Renungan Ibadah Minggu 17 Juni 2023

“Memperhatikan Kehidupan Anak”
1 Samuel 2: 18-21

2:18 Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan. 2:19 Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu kepadanya, apabila ia bersama-sama suaminya pergi mempersembahkan korban sembelihan tahunan. 2:20 Lalu Eli memberkati Elkana dan isterinya, katanya: “TUHAN kiranya memberikan keturunan kepadamu dari perempuan ini pengganti yang telah diserahkannya kepada TUHAN.” Sesudah itu pulanglah mereka ke tempat kediamannya. 2:21 Dan TUHAN mengindahkan Hana, sehingga dia mengandung dan melahirkan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan lagi. Sementara itu makin besarlah Samuel yang muda itu di hadapan TUHAN.

Perilaku yang baik dari kehidupan anak-anak, merupakan suatu kebanggaan dan kebahagiaan setiap orang tua. Oleh karena itu setiap keluarga Kristen yang adalah sebagai persekutuan dan yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamatnya harus terus meneladani hidup dan ajaran Tuhan setiap hari. Maka sebagai kepala keluarga harus terus menjadi teladan dalam kehidupan rohani sehingga mampu memberi semangat dalam perjuangan bagi seluruh anak-anaknya. (Invocasio).

Kisah Samuel menceritakan tentang Hana seorang perempuan yang tekun berdoa meminta anak dari Tuhan di Bait Allah. Hana kemudian bernazar jika Tuhan memberikan anak laki-laki kepadanya, maka anak tersebut akan diberikan untuk Tuhan. Setelah Samuel lahir Hana pun akhirnya menyerahkan Samuel kepada Tuhan, melalui Imam Eli untuk menjadi pelayan di rumah Tuhan di Silo. (ay. 18). Samuel telah menjadi pelayan di dihadapan Tuhan mulai usia dini untuk itu ia telah memakai baju efod dari bahan kain lenan. Tampaknya kedua orang tuanya tetap konsisten dengan memperhatikan anaknya maka setiap perayaan agama setiap tahun mereka membawakan baju jubah kecil untuk dipakainya. Perhatian kedua orangtua Samuel mengingatkan bahwa pertama, secara psikis mereka membuka ruang aman bagi jiwa Samuel bahwa dia memiliki keluarga. Kedua, melalui kedekatan, perhatian dan kasih sayang, serta penghargaan oleh orang tuanya dapat membangun karakter Samuel dalam mengemban tugas dan perannya sebagai imam di Bait Allah. Apa yang dilakukan oleh Hana dan suaminya, sungguh perbuatan yang luar biasa. Bahkan Imam Eli pun mengapresiasi dengan memberkati Hana dan suaminya, Elkana. Tuhanlah kiranya memberikan keturunan kepadamu dari perempuan ini pengganti yang telah diserahkannya kepada Tuhan (ay. 20). Dan hasilnya sungguh luar biasa, bahkan seorang Hana yang dahulu mandul, dapat melahirkan tiga orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan lagi. Tuhan pun mengindahkannya dengan memberikan berkat yang berlipat ganda. Karena itu janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. (Bacaan).

Berbicara tentang mendidik, bukanlah sesuatu yang mudah, sebab tugas itu tidak akan pernah selesai dan menuntut sipengajar harus menjadi teladan yang dipercaya. Dengan ketaatan kepada kebenaran akan dapat melahirkan perilaku yang baik karena dapat menjadi pondasi kuat dalam menghadapi berbagai pengaruh dan ancaman dari Iptek, Medsos, pergaulan dan lingkungan. Dengan teladan dan kebenaran dari Tuhan tentunya dapat membangun hidup serta tetap memotivasi anak-anak untuk bertunbuh dalam kasih. (Tema). Pengajaran dalam kebersamaan dalam kerukunan tentunya dimulai dari lingkungan keluarga. Maka sebagai orang tua, haruslah membiasakan diri untuk selalu peduli terhadap yang lemah, membangun sikap jujur, taat, disiplin dan bertanggungjawab dalam segala hal, serta memahami semua karakter anak-anaknya. Renungan: Setialah berjuang dalam membangun pondasi iman, agar kehidupan keluarga kita dapat terwujud panggilan Tuhan melalui masa depan seluruh anak-anak kita. (MG).

Warta Jemaat dapat didownload di sini