“Kasih Menjadi Dasar dalam Mendukung Pelayan Tuhan”
2 Korintus 8: 22-24
8:22 Bersama-sama dengan mereka kami utus seorang lain lagi, yakni saudara kita, yang telah beberapa kali kami uji dan ternyata selalu berusaha untuk membantu. Dan sekarang ia makin berusaha karena besarnya kepercayaannya kepada kamu. 8:23 Titus adalah temanku yang bekerja bersama-sama dengan aku untuk kamu; saudara-saudara kami yang lain itu adalah utusan jemaat-jemaat dan suatu kemuliaan bagi Kristus. 8:24 Karena itu tunjukkanlah kepada mereka di hadapan jemaat-jemaat bukti kasihmu dan bukti kemegahanku atas kamu.
Bila direnungkan dalam keberadaan gereja, kita biasa bersekutu, beribadah, ternyata masing-masing kita memiliki latar belakang yang berbeda: keluarga, warna kulit, asal-usul (suku), profesi, pendidikan, dan juga hobi. Namun, kita bisa berkumpul dan dipersatukan dalam satu ikatan keluarga Kerajaan Allah. Kini tugas kita adalah mempertahankan persatuan dan kesatuan di antara jemaat agar gereja tetap menjadi tempat yang hangat. Hal itu akan terwujud apabila setiap jemaat memiliki kesadaran akan dirinya dan memiliki sikap hidup bersama untuk saling melayani. Oleh karena itu, kita tidak perlu bertanya mengapa kita harus melayani, apa yang Tuhan sudah berikan bagiku, tidak perlu merasa minder merasa tidak ada hal yang bisa kita kerjakan, kita juga tidak boleh berkata tidak ada yang bisa kita berikan sebab kita sangat terbatas. Kita harus melihat bahwa hidup kita sudah mendapatkan dan menikmati setiap anugerah dari Tuhan terlebih kita sudah ditebus oleh Yesus Kristus dan digembalakan oleh-Nya dengan baik.
Rasul Paulus mencoba mengantisipasi kemungkinan muncul ketidakpercayaan orang lain terhadap gereja dan dirinya berkaitan dengan pengumpulan dan penggunaan bantuan bagi jemaat miskin di Yerusalem. Caranya adalah dengan mengutus beberapa orang, termasuk di dalamnya adalah Titus sebagai wujud transparansi. Jemaat Korintus telah bertemu dengan dia dan menerima pelayanannya, sebagaimana rasul Paulus membuktikan kualifikasi mereka. Kualifikasi itu adalah: 1. memiliki kesungguhan hati serta tidak mengharapkan imbalan dalam pelayanan. 2. terpuji karena pekerjaan dalam pemberitaan Injil. 3. teruji dan memang dikenal sebagai orang yang selalu berusaha untuk membantu. 4. mendapat rekomendasi yang baik bukan saja dari individu, namun dari gereja atau jemaat. Paulus terlihat sangat berhati-hati dan berusaha menghindari kesalahan yang dapat menyebabkan runtuhnya kepercayaan jemaat Korintus. Yang menjadi pertanyaan: “Apakah kita melayani Tuhan atau melayani pekerjaan Tuhan?” Benarkah yang dikerjakan pada hakikatnya adalah untuk menyenangkan hati Tuhan? Melayani Tuhan berfokus pada apa yang Tuhan mau untuk kita kerjakan, dan menghasilkan buah-buah roh, serta tidak menuntut penghargaan karena dasarnya adalah hati dan iman. Sedangkan melayani pekerjaan Tuhan tetap berfokus pada penyelesaikan daftar pekerjaan, dan hanya menghasilkan kelelahan yang panjang, sehingga hanya selalu menuntut penghargaan dan pengakuan.
Apakah kita menyadari bahwa sesungguhnya posisi kita di hadapan Tuhan adalah hanya sebagai seorang hamba? Anda berhutang, kita berhutang kepada Allah. Penebusannya di kayu salib adalah anugerah yang seharusnya tidak layak kita terima. Pantaskah seorang hamba mengharapkan terima kasih setelah ia melakukan apa yang seharusnya memang ia kerjakan? Kelelahan, kekecewaan, keputusasaan, bahkan perasaan frustasi sangat mungkin terjadi ketika posisi kita sebagai pelayan Tuhan bahkan sebagai anggota jemaat?. Melayani Tuhan bukan beban, melayani Tuhan adalah kesempatan dan anugerah. Renungan: gereja mula-mula, tidak hanya siap diajari, tetapi mempraktekkan prinsip hidup bersama sebagai anggota keluarga Allah, sehingga tidaklah heran apabila tiap-tiap hari Tuhan menambahkan jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Pdt. Maslon Ginting