Renungan Ibadah Minggu 20 November 2022

“Kematian Telah Ditelan Kemenangan”
1 Kor 15: 50-58

15:50 Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa. 15:51 Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, 15:52 dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. 15:53 Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati. 15:54 Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: “Maut telah ditelan dalam kemenangan. 15:55 Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” 15:56 Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. 15:57 Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. 15:58 Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

Segala sesuatu di dunia ini pasti akan berakhir, dan kenyataan itu terkadang membuat  kita terpana. Perasaan seperti itu, sama seperti sedang membaca sebuah buku yang begitu bagus sehingga  kita tidak ingin  akan berakhir. Atau ketika   menonton sebuah film yang sangat bagus dan  kita berharap agar filmnya bisa berlanjut sedikit lebih panjang lagi. Namun segala hal, baik atau buruk semua pasti akan mencapai akhir. Bahkan, kehidupan juga pasti berakhir bahkan terkadang lebih cepat dari yang kita harapkan. Setiap   kita   pernah berdiri di sisi peti mati dari  orang yang disayangi pastilah mengetahui betapa pedihnya perasaan hampa dalam hati yang berharap seandainya hidupnya seharusnya belumlah berakhir.

Rasul Paulus melayani   di Korintus,   kota yang terkenal karena kerusakan moralnya. Jemaat  merasa  bahwa Kristus tidaklah berharga lagi.  Apalagi terjadi soal jawab tentang masalah kematian. Adakah hidup kekal itu? “Bagaimanakah orang mati dapat dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali? ? Paulus menjawab: Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu  kata Paulus dalam 1 Kor 15: 19. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. Sejalan dengan itu  Pengkh. 8:15b : sia-sialah kehidupan manusia itu kalau ia hanya kerja, kerja dan kerja, makan dan makan, minum, dan minum, tidur dan bangun lalu habis, bila tidak hidup bersama Tuhan.  (Bacaan). Daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah, jadi untuk masuk ke dalam hidup kekal   wajib menanggalkan tubuh kefanaan ini dan mengenakan tubuh kekekalan. Bagaimana hal itu mewujud?  Jawabnya   Ibr  3: 14 sbb: Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula. (Invocasio). Pada saat  sangkakala berbunyi  dengan sekejap mata, orang mati dibangkitkan orang yang masih hidup diubahkan   (ayat 51-52). Maka  ayat 54: Maut telah ditelan dalam kemenangan. Dari keduanya disimpukan bahwa  kematian itu telah dikalahkan oleh kemenangan, dan wujud dari kemenangan itu adalah kebengkitan Tuhan Yesus dari kematian. Ayat 55, hai kematian di manakah sengatmu, hai maut dimanakah kuasamu.  Melalui kasih karunia Allah, setiap orang percaya akan menerima tubuh rohani pada saat kebangkitan   memasuki dunia kekekalan.

Kebenaran Allah mengingatkan kita, betapa besarnya kasih dan anugerah-Nya kepada kita. Allah bukan hanya mengampuni dosa kita melalui   Tuhan Yesus, tetapi juga akan menyempurnakan keselamatan kita dengan memberi kita tubuh rohaniah yang mulia. Oleh karena itu, sebagai respons atas kasih dan anugerah Allah, rawatlah tubuh kita dengan baik sebagaimana perintah-Nya kepada kita untuk mempersembahkan tubuh ini sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada-Nya Jadilah pribadi yang bertanggung jawab. Kepastian akan keselamatan kini dan kelak di dalam kuasa kebangkitan Kristus itulah yang akan menjadi jaminan keselamatan kita.  Melalui minggu tahun penghujung gereja ini, kita semakin diteguhkan dalam iman dan pengharapan dalam Kristus, sehingga kita tidak mudah digoyahkan oleh pengajaran dunia ini. Renungan: Utamakan Kualitas Bukan Fasilitas. Kita dapat menjalani kehidupan kita secara mulia, walau kenyataannya mungkin saja diperlakukan tidak mulia. Pengharapan ini semestinya mendorong kita untuk lebih giat  melayani Tuhan. (MG).

Warta Jemaat dapat didownload di sini