“Ceritakanlah Perbuatan Tuhan yang Ajaib”
I Tawarikh 16:19-27
16:19 Ketika jumlah mereka tidak seberapa, sedikit saja, dan mereka orang-orang asing di sana, 16:20 dan mengembara dari bangsa yang satu ke bangsa yang lain, dan dari kerajaan yang satu ke suku bangsa yang lain, 16:21 Ia tidak membiarkan siapapun memeras mereka; dihukum-Nya raja-raja oleh karena mereka: 16:22 “Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat terhadap nabi-nabi-Ku!” 16:23 Bernyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. 16:24 Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa. 16:25 Sebab besar TUHAN dan terpuji sangat, dan lebih dahsyat Ia dari pada segala allah. 16:26 Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah berhala, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit. 16:27 Keagungan dan semarak ada di hadapan-Nya, kekuatan dan sukacita ada di tempat-Nya.
Pemulihan akan terjadi bila kita mengalami kesadaran atas diri kita dan kemudian mulai bangkit dan mau bekerja keras menata dan menyelaraskan hidup agar menjadi serupa dengan kehidupan Kristus. Pertanyaannya, apakah bisa? Ya, pasti bisa kalau kita mau karena dalam pengharapan dan iman kita melakukan apa yang menjadi bagian kita, dan Allah tidak tinggal diam sebab Ia turut bekerja bersama-sama dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang setia mengasihi Dia. Allah tidak pernah mengabaikan anak-anak-Nya, karena itu janganlah mudah menyerah dan putus asa! Jangan sampai pergumulan yang sedang dihadapi mengubah fokus kita dari Tuhan sebab Dia menantikan saatnya untuk menyatakan pertolongan dan menganugerahkan kuasa dan kekuatan bagi kita.
I Taw 16 ini, bersumber dari Mazmur 105:1-15, yaitu pujian kepada Tuhan yang sudah berkarya dalam sejarah Israel mulai dari Abraham sampai menjadi suatu bangsa yang besar. Puji-pujian untuk mengagungkan kebesaran Tuhan sebab Allah itu baik. Asaf mengajak umat untuk bersyukur bagi Tuhan sebab Tuhan sudah mengikatkan perjanjian dengan Abraham, Ishak, Yakub, menjadi perjanjian kekal. Berkaitan dengan perjanjian ini, Tuhan memberikan tanah milik pusaka dan kerajaan dan raja, imam dan nabi yang melindungi umat-Nya. Ia tetap mendorong segenap bumi agar tetap bernyanyi dan juga menceriterakan kemuliaan dan perbuatan-Nya diantara bangsa-bangsa bahwa Tuhan itu baik dan perkasa. Raja Daud mengajari tentang prinsip ibadah yang benar, yakni dengan keyakinan bahwa Allah ada dan berkenan didapati oleh mereka yang mencari dan meninggikan Dia sehingga kedatangan tabut perjanjian adalah salah satu penggenapan puncak dari janji Allah. Apa yang Tuhan telah lakukan membuktikan bahwa Ia tidak tertidur, melainkan terus-menerus berkarya dalam hidup umat-Nya, yakni dengan:
- Raja Daud memulai suatu tradisi baru, yaitu bersyukur secara bersama-sama.
- Ucapan syukur dan pujian dimaksudkan agar seluruh umat Allah tidak melupakan berkat Allah, melainkan menjadikan berkat Allah sebagai kesaksian dalam hidup mereka.
- Ucapan syukur melalui pujian bukan hanya karena berkat-Nya namun kesetiaan terhadap janji-Nya, dan juga juga karena penghukuman-Nya.
- Ucapan syukur melalui pujian ini juga mengungkapkan adanya semangat misi.
Dengan kesaksian imannya maka orang-orang percaya sebagai suatu persekutuan (gereja), dipahami sebagai upaya dalam memperlengkapi dan mengamalkan nilai-nilai hidup dalam kerajaan Allah. Dengan sikap hidup seperti itu ada semangat keterbukaan dalam membangun relasi dan kerjasama untuk mewujudkan nilai-nilai kasih, perdamaian, kesejahteraan, keadilan, dsb. Sebab itulah, ketika gereja hadir di dunia ini adalah dalam rangka mendemonstrasikan, menceritakan dan menunjukkan nilai-nilai Kerajaan Allah sehingga benar-benar akan dapat dirasakan bahwa orang Kristen ada dan hadir membawa berkat. Renungan: hati-hati, janganlah lebih banyak disaksikan, diceritakan tentang kehebatan, keagungan, serta ke-egoisan diri kita dari pada kuasa dan perbuatan Allah. Marilah dengan setia menceritakan dan menyaksikan perbuatan Tuhan bahwa Dia adalah baik dan penuh kasih setia kepada kita anak-anak-Nya. (Pdt. Maslon Ginting)