Khotbah Minggu 22 Septermber 2019

Berdamai Tanda Dari Ibadah 

Matius 5:21-26

5:21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. 5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. 5:23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, 5:24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. 5:25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. 5:26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.


Damai artinya ”keadaan tenteram atau tenang” yang mencakup banyak situasi yang di dalamnya tidak ada pertikaian. Bahkan orang yang mati pun dikatakan beristirahat dalam damai! Dalam Mat 5:9:”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka disebut anak-anak Allah. Yesus mau menegaskan bahwa hanya orang-orang percayalah yang suka damai dan membawa perdamaian.”Suka damai” (bahasa Junani) berarti ”pembawa damai”. Oleh karena itu orang suka damai berarti melakukan dan menyuarakan perdamaian secara aktif, sehingga mampu merubah situasi yang sebelumnya kurang damai akan menjadi damai.

Melalui nas ini orang Farisi membuat hukum-hukum Allah menjadi lebih mudah untuk diterapkan, tetapi terjadi penyempitan arti, karena yang dihukum hanyalah bagi yang membunuh saja. Namun seseorang yang melakukan kriminal, aborsi, melempar bom, dan kejahatan lain, tidak ada lagi hukuman. Dan hukum Farisi hanya membawa manusia takut kepada pengadilan dunia saja tidak sampai kepada pemahaman ke pengadilan Allah. Oleh karena itu, Yesus mau membongkar apa yang sudah mereka lakukan dan berkata: “Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum. Yesus masuk ke dalam dasar, akar permasalahan dalam hidup manusia. Marah merupakan akar dari pembunuhan. Contoh:  pembunuhan Kain atas Habel. Apa akar terjadinya pembunuhan itu? Kemarahan dan kedengkian terjadi karena persembahan Kain ditolak padahal Allah sangat menghargai kehidupan. Dalam penciptaan Allah hanya sekali menyebut kematian, sebagai akibat dari pelanggaran atas perintah-Nya, maka terjadilah dosa. Karena dosa  telah masuk dalam hidup manusia, terjadilah kebencian dan kedengkian,  akhirnya terjadi pembunuhan akibatnya ada hukuman dari Allah.  Zaman sekarang banyak manusia membunuh ratusan bahkan ribuan orang disebabkan oleh kemarahan yang disertai kebencian. Yesus berkata, jika kamu marah, kamu akan mendapatkan hukuman yang setimpal dengan membunuh. Karena itu “Jika engkau membawa persembahan ke atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada di dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu itu dan pergilah berdamai dahulu dengannya.” Ini berarti jika ada seseorang yang terluka oleh karena tingkah laku atau perkataan kita, sepatutnya kita datangi dahulu orang itu dan berdamailah dengannya. Jangan menutup-tutupi persoalan kita dengan aktivitas pelayanan dengan ibadah, karena ibadah berpusat di hati dan tidak boleh mengenakan topeng kemunafikan.Jangan menunda hingga matahari terbenam, Tuhan juga akan mengampunimu.

Ada istilah : “Sejuta kawan tidak sanggup membawamu masuk sorga, tetapi satu musuh cukup menutup sorga dan membuka neraka bagimu. Itu artinya perdamaian adalah kesukaan Allah bagi kehidupan manusia dan dunia ini. Karena itu, sebagai orang-orang percaya yang telah diperbaharui oleh Allah dalam pengampunan dan pengudusan Yesus Kristus, janganlah rendahkan orang lain, janganlah mengorbankan orang lain, tetapi saling mengasihilah. Renungan:  Damai itu indah.  Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.(Mat 7:12).

Pdt. Maslon Ginting