Khotbah Minggu 24 Feb 2019

 “Mendengarkan Pengajaran Tuhan”

Lukas 10:38-42

Maria dan Marta

10:38 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.

10:39 Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,

10:40 sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”

10:41 Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, 10:42 tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”

 

Kita percaya Tuhan seringkali mau berbicara melalui gereja untuk  menjawab doa dan pergumulan dengan berbagai macam cara, tetapi jangan sampai kita mengabaikan sumber  utama  yang Tuhan telah berikan kepada kita, yaitu Firman Tuhan dalam Alkitab. Alkitab adalah arahan, jawaban, dan pimpinan Tuhan yang dapat kita akses setiap hari, setiap menit, dan bahkan setiap detik. Tetapi persoalannya adalah, masih banyak orang Kristen yang malas untuk membukanya. “Janganlah mengatakan Tuhan tidak pernah menjawab jika Alkitab kamu masih tertutup. “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun, ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum. (Ibrani 4:12 a).

Dalam nas ini Maria dan  Marta adalah keluarga yang melakukan  pelayanan dalam menyambut Yesus dan murid-Nya. Ada dua pengajaran yang dilihat, yaitu memadukan kedua cara penyambutan antara iman dan tindakan. Adalah timpang jika perbuatan baik itu tidak memiliki dasar kebenaran iman, demikian juga mengenal kebenaran Tuhan tetapi tidak ada realisasi. Jadi, pada prinsipnya dengan mengenal dan mencintai kebenaran Tuhan harus beriringan dengan perbuatan yang nyata. Itulah sebabnya Lukas menuliskan kisah Maria dan Martha ini setelah perumpamaan “Orang Samaria yang murah hati” (10: 25-37). Bahwa tidak cukup hanya mengenal dan mengetahui tentang kebenaran firman Tuhan, namun lebih dari itu harus menyatakan pengenalan kebenaran Firman Tuhan itu dalam kehidupan. Yang menjadi permasalahan bagi Marta adalah terletak pada sikap hatinya, sebab tidak ada yang salah jika dilihat dari niatnya yang tulus untuk berbuat baik. Yesus menjawab “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara”. Kekawatiran telah membawanya pada sikap yang salah sampai-sampai dia telah berani memerintah Tuhan  sampai lupa untuk apa dan untuk siapa menyibukkan dirinya. Karena itu, ia tidak menyalahkan tapi menunjuk saudaranya: “Maria telah memilih bagian yang terbaik”. Keramahan dan sukacita Maria meyambut tamunya berfokus pada tujuan utama perjumpaan bukan terletak pada hal-hal lahiriah. Sehingga kita mampu berbagi waktu antara kerja dan ibadah. Sebab ketika mendengarkan Firman Tuhan sangat dibutuhkan ketulusan, keiklasan dan niat kita yang murni untuk berjumpa dengan Tuhan. Firman- Nya: Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”.

Kepada Petrus Yesus berkata: jika engkau tidak membiarkan aku mencuci kakimu – dalam hal ini kita sebut istilah melayani Petrus, maka engkau tidak akan mendapat bagian di dalam Aku. Yesus lebih dahulu melayani kita, barulah kita dimampukan untuk melayani Dia di dalam setiap aspek kehidupan ini. Ada banyak orang yang mengambil posisi seperti Marta. Mereka aktif bahkan terlalu aktif di gereja, atau sibuk dengan pekerjaannya, namun dalam setiap kegiatan, mereka tidak menerima pengajaran yang benar. Marta tidak tahu bahwa dialah sesungguhnya yang harus dilayani lebih dahulu, bukan Tuhan Yesus. Renungan: siapakah yang kita layani dalam aktifitas kita setiap hari? Diri kita atau Tuhan Yesus?

(Pdt. Maslon Ginting)