ciptaan-Nya.

Sikap tidak mempercayai pemeliharaan Allah pada dasarnya merupakan keangkuhan. Ini sama dengan bertindak seolah-olah kita lebih tahu dari pada Allah dan kita berusaha melakukan apa yang kita anggap Allah tak dapat lakukan. Atau sama dengan mengatakan, kita kuatir dengan apa yang Allah akan lakukan sehingga kita tak mau mempercayakan kehidupan kita kepada-Nya. Mungkin kita berpikir Ia akan mengambil sesuatu yang sangat kita butuhkan. Namun, apabila Allah sendiri telah berbuat hal yang terbesar bagi kita sehingga Ia rela memberikan Anak-Nya yang tunggal bagi kita, masakan Ia tidak akan memelihara kita sebagai anak-anak-Nya. Kitab Wahyu secara khusus memberikan penguatan kepada orang-orang percaya atas penderitaan yang dialami. “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” Ini merupakan pengakuan orang – orang percaya pada Kristus. Penulis kitab ini hendak menggambarkan bahwa seluruh kuasakuasa dunia ini menjadi tak berarti di hadapan Sang Anak Domba, yaitu Yesus Kristus. Pengorbanan Kristus merupakan karya terbesar karena memberikan perdamaian, pengampunan, dan keselamatan. Sekalipun banyak umat percaya mengalami penganiayaan dan penderitaan namun Tuhan Yesus senantiasa menyertai dan memberikan keselamatan. Inilah menjadi dasar kesaksian orang-orang percaya dalam memberitakan injil sepanjang masa. Karena dasar keyakinan inilah kita memperoleh kepastian dalam Tuhan dan tidak pernah takut terhadap serangan iblis, justru tiada gentar merelakan hidup demi mempertahankan iman oleh darah Anak domba Allah. Saudara dari dulu sampai sekarang, kehidupan orang-orang percaya terus mendapatkan pergumulan iman. Namun, satu hal yang pasti Tuhan tetap memelihara kita.

Pemeliharaan Allah tidak akan pernah berhenti jika firman-Nya senantiasa hadir dalam keluarga Allah. Hidup sebagai keluarga Allah haruslah diwarnai dengan sukacita, karena kita memiliki pengharapan akan hidup kekal. Oleh sebab itu, kita layak mensyukuri segala pemberian Allah. Tuhan memberikan waktu bagi kita menikmati kehidupan ini. Kita harus menggunakan kesempatan hidup yang Tuhan berikan untuk hidup penuh ucapan syukur, memuji Tuhan, berdoa dan mendengar firman-Nya. Hidup seperti itu akan membuat keluarga Allah semakin merasakan betapa besar kemurahan Tuhan memelihara dan memberkati kita.
Renungan: Sudahkah saudara menyembah dan memuji pribadi yang tepat untuk menerima-Nya? Hari ini mungkin kita tidak menyembah gunung, kuburan, patung dan lain sebagainya, namun kadangkala manusia gagal melihat pemeliharaan Tuhan, sehingga bukan Tuhan yang dipuji tetapi para penyalur berkat Tuhan yang dipuji. Jadi, hanya bagi Allah sajalah yang layak mendapatkan pujipujian. Teruslah bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 10 Mei 2020