“MENOLONG SESAMA DENGAN KASIH”
Roma 13:8-14
Kasih adalah kegenapan hukum Taurat
13:8 Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. 13:9 Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! 13:10 Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat. 13:11 Hal ini harus kamu lakukan, karena kamu mengetahui keadaan waktu sekarang, yaitu bahwa saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur. Sebab sekarang keselamatan sudah lebih dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi percaya. 13:12 Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang! 13:13 Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. 13:14 Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.
Ada ungkapan yang mengatakan seperti ini, “Semua agama sama saja. Semua juga mengajarkan yang baik.” Nah, kira-kira itulah pluralisme. Pada dasarnya, pluralisme adalah paham yang menghargai adanya perbedaan. Dalam kehidupan sosial, pluralisme sangat dibutuhkan. Kita ingin hidup damai dengan semua orang dan saling menghargai satu sama lain. Itulah yang disebut sebagai pluralisme sosial. Kita semua harus memilikinya. Namun dalam hal keimanan, kita tidak boleh terjebak dalam pluralisme agama yang mengatakan “semua agama sama saja”. Kita harus mewaspadai pluralisme agama ini. Bacaan kita hari ini menegaskan bahwa kita tidak boleh serupa dengan dunia ini. Kita tahu persis bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan. Untuk itu, kita tidak perlu takut untuk mengekspresikan iman kita tersebut kepada orang lain. Inilah dua sisi koin dari pluralisme. Di satu sisi, kita perlu menghindari menyamaratakan semua agama, tapi di sisi lain kita memiliki kebebasan untuk mempertahankan identitas iman kita. Jadi, kita sama sekali tidak perlu minder atau takut menjadi orang Kristen di tengah-tengah masyarakat yang pluralis.
Minggu ini dinamai Minggu Pluralisme, mengingatkan kita bahwa Allah menciptakan dunia ini dengan keanekaragaman dan kepelbagaian, baik suku, bangsa, Bahasa dan keberagamanan lainnya. Di dalam keberagaman itu Allah memakai umatNya untuk menghadirkan kemuliaanNya dengan menempatkan kita di tengah-tengah suku, bangsa, bahasa dan agama bukan untuk maksud supaya terjadi perselisihan melainkan Allah memanggil kita untuk menunjukkan cara hidup kita sebagai anak-anak Tuhan. Dengan demikian, suku, bangsa dan bahasa bahkan agama lain mengenal Allah melalui kehidupan kita.
Gereja adalah kawan sekerja Allah yang dituntut untuk hidup dalam kasih, sehati sepikir dalam satu tujuan peka dalam setiap permasalahan dan dengan ketulusan dan kerelaan membangun komunikasi dengan siapapun dengan tidak mencari keuntungan sendiri, melainkan selalu berbuat baik untuk kepentingan orang lain juga. Mendasarkan segala sesuatu dari dalam kebenaran firman Allah, maka gereja terpanggil untuk meluruskan yang bengkok, proaktif untuk melihat dan melibatkan setiap situasi dan kondisi dimana kebersamaan perlu dibangun. Sekalipun di tengah banyak kepentingan, tembok-tembok pemisah satu dengan yang lain. Gereja punya tanggungjawab etis teologis untuk memberlakukan dan menjelaskan nilai-nilai demokrasi kristiani dalam keadilan, kebenaran dan perdamaian. Berani dan rela untuk mengimplikasi kehidupan dalam keberagaman. Kita harus bisa belajar dari Yesus Kristus yang rela melakukan inkarnasi, ‘terjun langsung’ ke tengah umat manusia dan dunia untuk menjadi saudara, untuk menjadi sesama dan untuk berbagi hidup di tengah manusia dalam kekhawatiran, kemiskinan dan keputusasaan mereka.
Melalui Kebaktian ini Allah akan memperlengkapi kita supaya hidup kita menjadi berkat di tengah-tengah suku, bangsa, bahasa dan agama di Tengah-tengah dunia ini. Kita hidup penuh Kasih kepada sesama manusia. Pesan kasih sesungguhnya begitu penting. Yesus mengajarkan : “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yohanes 13:34). Kita diminta untuk bisa mencapai sebuah tingkatan yang lebih tinggi untuk mengasihi orang lain. Bukan hanya seperti kita mengasihi diri kita sendiri melainkan dengan bercermin kepada Yesus yang begitu mengasihi kita. Salah satu bentuk kasih akan terlihat dari kerinduan kita untuk membantu sesama tanpa melihat latar belakang agama, suku, golongan atau status sosialnya. Orang yang hatinya penuh dengan kasih akan gelisah ketika melihat ada orang yang membutuhkan bantuan, dan akan sangat bahagia ketika bisa berbuat sesuatu untuk menolong orang lain. Orang yang dipenuhi kasih akan segera bergerak tanpa diminta. Menawarkan bantuan saat melihat ada orang disekitarnya yang tengah membutuhkan itu. Apa yang penting bukan jumlah nominal atau persentase waktu dan tenaga yang kita curahkan buat membantu, tapi dari kesungguhan dan ketulusan kita atas kasih Yesus yang hidup di dalam diri kita. Gereja adalah kawan sekerja Allah yang dituntut untuk hidup dalam kasih, sehati sepikir dalam satu tujuan peka dalam setiap permasalahan dan dengan ketulusan dan kerelaan membangun komunikasi dengan siapapun dengan tidak mencari keuntungan sendiri, melainkan selalu berbuat baik untuk kepentingan orang lain juga. Selamat Mengasihi dan menjadi berkat bagi siapa saja. (RS)