Khotbah Minggu 24 Oktober 2019

Tuhan Memberikan Hal yang Baik Maupun Tidak Baik

Matius 13:47-50

Perumpamaan tentang pukat

13:47 “Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. 13:48 Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. 13:49 Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, 13:50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.


Mohandes Ghandi mengatakan bahwa perbuatan baik akan melahirkan kebahagian bagi sang pelaku. Oleh karena itu, ketika kita melakukan perbuatan baik dan membahagiakan orang maka sebenarnya kita juga telah menerima kebahagian. Sebenarnya kebaikan apapun yang kita lakukan tak dapat dibandingkan dengan kebaikan Tuhan yang kita terima karena pada saat berbuat baik sebenarnya kita sedang berurusan dengan Tuhan. Demikian juga Mother Theresa mengatakan melakukan perbuatan baik hanyalah oleh karena kasih Kristus yang ada di dalam diri kita, sehingga kita benar-benar merasa berhutang kepada Kristus jika tidak melakukan perbuatan baik kepada sesama manusia.

Perumpamaan tentang Pukat  menerangkan tentang  pemisahan antara orang jahat dari orang-orang benar sebab diantara umat Allah masih banyak yang tidak  setia kepada Allah dan pengajaran-Nya. Pemisahan tidaklah dilakukan saat perjalanan hidup ini berlangsung, tetapi pada akhir zaman oleh Allah sendiri. Perumpamaan ini menjelaskan bahwa:

  1. Kerajaan Allah seperti jemaat dalam sebuah gereja. Jemaat kita dituntut janganlah bersifat diskriminatif, namun mampu menerima sifat-sifat yang baik maupun tidak baik, yang berguna maupun tidak berguna. Gereja harus terbuka bagi semua orang seperti pukat dimana orang di dalamnya adalah campuran dari karakter yang berbeda.
  2. Pemisahan ikan dalam jala sudah pasti terjadi agar ikan-ikan yang baik dan berguna akan dipisahkan dengan ikan yang tidak baik, yang menentukan adalah kualitasnya. Pemisahan itu dilakukan oleh Tuhan sendiri, sekarang tugas kita adalah bagaimana pertumbuhan kualitas iman kita tetap teruji dan tahan sampai akhir zaman, dan mengumpulkan semua orang yang mau datang bukan menghakimi apalagi merendahkannya.
  3. Kualitas Jemaat dalam sebuah gereja tidak ditentukan oleh banyaknya jumlah anggota, tetapi banyaknya orang-orang yang diperlengkapi dan berkarya bagi Tuhan, sama seperti pukat. Yang diharapkan disini adalah lebih banyak ikan-ikan yang baik dan besar daripada sampah. Oleh karena itu, janganlah terpedaya karena pukat terasa penuh dan berat sebab yang akan menentukan hasilnya adalah banyaknya ikan yang besar dan berguna. Demikianlah gereja janganlah hanya mengandalkan gedung yang megah atau jumlah jemaat yang besar namun kualitas iman anggota yang mau melayani.

Janganlah sama seperti dunia ini, tetapi berilah dirimu selalu diperbaharui oleh Roh Allah.  Sebagai orang percaya, kita selalu dituntut untuk setia, sebab kesetiaan baru disebut setia bila telah diuji dan digoda untuk tidak setia. Bukankah dalam dunia bisnis, politik,  keluarga, bahkan di dalam gereja kita sering digoda untuk tidak setia? Celakanya, hidup tanpa prinsip dan tidak setia, itu jauh lebih enak, lebih mudah, dan sering lebih menguntungkan. Kita lihat hidup Yesus, sebenarnya tidak perlu jalan salip, karena dapat memilih jalan lain,  sebab iblis telah menawarkan asal saja mau menyembahnya. Renungan: setiap hari adalah hari penghakiman, ketika kita berbicara, berpikir, bertindak, sesuaikah iman kita kepada Kristus, sebagaimana diperlihatkan  dalam perbuatan kita, hal itu sangat menentukan kerajaan mana yang akan kita warisi kelak. (Pdt. Maslon Ginting).