Renungan Ibadah Minggu 26 Maret 2023

“Yesus di Minyaki”
Markus 14:3-9

14:3 Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus. 14:4 Ada orang yang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain: “Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini? 14:5 Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.” Lalu mereka memarahi perempuan itu. 14:6 Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. 14:7 Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. 14:8 Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku. 14:9 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.”

Kehidupan bagi setiap hidup orang percaya harus memiliki prinsip yang kuat di dalam iman. Dikatakan demikian, karena fakta nyata menunjukkan bahwa ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan begitu kuat yang selalu menghadang jalan-jalan kita. Selain itu, fakta kehidupan pun menunjukkan bahwa ada banyak orang yang telah percaya, yang imannya menjadi gugur ketika mengikuti kesenangan dunia ini. Yang menjadi pertanyaan adalah: Bagaimana sesungguhnya prinsip hidup di dalam iman itu?

Sebelum menjalani proses salib, Yesus mengalami suatu moment yang sangat penting yaitu seorang perempuan melakukan sebuah tindakan yakni dengan memenyaki Yesus. Kisah ini terjadi di rumah Simon yang pernah menderita sakit kusta dan telah disembuhkan oleh Yesus. Ketika mereka sedang makan datanglah seorang perempuan membawa buli-buli berisi minyak yaitu minyak narwastu, permpuan itu memecahkan leher buli-buli tersebut dan mencurahkannya ke atas kepala Yesus. Apa yang dilakukan oleh perempuan itu, ternyata mendapat respons yang negatif dari orang-orang yang hadir, karena dianggap melakukan tindakan pemborosan. Tetapi berbeda dengan pendapat Yesus yang mengatakan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh perempuan itu adalah sebuah tindakan kasih dan penghiburan bagi Yesus, terlebih mengingat hari kematian, dan penguburan-Nya sebentar lagi akan terjadi. Kalau mengasihi orang- orang miskin selalu saja dapat dilakukan, tetapi mengasihi Yesus dengan meminyaki-Nya, waktunya sangat terbatas. (Tema). Dari Tindakan perempuan itu perlu diketahui bahwa kasih yang dibuktikan dengan setulus hati mendorong kita tetap melakukan yang terbaik tanpa memperhitungkan masallah keuntungan ataupun masallah kerugian, dan inilah yang dikehendaki oleh Yesus. Pada umumnya manusia selalu lebih melihat kepentingan diri, atau nilai sebuah keuntungan yang diperoleh, hal ini terjadi sebagai akibat dari lahirnya keserakahan atas ketidak mampuan dalam menyangkal diri. Menjadikan Tuhan hal yang utama berarti menjadikan kita dalam melakukan hal-hal yang benar, selalu memperjuangkan keadilan dan kebenaran bergulung-gulung seperti air (Invocatio), bahkan ketika ada orang yang berlaku curang, yang ingin menghancurkan, tapi kita sebagai orang percaya, tidak akan pernah tergoyahkan. (Bacaan). Mengapa? Karena keadilan Tuhan tetap menjadi nyata. (Yudika).

Pengalaman perempuan itu, sering membuat kita tersentak, sebab sering sekali ketika mau berbuat kebaikan, masih banyak kritikan bahkan hambatan terjadi, sehingga kita jadi enggan dan menjadi ragu untuk berbuat kebenaran itu. Hal ini adalah salah satu celah yang dapat menghalangi atas apa yang Allah ingin berikan kepada kita, teristimewa cinta kasih dan pengampunan-Nya. Kita tetap terkung-kung di dalam benteng proteksi-diri, merawat luka-luka tanpa henti, padahal yang diperlukan adalah kesembuhan secara total. Dari pengalaman iman perempuan melalui bacaan hari ini menunjukkan bahwa orang-orang yang membuka jiwanya di hadapan Allah dapat menusuk hatinya yang dalam, dan akan dihibur sampai pada tingkat yang tinggi. Renungan: Perkenankanlah Yesus selalu melihat hati yang bersih dan Ia pun akan terus menolong kita dalam menghayati dan menjalani kehidupan dengan cara yang lebih baik, sehingga melalui perbuatan kita, kemuliaan Allah semakin menjadi nyata. (MG).

Warta Jemaat dapat didownload di sini