Renungan Ibadah Minggu 12 Januari 2025

“Anak Manusia yang Di utus Allah”

Markus 9 : 2 ~ 12

Yesus dimuliakan di atas gunung
9:2 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, 9:3 dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. 9:4 Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. 9:5 Kata Petrus kepada Yesus: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” 9:6 Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. 9:7 Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” 9:8 Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. 9:9 Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. 9:10 Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan “bangkit dari antara orang mati.” 9:11 Lalu mereka bertanya kepada-Nya: “Mengapa ahli-ahli Taurat berkata, bahwa Elia harus datang dahulu?” 9:12 Jawab Yesus: “Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya, bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan?

Saudara/i yang dikasihi Tuhan, dalam Injil Markus 9: 2-10 dikisahkan tentang Yesus yang naik ke atas gunung untuk berdoa bersama dengan tiga murid-Nya: Petrus, Yakobus dan Yohanes. Ketika sedang berdoa, wajah Yesus berubah, pakaian-Nya juga menjadi putih berkilau-kilauan. Menurut Injil Markus, wajah Yesus berubah rupa sedemikian rupa hingga bercahaya seperti matahari, sementara pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Peristiwa ini sering disebut sebagai transfigurasi (menandai suatu perubahan bentuk atau rupa). Dalam peristiwa itu, Musa (pemimpin peziarahan orang Israel meninggalkan Mesir) dan Elia (nabi terbesar dalam sejarah Israel) nampak dalam kemuliaan. Ketiganya berbicara mengenai perjalanan Yesus ke Yerusalem. Apa maksudnya perjalanan Yesus ke Yerusalem? Yerusalem pusat kota dan peribadatan (kultus) orang Yahudi. Yerusalem adalah kota Allah. Yesus adalah “Musa baru” yang akan menuntun peziarahan seluruh umat manusia dari perbudakan dosa dan kematian, menuju Yerusalem baru, yakni Kerajaan Allah.

 

Peristiwa Transfigurasi ini diimani sebagai salah satu dari lima peristiwa penting dalam kehidupan Yesus (pembaptisan, penyaliban, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga). Transfigurasi Yesus di atas gunung  merupakan bentuk penyataan jati diri Kristus sebagai Anak Allah, sehingga manusia dapat mengenal-Nya sebagai Juruselamat yang akan membawa kehidupan baru kepada seluruh umat manusia.

 

Pada waktu peristiwa itu, tiga murid Yesus bersama dengan Dia.  Petrus menawarkan untuk mendirikan tiga kemah karena mereka sungguh bahagia. “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” (Markus 9:5).  Petrus didasari keinginan untuk mengabadikan kemuliaan Yesus di gunung tersebut. Petrus disadarkan oleh suara dari awan yang mengatakan “Inilah Anak yang Kukasihi, Dengarkanlah Dia.” Suara tersebut diperdengarkan untuk menyadarkan Petrus, agar mengenal Yesus secara utuh. Kemuliaan Yesus harus diwujudkan dengan cara turun gunung ke Yerusalem, menyelesaikan misiNya dengan penderitaan yang akan Ia alami sampai mati di kayu salib.

 

Dari Transfigurasi Yesus kita yakin bahwa Yesus adalah  Anak Manusia yang Diutus ALLAH dan mendengar-Nya. Mendengar Yesus adalah mengenal Dia, dan mengikuti cerita-Nya secara utuh. Peristiwa transfigurasi mengingatkan kita bahwa Yesus adalah Tuhan yang mulia, tapi harus mengalami penderitaan. Yesus tidak mau kita langsung sampai pada kesimpulan Yesus adalah Tuhan yang mulia, tanpa melihat cerita kesengsaraan-Nya. Hal ini didukung oleh ayat 9, ketika Yesus melarang Petrus, Yohanes, dan Yakobus untuk menceritakan peristiwa transfigurasi tersebut kepada siapapun sampai Yesus bangkit. Sehingga orang-orang tidak mengalami lompatan kesimpulan, tanpa melihat keutuhan cerita Yesus dengan berbagai dinamika yang Ia alami. Kisah transfigurasi Yesus memanggil kita untuk menyadari perjalanan panjang kehidupan kita, yang mengalami naik-turun, pasang-surut, suka-duka. Dan dalam rute kehidupan itu, kita dituntut untuk tetap  taat, setia, dan sabar. Allah ingin menghadirkan happy ending dalam cerita kehidupan kita,  yakni pembebasan, keselamatan, dan kemuliaan. Tuhan Yesus memberkati. (RSL)

 

Warta Jemaat dapat didownload di sini