Khotbah Minggu 4 Agustus 2019

Rawat dan Kuduskanlah  Perlengkapan Bait Allah

Esra 8:24-30

8:24 Lalu aku memilih dua belas orang pemuka imam, yakni Serebya dan Hasabya, dan bersama-sama mereka sepuluh orang dari antara saudara-saudara mereka.
8:25 Aku menimbang bagi mereka perak, emas, dan perlengkapan-perlengkapan, yakni persembahan-persembahan khusus bagi rumah Allah kami yang dikhususkan oleh raja serta penasihat-penasihatnya dan pembesar-pembesarnya dan semua orang Israel yang ada di sana.
8:26 Pula aku menimbang untuk menyerahkan ke tangan mereka: perak enam ratus lima puluh talenta, perlengkapan perak seharga seratus talenta, emas seratus talenta,
8:27 dua puluh piala emas seharga seribu dirham dan dua buah perlengkapan dari pada tembaga murni yang mengkilat dan indah seperti emas.
8:28 Dan aku berkata kepada mereka: “Kamu kudus bagi TUHAN, dan perlengkapan-perlengkapan inipun kudus, dan perak dan emas ini adalah persembahan sukarela kepada TUHAN, Allah nenek moyangmu;
8:29 rawatlah dan jagalah itu sampai kamu dapat menimbangnya di depan para pemuka imam serta orang-orang Lewi dan para pemimpin kaum keluarga orang Israel di Yerusalem, di dalam bilik-bilik rumah TUHAN.”
8:30 Lalu para imam dan orang-orang Lewi menerima perak dan emas dan perlengkapan-perlengkapan yang telah ditimbang itu untuk dibawa ke Yerusalem, ke rumah Allah kami.

 

Mempersembahkan tubuh sebagai korban yang hidup dan kudus  adalah puncak dari hidup yang menyukakan hati Allah. Kata berkenan (wellpleasing) berarti diterima. Oleh sebab itu, keberkenanan di hadapan Tuhan hendaknya tidak saja diukur dari jumlah persentase dari kehadiran dan persembahan kita, tetapi juga meliputi seluruh hidup dan milik kita yang harus dikembalikan kepada Tuhan. Kehidupan seperti ini dapat dikatakan sebagai ibadah yang sejati, yaitu ibadah yang memiliki dasar atau landasan, cerdas, masuk akal dan beralasan. Dengan kata lain, orang-orang percaya dapat menghayati pelayanannya bagi Tuhan dalam ibadah setiap hari, di mana seseorang menggunakan potensi jasmani dan rohaninya bagi Kerajaan Allah dengan benar.

Bagi orang Yahudi, Bait Suci adalah lambang kehadiran Allah yang turun dari surga dan memenuhi bait-Nya itu dengan kemuliaan-Nya dan berjanji untuk menempatkan nama-Nya di- sana. Bait suci juga mewakili penebusan umat-Nya oleh Allah. Dua fungsi penting dilaksanakan di dalamnya: Persembahan korban-korban penghapus dosa di atas mezbah dan hari raya Pendamaian, yaitu ketika imam besar memasuki tempat mahakudus untuk memercikkan darah di atas tutup tabut perjanjian untuk mendamaikan dosa-dosa umat-Nya. Melalui upacara-upacara ini, orang Israel diingatkan mengenai betapa mahalnya harga penebusan dan pendamaian mereka di hadapan Tuhan. Oleh karena itu, umat-Nya harus menolak semua bentuk ilah-ilah yang selalu ditawarkan di sekitar mereka dan berjanji hanyalah setia menaati hukum-hukum Allah, termasuk dalam memakai peralatan semuanya  harus dijaga supaya tetap kudus. Kekudusan yang dimaksud adalah mengacu kepada kedaulatan Tuhan (Kel.15:11) Roh dan nama-Nya, diagungkan, dimuliakan (Yes. 52:10),juga kepada manusia: semua petugas dalam rumah ibadah seperti imam-iman, kaum Lewi harus kudus dan bersih (Im. 21:6), dalam setiap persembahan yang diberikan kepada Allah, tidak bercacat dan bersih (Kel. 29:33). Peralatan yang dipakai, semuanya harus dijaga dengan baik dan  hanya dapat dipergunakan sesuai dengan hukum-hukum Tuhan sehingga kebersihan dan kekudusannya tetap terjaga dengan benar. Artinya, alat-alat yang dipakai tetap dipertanggung jawabkan kepada Allah.(ayt 28-30).

Yesus berkata: Rumah-Ku adalah rumah doa, tetapi mengapakah kamu menjadikannya sebagai sarang penyamun.”  Dari uraian di atas jelas bahwa kekudusan dan keagungan Bait Allah harus tetap dijaga dan terpelihara dengan baik. Bait Allah nilainya secara materi cukup tinggi, alat-alat yang dipakai dalam ibadah-ibadah juga cukup banyak karena itu dibutuhkan tata cara tentang aturan pemakaian dan penyimpanan semua alat-alat yang ada. Artinya melalui sarana yang dipakai, tujuannya bukan pada objek secara materi, tetapi lebih kepada tanggung jawab dan ketulusan hati. Marilah kita lebih melihat tujuan utama, agar jangan hanya rajin dan suka membeli tetapi tidak mampu dalam pemeliharaannya. Renungan: orang percaya harus tetap menjaga hidupnya terus menerus untuk tetap mempermuliakan Tuhan di manapun, kapanpun, dan dalam situasi apapun sehingga kita dapat menjadi garam dan terang bagi dunia di manapun kita berada, dan harus diingat bahwa tubuh kita adalah Bait Allah yang hidup dan yang telah diperbaharui oleh darah Kristus.

 

Pdt. Maslon Ginting