Renungan Ibadah Minggu 19 Februari 2023

Kehadiran Mu Memberi Sukacita Bagi Hidupku”
Lukas 6:31

Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.

Siapakah yang tidak ingin hidup dalam perdamaian? Tentunya semua orang pasti mendambakannya. Walaupun demikian, kita dapat melihat dalam kehidupan sehari-hari bahwa damai sejahtera sewaktu-waktu dapat hilang, ketika ada orang yang melakukan sesuatu yang kurang baik dan rentan terhadap timbulnya perselisihan. Perselisihan itu bisa saja terjadi dalam bidang relasi, komunikasi, hukum, politik, ekonomi, termasuk juga dalam rumah tangga, usaha, pergaulan, dsb. Namun sebagai orang percaya hendaklah sedapat mungkin kita harus bersabar dan hendaknya selalu memilih jalan damai. Kita harus siap menebarkan kasih Allah itu bagi semua orang termasuk orang-orang yang mungkin berseberangan dengan cara hidup dan pola pikir kita, karena nereka adalah bagian dari hidup kita. ( Tema).

Melalui pengajaran Yesus dalam nats ini, kita disadarkan untuk mampu memahami apa perbedaan antara orang yang telah dan yang belum mengalami anugerah Allah. Mereka yang telah menerima kasih dan pengampunan-Nya, haruslah tampil beda dari orang-orang pada umumnya. Kita harus melakukan apa yang dianggap orang tidak mungkin dilakukan, tetapi jelas kita mampu melakukannya yakni mengampuni dan mengasihi terutama terhadap musuh-musuh kita. Yesus berkata, “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (ay.36). dan dalam Mat 5:7 : Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Coba bayangkan dampak yang akan terjadi bila kemurahan hati menjadi prinsip hidup saat di tempat kerja, di tengah keluarga, maupun di tengah masyarakat. Kitab Suci memberikan bukti tentang hal itu lewat tindakan Esau yang menerima kembali adiknya Jakup yang pernah memperdayanya (Kej. 33:4), lewat pertobatan Zakheus yang penuh dengan sukacita (Luk. 19:1-10), dan juga lewat gambaran seorang ayah yang berlari menyambut anaknya yang telah hilang dan pulang kembali (Luk. 15). Ajaran yang diberikan Tuhan Yesus jelas tidak mudah, sebab apabila kita menghendaki supaya orang berbuat baik kepada kita, maka berbuatlah yang baik, lebih baik dan sangat baik dan hal itu ditunjukkan dahulu kepada orang lain, sebagai bukti kita mengasihi Allah. Ingatlah bahwa jikalau kita hanya mengasihi orang yang mengasihi kita, apakah yang menjadi kelebihan kita? Tidak ada. Tuhan Yesus mengingatkan harus mampu menerima serta mengasihi semua orang termasuk orang yang telah berbuat jahat kepada kita. Mengapa? Karena Yesus Kristus, Tuhan kitapun sudah lebih dahulu berbuat baik, dengan penuh cinta kasih demi kebajikan seluruh umat manusia dan dunia ini. Orang yang telah memilih hidup di dalam Kristus, hidupnya memiliki prinsip hidup sebagai “penabur”, bukan sebagai penumpuk harta dan menjadi pelit, tetapi supaya kita dapat menjadi saluran berkat. ( sub tema), mengapa? Karena cara hidupnya adalah bersumber dari kekayaan iman dalam Kristus. (Invocasio).

Kita percaya bahwa semua pribadi di antara kita yang menginginkan supaya orang berbuat baik kepada kita, sudah lebih dahulu berbuat baik, dan sangat baik kepada mereka, seperti Yesus Kristus, Tuhan kita, sudah berbuat baik, lebih baik demi kebaikan dan kebajikan kita. Sebagai kunci kemenangan kita adalah kesetiaan. Kesetiaan yang dimaksud adalah kesetiaan dalam iman, pengharapan serta ketaatan kepada Allah, sampai akhir hidup dan dalam segala keadaan. Renungan: Lebih baik tidak disukai karena melakukan apa yang benar daripada disukai karena melakukan apa yang salah. Lebih baik berdiri bersama Tuhan dan dihakimi oleh dunia, daripada berdiri bersama dunia dan dihakimi oleh Tuhan. (MG)

Warta Jemaat dapat didownload di sini