“Tuhan Adalah Terang Kehidupan”
Mazmur 27 : 1 – 6
Aman dalam perlindungan Allah
(27:1) Dari Daud.
TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?
(27:2) Ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh.
(27:3) Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itupun aku tetap percaya.
(27:4) Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya.
(27:5) Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu.
(27:6) Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak-sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi TUHAN.
Seorang raja mengadakan sayembara melukis tentang kedamaian. Akhirnya, ada dua lukisan yang disukai oleh Raja. Lukisan pertama menggambarkan sebuah telaga yang begitu tenang; di atasnya langit biru dengan awan putih berarak. Lukisan kedua menggambarkan pegunungan, tetapi tampak kasar dan gundul. Di atasnya, langit yang gelap dan merah menandakan turunnya hujan badai. Di sisi gunung, ada air terjun deras yang berbuih-buih. Lukisan itu sama sekali tidak menampakkan kedamaian. Namun, sang Raja melihat sesuatu yang menarik dibalik air terjun itu ada semak. Di dalam semak itu seekor induk burung pipit sedang mengerami telurnya dengan damai. Di luar dugaan banyak orang, Raja memilih lukisan nomor dua. Alasannya: “Kedamaian bukan berarti kita harus berada di tempat yang tanpa keributan, kesulitan, kesedihan, tetapi kedamaian adalah hati yang tenang karena terang datang dari Allah menerangi hidup di tengah-tengah kebisingan dan keresahan.
Satu permintaan Daud yang terkesan begitu pribadi, tapi bisa mewakili kerinduan kita sebab permintaan itu adalah, “Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati bait-Nya. Tetapi, bagaimana caranya agar bisa terwujud? Jawabannya adalah membutuhkan gaya hidup yang konsisten. Kita harus konsisten mengiring Tuhan, tanpa putus atau tersendat. Mengapa hal ini penting? Karena kita tidak mau meminta kepada Tuhan untuk memulai, tetapi tidak dapat mengakhirinya dengan baik. Banyak orang telah memulai kekristenan dengan sangat baik bahkan brilian, tetapi mengakhirinya dengan memalukan. Kita harus berani untuk memulai dan mengakhirinya dengan cemerlang. Tetapi untuk mengakhiri dengan cemerlang, maka banyak tantangan yang harus kita hadapi. Daud berkata, ”Ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh. Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itu pun aku tetap percaya,”. Mengapa Daud percaya? Ia menjawabnya sendiri, “Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar. Kita harus tetap konsisten berada di dalam terang Tuhan. Mengapa kita gagal? Karena kita tidak konsisten untuk hidup dalam terang Tuhan ketika musuh dan tantangan menghadang, kuasa gelap menyerang kita menjadi lemah. Jangan takut sebab Firman Tuhan adalah pelita dan terang hidup kita. Kunci kenikmatan hidup adalah berani berlindung dalam naungan Tuhan.
Semua manusia pasti pernah mengalami masa sulit dalam hidup. Namun tiap orang pasti memiliki respon yang berbeda-beda pula. Ada yang berusaha untuk mengatasi masalahnya, ada yang pasrah, ada juga yang putus asa, tapi ada yang meresponinya dengan tetap berharap kepada Tuhan. Mazmur yang kita baca kali ini, ditulis oleh raja Daud saat sedang mengalami masa sulit yang luar biasa. Di tengah himpitan masalah yang dihadapinya, Daud berkata, “Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut?” Dengan iman percaya yang teguh kepada Tuhan, Daud bahkan kemudian berkata, “Aku yakin akan mengalami kebaikan Tuhan dalam hidupku di dunia ini” Renungan: Bagaimanakah sikap kita sebagai orang percaya dalam menghadapi masalah? Apakah kita akan pesimis melihat besarnya masalah dan menyerah kalah sebelum melihat kebaikan Tuhan?
(Pdt. Maslon Ginting)
Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut:
https://drive.google.com/file/d/1IBDlufcIuck-3xRmJv5Vi36qgneIxV9t/view