Renungan Ibadah Minggu 26 Januari 2025

“Hiduplah Seturut Kehendak Tuhan”
(1 Kor 7:17-24)

Hidup dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah
7:17 Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat. 7:18 Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat. 7:19 Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah. 7:20 Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah. 7:21 Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu. 7:22 Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula
orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya. 7:23 Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia. 7:24 Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.

Kalau kita memperhatikan ayat 17-19, kita yakin bahwa hal ini dibahas oleh Paulus di dalam suratnya, karena ada dua pandangan yang saling kontradiksi di antara umat kristiani mengenai sunat. Saya yakin bahwa doktrin mengenai sunat telah diperbincangkan pada waktu itu, dan hal tersebut menimbulkan kebingungan dan keresahan bagi umat kristiani yang ada di Korintus. Pada waktu itu, ada pandangan di kalangan orang Kristen Yahudi bahwa untuk menjadi seorang Kristen, mereka harus disunat. Jika ada orang yang mengaku Kristen namun tidak disunat, kekristenannya diragukan. Jika ada orang yang mengaku Kristen tetapi belum disunat, dia belum sepenuhnya menjadi Kristen. Pandangan tersebut menganggap bahwa sunat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kekristenan. Sunat merupakan tanda bahwa seseorang telah menjadi Kristen.

Akibat dari pandangan ini, ada sebagian orang yang telah menjadi pengikut Kristus menjadi ragu akan kekristenannya. Mereka mulai bimbang dan mulai mempertanyakan apakah mereka benar-benar Kristen atau Kristen kelas bawah. Lebih lanjut mereka–Paulus dalam 1 Kor 7:17- 24 berkata, “Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat. Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha
meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat. Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah. Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah. Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu. Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan.
Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya.

Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia. Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal dihadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.” Kemudian Paulus dalam ayat 23 berkata, “Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.”
Paulus mengingatkan umat Kristiani, mengingatkan setiap orang Kristen bahwa kita telah ditebus oleh Kristus dan hutang dosa kita telah dibayar lunas, bukan cicilan atau kredit.” Jika hutang dosa kita telah lunas dibayar, kita jangan lagi mau menjadi hamba atau budak manusia. Paulus mengatakan bahwa jika seseorang dipanggil dalam keadaan sebagai seorang hamba, dia dapat menerima keberadaannya sebagai seorang hamba. Hal itu benar, tetapi bukan sebagai status tetapi sebagai pekerjaan. Sekalipun dia seorang hamba namun tindakan dan pikirannya harus
sebagai orang yang telah dibebaskan oleh Kristus. Tugasnya bisa tetap sebagai pelayan atau hamba, tetapi statusnya merupakan orang yang telah dimerdekakan oleh Kristus. Karena itu cara berpikir dan cara bertindak, harus seperti cara yang dikehendaki oleh Kristus. Jadi, kita sebagai orang Kristen harus mengikuti dan melakukan panggilan kita masing-masing di dalam Kristus. “Dalam keadaan apa pun kita dipanggil, tinggallah bersama Allah.” Kata “tinggal” dalam ayat 24 adalah kata untuk “tinggal” atau “hidup”. Panggilan hidup kita adalah untuk hidup bersama
dan sesuai kehendak Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. (RSL)

 

Warta jemaat dapat didownload di sini