“Bersorak Dan Bersukacitalah.”
Wahyu 19 :5-8
19:5 Maka kedengaranlah suatu suara dari takhta itu: “Pujilah Allah kita, hai kamu semua hamba-Nya, kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar!” 19:6 Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: “Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. 19:7 Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. 19:8 Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!” (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)
Kemuliaan Tuhan yang melegenda atas perbuatan, karya dan kebijakan-kebijakan-Nya yang terus mengalir dalam sejarah kehidupan, yang dialami dan dirasakan oleh angkatan demi angkatan secara terus menerus sepanjang masa. Tuhan kita yang penuh dengan kasih dan panjang sabar, melebihi kasih dari orang tua terhadap anaknya. Allah kita penuh kuasa dan tetap menyatakan kebesaranNya kepada seluruh ciptaanNya, sehingga kita tetap bersorak dan memuji kemuliaanNya. Pujian ini sebagai bukti atas penyertaan Allah bagi umatnya, sehingga kemenangan dan keselamatan akan menjadi nyata. (Invoc).
Wahyu 19 berbicara tentang pujian kemuliaan atas kemenangan Allah. Dengan demikian sikap iman senantiasa berfokus kepada Allah, bukan kepada kekalahan musuh. Ketika fokus kepada musuh akan menghasilkan kebencian, balas-dendam, maka lenyapnya kasih untuk mengampuni, tetapi jika kita fokus kepada pujian atas kemuliaan Allah akan menghasilkan spiritualitas kerendahan hati, iman yang selalu meninggikan dan memuji kebesaran Allah. Itu sebabnya ayt.5 : Maka kedengaranlah suatu suara dari takhta itu: “Pujilah Allah kita, hai kamu semua hamba-Nya, kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar! Konteks yang melatar belakangi adalah penguasa kerajaan Babel yang merupakan simbol kuasa kegelapan bertindak menganiaya dan membunuh umat Allah, baik mereka yang kecil maupun yang besar. Dalam situasi yang mengancam tersebut kepada siapakah umat percaya dan takut, apakah kepada Allah ataukah takut kepada manusia? Mat 10:28, Tuhan Yesus berkata: bahwa orang percaya tidak perlu takut menghadapi penganiayaan dan pembunuhan oleh para penguasa dunia, tetapi harus lebih takut kepada Allah yang berkuasa untuk membinasakan jiwa dan tubuh di dalam neraka. Orang-orang seperti inilah layak untuk diundang dan masuk ke dalam pesta perjamuan pernikahan Anak Domba Allah. Seperti yang perintahkan Allah dalam ayt 9: “Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan nikah Anak Domba” Perjamuan nikah Anak Domba adalah perayaan agung bagi mereka yang sudah hidup dalam anugerah Kristus! Narasi perjamuan kawin Anak Domba Allah berulangkali dipakai oleh Yesus untuk menjelaskan kedatangan Kerajaan Allah (Mat. 9:15, Yoh. 3:29). Matius 25:1-13 mengisahkan tentang sepuluh gadis, tetapi hanya lima gadis yang siap menjadi mempelai wanita untuk menyambut kedatangan mempelai pria. Makna mempelai pria adalah penggambaran tentang Kristus, sedang mempelai wanita adalah penggambaran tentang gereja-Nya. Dengan demikian puncak kebesaran Allah atas manusia akan terjadi pada akhir zaman, yaitu umat bersekutu dengan Kristus, sang mempelai pria, dan hidup dalam relasi kasih yang intim antara Kristus dengan jemaat-Nya, itulah yang membuat kita selalu bersorak. (Tema).
Ketenangan, rasa aman dan perlundungan yang sejati tidak ditentukan oleh tempat, namun penyertaan Tuhan di setiap tempat yang kita tempati. (Bacaan). Kita semakin menyadari bahwa manusia tidak bisa melindungi dirinya hanya dengan kekuatan sendiri. Security sistem yang dibangun oleh IT juga sangat terbatas. Namun di dalam Tuhan ada perlindungan dan keamanan yang tanpa batas. Karena itu jangan hidup sekedar untuk dijalani dan dinikmati semata, namun harus dimaknai secara baik untuk menemukan karya Tuhan dalam setiap pengalaman hidup kita. Renungan: Pastikan bahwa kita selalu populer karena kualitas rohani bertumbuh dengan baik. I Tim 4 : 12 : Janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda, jadilah teladan bagi orang-orang percaya dalam pekataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kasihmu dan dalam kesucianmu. (MG)