Renungan Minggu 24 September 2023

“Perbuatan Yang Baik/ Perbahanen Si Mehuli”

Kejadian 33:1-11

Yakub berbaik kembali dengan Esau

33:1 Yakubpun melayangkan pandangnya, lalu dilihatnyalah Esau datang dengan diiringi oleh empat ratus orang. Maka diserahkannyalah sebagian dari anak-anak itu kepada Lea dan sebagian kepada Rahel serta kepada kedua budak perempuan itu. 33:2 Ia menempatkan budak-budak perempuan itu beserta anak-anak mereka di muka, Lea beserta anak-anaknya di belakang mereka, dan Rahel beserta Yusuf di belakang sekali. 33:3 Dan ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu. 33:4 Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka. 33:5 Kemudian Esau melayangkan pandangnya, dilihatnyalah perempuan-perempuan dan anak-anak itu, lalu ia bertanya: “Siapakah orang-orang yang beserta engkau itu?” Jawab Yakub: “Anak-anak yang telah dikaruniakan Allah kepada hambamu ini.” 33:6 Sesudah itu mendekatlah budak-budak perempuan itu beserta anak-anaknya, lalu mereka sujud. 33:7 Mendekat jugalah Lea beserta anak-anaknya, dan merekapun sujud. Kemudian mendekatlah Yusuf beserta Rahel, dan mereka juga sujud. 33:8 Berkatalah Esau: “Apakah maksudmu dengan seluruh pasukan, yang telah bertemu dengan aku tadi?” Jawabnya: “Untuk mendapat kasih tuanku.” 33:9 Tetapi kata Esau: “Aku mempunyai banyak, adikku; peganglah apa yang ada padamu.” 33:10 Tetapi kata Yakub: “Janganlah kiranya demikian; jikalau aku telah mendapat kasihmu, terimalah persembahanku ini dari tanganku, karena memang melihat mukamu adalah bagiku serasa melihat wajah Allah, dan engkaupun berkenan menyambut aku. 33:11 Terimalah kiranya pemberian tanda salamku ini, yang telah kubawa kepadamu, sebab Allah telah memberi karunia kepadaku dan akupun mempunyai segala-galanya.” Lalu dibujuk-bujuknyalah Esau, sehingga diterimanya.

Sangat indah hidup dalam perdamaian. Akan tetapi menjadi masalah yang membawa konflik dan dendam ketika persoalan tidak diselesaikan dengan damai. Dalam renungan kita hari ini, bagaimana perdamaian diusahakan walaupun membutuhkan proses dan waktu yang lama. Dalam Kejadian 27 diceritakan bagaimana Esau menaruh dendam terhadap Yakub karena Yakub menipu ayahnya Ishak dan mengambil hak untuk mendapatkan berkat yang seharusnya menjadi milik abangnya Esau. Tindakan curang Yakub ini membuat Esau marah dan berniat membunuh adiknya itu. Akibatnya Yakub harus pergi meninggalkan ayah dan ibunya beserta keluarganya dan pergi ke Haran tempat pamannya yang bernama Laban (Kej. 27:43). Akibat kesalahan Yakub terhadap abangnya Esau mengakibatkan Yakub harus berpisah dengan Esau dan orang tuanya serta dengan semua orang yang ada di rumahnya selama 20 tahun (bnd. Kejadian 31:38). Yakub merindukan kampung halamannya dan semua keluarganya. Oleh sebab itu setelah Rahel melahirkan Yusuf, berkatalah Yakub kepada Laban agar Laban mengijinkan dia pergi pulang ke tempat kelahirannya dan ke negerinya (Kej. 30:25). Akan tetapi untuk pergi ke kampung halamannya bukanlah hal yang mudah karena di tanah kelahirannya ada orang yang menaruh dendam kepadanya yaitu abangnya sendiri yang telah ditipunya untuk mendapatkan berkat Tuhan dari ayah mereka. Dengan perbuatan yakub dulu, maka Esau masih menaruh dendam dan akan membunuhnya. Rasa takut menghantui Yakub (Kej. 32). Akan tetapi hal itu tidak mengurangi keinginan Yakub untuk pergi ke tanah kelahirannya karena Allah sendiri menyertai dia, seperti yang disampaikan dalam Kejadian 30:3, “Lalu berfirmanlah Tuhan kepada Yakub:, “Pulanglah ke negeri nenek moyangmu dan kepada kaummu dan Aku akan menyertai engkau”. Yakub melayangkan pandangnya, lalu dilihatnyalah Esau datang dengan empat ratus orang yang dibawanya. Dengan takut dan gentar, Yakub menjumpai Esau. Dalam ketakutan dan rasa bersalah itu Yakub berjuang mendapatkan pengampunan dari kakaknya. Yakub ingin diampuni supaya dapat kembali hidup berdampingan dangan sang kakak. Untuk itulah Yakub melakukan beberapa hal agar mendapatkan pengampunan dari kakaknya Esau:

•         Yakub menyesali kesalahannya terhadap Esau, dan oleh karena itu ia mau mencari Esau untuk memohon belas kasih kakaknya itu (Kej.32:3-5).

•         Yakub berdoa kepada Tuhan. Ia ingin membereskan dosanya dengan Allah. Di hadapan Allah, Yakub mengakui ketidaklayakannya karena keberdosaannya dan memohon belas kasih Allah untuk melepaskannya dari amarah dan dendam Esau (Kej. 32:9-12).

•         Sebagai tebusan atas penipuan dan pencurian terhadap Esau, Yakub rela berkorban dengan mempersembahkan banyak hartanya bagi Esau (Kej. 32:13-15).

•         Yakub merendahkan diri, dan bersujud tujuh kali ketika berhadapan dengan Esau guna memohon maaf (Kej.33:3). Sujud sampai ke tanah adalah sikap merendahkan diri, sambil menaruh homat pada Esau (orang yang dianggap lebih tinggi) dan memohon belas kasihnya.

Ternyata upaya Yakub agar Esau mengampuninya akhirnya berhasil. Esau pun siap mengampuni adiknya itu. Doa dan tindakan penyesalan (pertobatan) Yakub membuahkan hasil. Allah bertindak, sehingga jauh sebelum bertemu Yakub, Esau sudah mengampuni Yakub (ay. 4, 8). Esau telah melepaskan segala amarah dan dendam terhadap adiknya, dan siap mengasihinya kembali. “Esau berlari mendapatkan Yakub”. Esau mendekap adiknya itu. Dekap, berarti menerima orang lain dengan segenap jiwa dan raga. Dekapan adalah tanda penerimaan terhadap orang lain ke dalam diri kita sepenuhnya. Mengampuni berarti menerima kembali orang yang pernah menyakiti kita dengan segenap hati. Esau memeluk dan mencium adiknya. Hubungan dipulihkan. Mengampuni tidak sekedar melupakan kepahitan, menerima kembali orang lain, tetapi lebih jauh, siap mengasihinya dengan kasih yang tulus dan total. Oleh sebab itu sebagai orang percaya, kita manusia berdosa telah dikasihi Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib untuk mengampuni dan menyelamatkan kita. Maka sudah semestinya hidup kita selalu menampakkan perbuatan baik, hidup kita dipersembahkan bagi kemuliaan Tuhan. Dengan kerendahan hati dan kesadaran, kita mau mengampuni dan berdamai dengan orang-orang yang  melukai hati kita. Sebaliknya, kita juga menyadari kesalahan  dan menyesalinya serta mau membuka diri untuk berdamai dengan mereka yang sudah kita sakiti. Selamat melakukan perbuatan baik dan menjadi pembawa damai. (RS)

warta jemaat dapat didownload di sini