Bahan Sermon PJJ 5 Juli 2023

Kuan/ Amsal 30:7-9.Tema: Bereken kai sikuperluken

====================================    

 Dalam menata kehidupan ditengah-tengah dunia ini  kita harus mempunyai “spiritualitas dalam berpengetahuan agar mampu memberi pemahaman yang benar tentang maksud dan rencana Tuhan. Dengan hikmad dan Pengetahuan itulah  yang memampukan kita untuk tetap taat dan setia dalam kondisi apapun, termasuk ketika harta kekayaan  dan oleh silaunya gelimang harta.  Itulah sebabnya penulis amsal dalam   yaitu Agur bin Yake, berkata bahwa ia telah meminta dua hal kepada Tuhan sebelum ia mati. (ay. 7).  Yaitu:

– menjauhkan kecurangan dan kebohongan (ay. 8a  Kebohongan sangat sering dilakukan  terutama dalam   bisnis. Barang yang jelek dikatakan sebagai barang bagus, sehingga akan terus terjadi kecurangan dalam melakukan transaksi bisnis,   Sesungguhnya hal inilah yang seharusnya dihindari oleh setiap orang percaya,   sebab kita harus   jujur, jika ya maka kita pun harus berkata “ya”, sedangkan jika tidak, kita pun harus dapat berkata “tidak” (Mat 5:37).  

–  agar Tuhan tidak memberikan kemiskinan atau kekayaan kepadanya (ay. 8b).  Agur bin Yake meminta agar memberikan makanan yang menjadi bagian hidupnya.  Hal ini berarti   agar ia mendapatkan rejeki yang memang seharusnya menjadi bagiannya. Ia tidak ingin menjadi kaya dengan cara mengambil rejeki orang lain, atau dengan melakukan hal-hal yang curang dan bohong. Di sisi lain,  ia juga tidak mau  menjadi miskin karena Tuhan tidak memberikan apa yang menjadi haknya. Dengan kata lain, Agur bin Yake tidak menolak kekayaan dan berkat Tuhan, tetapi dalam amsal yang ditulisnya, ia lebih menekankan bahwa lebih baik ia tidak kaya tetapi hidupnya jujur, daripada ia hidup kaya namun hidupnya penuh dengan kecurangan dan kebohongan belaka.  

– Prinsip hidup yang ditekankan pada ayat 9,  adalah: Ketika kita kenyang, kita tidak menjadi sombong   melainkan   harus bersyukur kepada Tuhan. Segala berkat dan rejeki yang kita terima hingga saat ini, bahkan nafas kehidupan yang Tuhan masih berikan hingga saat ini.  Termasuk dalam segala keadaan.   :Kaya atau miskin, sehat atau sakit, senang atau sedih, muda atau tua, hidup kita seharusnya hanyalah untuk memuliakan Tuhan. 

  1. Dunia selalu berpacu kepada kesuksesan dan keberhasilan yang selalu dilihat dan diukur dari apa yang kita miliki, sehingga manusia terus berpacu dalam ketidak pastian dalam tujuan hidup.  Sesungguhnya   semuanya penting dalam hidup tetapi dari semuanya itu harus yang paling utama adalah: Tuhan. Mengapa? Karena Tuhanlah  yang paling tahu: Apa kebutuhan kita,  sejauh mana kemampuan dan kapasitas kita untuk menerima segala sesuatu. Karena itu dikatakan: Janganlah  sampai kita menderita atau menjadi miskin lalu sulit untuk melakukan firman Tuhan, di sisi lain jangan sampai kekayaan membuat hubungan kita malah rusak dengan Tuhan. Apa yang baik adalah sesuai dengan takaran Tuhan, bukan takaran kita.   Oleh karena itu yang terbaik adalah menyerahkan keputusan ke dalam rancangan tangan Tuhan.  
  2. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Mat. 6:11). Secukupnya.  “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah” (1 Tim. 6:8). Makanan dan pakaian, itulah kebutuhan paling mendasar dalam hidup manusia, sehingga seharusnya jika keduanya sudah terpenuhi, itu sudah cukup untuk mendatangkan rasa syukur. Jika tidak menyadari hal ini maka kita pun akan lupa bersyukur dan akan terus hidup penuh dengan rasa tidak puas. Lalu yang terjadi kemudian: “Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan” (ay 9). Kebinasaan, itu bisa menjadi ujung akhir ketika kita berorientasi kepada kekayaan.   
  3. selalu menjaga diri  agar focus pada  penyertaan dan berkat Tuhan  bukan pada kekayaan.  “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar” (1 Tim. 6:6). Biarlah Tuhan yang menentukan seberapa besar kita layak terima, dengan besar yang cukup sesuai kapasitas kita dan tidak sampai membuat kita lupa diri dan lupa kepada-Nya. Karena itu, kiraya Tuhan memberikan tepat secukupnya bagi kita untuk tetap bisa bersyukur dan memberkati sesama.
  4. Orang bisa berubah karena uang. Pelayanan bisa berubah karena uang. Gereja juga bisa pecah karena uang. Gereja bisa masuk ke pengadilan karena masalah uang (city Harvest, gereja di Surabaya, dst). Keluarga bisa terpecah belah karena masalah uang dan harta benda. Suami istri bisa bertengkar hebat karena masalah uang. Ada keluarga yang menuntut ke pengadilan tinggi kakak atau adiknya karena masalah harta. Bahkan tak jarang kasus pembunuhan terjadi karena masalah uang. Filipi 4:12.   sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan.