Bahan Renungan Ibadah Minggu 12 Maret 2023

Kuat Menjalani Penderitaan”

Markus 10: 35-45

Permintaan Yakobus dan Yohanes Bukan memerintah melainkan melayani

10:35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!” 10:36 Jawab-Nya kepada mereka: “Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?” 10:37 Lalu kata mereka: “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.” 10:38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?” 10:39 Jawab mereka: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. 10:40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.” 10:41 Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. 10:42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 10:43 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 10:44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. 10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Penyebab utama penderitaan salah satunya adalah karena dosa, dan itu adalah konsekuensi dari kejatuhan Adam dan Hawa. Kebahagiaan sejati tercapai ketika manusia memiliki relasi yang intim dengan Allah tetapi penyebab rusaknya relasi manusia dengan Allah adalah karena dosa, dan inilah sumber penyebab ketidakbahagiaan manusia.

Diantara murid Tuhan Yesus, masih kental pemahaman bahwa menjadi orang terkemuka atau menjadi pemimpin itu berarti menjadi orang yang terhormat, berkuasa dan pasti dikenal. Setelah Yesus memberitahukan untuk ke tiga kalinya tentang penderitaanNya, namun para murid-Nya justru salah dalam memahaminya, sebab bagi mereka Guru dan Yesus itu akan menegakkan kerajaan Allah bagi kaum Jahudi, dan Yesuslah sebagai Rajanya. Sebelum terlambat, Johanes dan Yakobus datang meminta kedudukan yang tertinggi dalam kerajaan-Nya. Tentu hal ini membuat murid-murid yang lain menjadi marah, seolah-olah mereka tidak mempunyai tempat yang sama dengan kedua murid itu. Jawaban Yesus mengarahkan kepada minum dengan cawan? Artinya adalah menanyakan komitmen, dapatkah kamu dibaptis seperti yang akan aku terima? Mereka menjawab: kami dapat! Ini adalah pengakuan atau komitmen untuk siap menanggung risiko. Jangan siap untuk menjadi orang terhormat, tetapi tidak mau menghadapi tantangan. Dalam bacaan: Bangsa Israel bersungut-sungut, meminta Musa agar mencukupi segala yang mereka butuhkan, justru Tuhan mengirim ular-ular untuk membunuh mereka. Mereka berteriak meminta pertolongan Tuhan, maka Musa disuruh membuat tembaga ular, agar semua umatnya memiliki kehidupan kembali. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa duduk di kemuliaan Allah hal itu adalah anugerah, dan akan diberikan kepada mereka yang patut mendapatkannya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Dalam Kerajaan Allah seorang pemimpin tidaklah bersikap seperti pemimpin dunia, yakni menggunakan kuasa serta otoritasnya demi kepentingan pribadinya tetapi memandang orang lain sebagai saudara untuk dilayani bukan untuk ditindas. Pemimpin yang melayani dan yang memberikan dirinya untuk kesejahteraan orang lain adalah pemimpin yang menghamba. Tidak ada kemuliaan tanpa jalan salib dan tidak ada kehormatan tanpa melayani orang lain. Setiap orang mau menjadi besar harus mempunyai hati yang mau berkorban dan itulah jalan Salip.

Pengorbanan adalah perkara menyerahkan nyawa untuk hidup orang lain. Artinya pengorbanan dalam iman selalu ditujukan untuk keselamatan bagi orang lain. Di dalam proses keselamatan itu, kita memberikan diri kita sendiri bagi orang lain, sama seperti Yesus telah memberikan diri-nya untuk kita. (Tema). Keselamatan bukanlah barang yang mudah didapat atau bisa dibeli di toko dan dibagikan kepada orang lain. Keselamatan adalah anugrah Allah yang dapat salurkan melalui hidup kita kepada orang lain. Dengan demikian berarti kiat akan berhadapan dengan penderitaan bahkan penganiayaan, namun Invocasio: Hanya kepada Allah saja, mataku tertuju, dan berlindung. Orang percaya tidak berorientasi pada kedudukan atau kemuliaan, tetapi berorientasi pada pemberian diri dan melayani orang lain. Renungan: Dia memanggil kita untuk terlibat di dalam pelayanan sama seperti Yesus, hanya dengan cara itulah kita dapat menjadi murid Kristus yang sejati. (MG).

Warta Jemaat dapat didownload di sini