Renungan Ibadah Minggu 30 Oktober 2022

“Setia Melakukan Kebenaran”

Yeremia 7:1-7

7:1 Firman yang datang kepada Yeremia dari pada TUHAN, bunyinya: 7:2 “Berdirilah di pintu gerbang rumah TUHAN, serukanlah di sana firman ini dan katakanlah: Dengarlah firman TUHAN, hai sekalian orang Yehuda yang masuk melalui semua pintu gerbang ini untuk sujud menyembah kepada TUHAN! 7:3 Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini. 7:4 Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN, 7:5 melainkan jika kamu sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu, jika kamu sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kamu masing-masing, 7:6 tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain, yang menjadi kemalanganmu sendiri, 7:7 maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini, di tanah yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu, dari dahulu kala sampai selama-lamanya. 7:8 Tetapi sesungguhnya, kamu percaya kepada perkataan dusta yang tidak memberi faedah

Masih banyak yang mengira bahwa,  ketika meninggalkan dosa-dosa besar yang  mencolok,  tetapi masih  mengabaikan dosa dan pelanggaran-pelanggaran kecil yang  dianggap tidak merugikan dan biasa jelas tetap hidup dalam kejahatan, artinya belum bertobat sebab   dosa adalah tetap dosa, dan selalu membawa hidup dalam ketidakkekudusan. Salah satu pekerjaan Roh Kudus adalah menginsafkan dan menyadarkan manusia, supaya bisa semakin semakin dimurnikan dan serupa dengan Kritus. Merubah tingkah laku berarti harus merubah cara berpikir dan cara hidup kita kepada kebenaran Allah.( Invocasio.)

 Yeremia dipanggil menjadi nabi setahun setelah Yosia mulai mereformasi keagamaan. Yosia adalah seorang raja yang baik, sehingga mendapat  banyak dukungan kasih dari rakyatnya   sehingga reformasinya membawakan hasil yang luar biasa.  Namun dibalik itu semuanya, Yeremia melihat cara pandang bangsa Yehuda tentang Bait Allah adalah salah.  Bait Allah adalah jaminan dari Tuhan bahwa  mereka tidak  pernah ditinggalkan oleh Tuhan, dan seluruh dosa-dosa dan kesalahan  selalu diampuni.   Mereka cukup datang ke Bait Allah memberi korban bakaran dan Allahpun  menyertai mereka. Pemahaman  seperti ini membawa bangsa Yehuda tetap menjadi bangsa yang  penuh dengan kemunafikan, sebab secara lahiriah kelihatan menyembah Tuhan, tetapi hati mereka jauh dari pada Tuhan. Melalui Yeremia, Tuhan menegur dan mengingatkan   bahwa Tuhan tidak hanya   ada di dalam bait-Nya saja tetapi juga diluar bait-Nya. Orang Yehuda bila diluar bait Allah, dengan berani melakukan berbagai kekejian, pencurian, pemmbunuhan, perzinahan dan berbagai sumpah palsu, membakar korban kepada baal dan mengikuti allah lain. Yeremia menekankan bahwa  tidak boleh memiliki dualisme kehidupan, yaitu  di bait Allah rohaninya luar biasa, namun ketika ia berada di luar kegiatan kerohanian hidupnya tidak berbeda dengan orang-orang jahat.   Yeremia  mengatakan,  ketika mereka  beribadah bukan bergantung  kepada Tuhan, tetapi kepada Bait Suci itu sendiri. Mereka   hanya percaya bahwa Bait Suci ini adalah jaminan perlindungan bagi hidupnya, sebab     mereka mempergunakan Bait itu sebagai sarang bagi para pencuri, sebab ketika mereka melakukan hal-hal buruk, dia bisa saja bersembunyi dan berlindung di dalam Bait Suci tanpa hukuman!   Sebagai orang yang percaya tentunya seluruh aspek  kehidupan harus menjadi baik dan benar, agar Allah selalu berdiam di antara kita.  Pertobatan sejati yakin pada kebaikan Allah dan mau dituntunNya untuk taat  dan setia mengasihi Allah. Inilah ketaatan iman. Dia memiliki kepercayaan pada Tuhan yang membuatnya mau menyerahkan sepenuh hidupnya hanya ke dalam tangan Tuhan saja.(Bacaan)

Manusia memang tempatnya kesalahan. Oleh karena itu, setiap manusia selalu punya potensi untuk memberontak terhadap Allah. Namun, hal itu bukan alasan untuk hidup jauh dari Allah. Sebaliknya, justru kesadaran atas hal itulah  kita dapat hidup hanya dekat dengan Allah harus menjadi keniscayaan. Pertobatan sejati harus memerdekakan, yakni dengan belajar untuk mendengar suara Roh Kudus,   lalu mengambil komitmen untuk hidup dalam pertobatan  Hidup kita akan Tuhan pulihkan,  dan biarlah setiap kita yang percaya kepada Tuhan, terus mengarahkan bahtera hidup kepadaNya, menghadapi setiap goncangan dan tantangan kehidupan. Renungan :  jangan pernah berhenti, apalagi berbalik, tetapi teruslah hidup benar, hiduplah dalam pertobatan, karena itulah kehendak Tuhan bagi kita semuanya. (MG)

Warta jemaat dapat didownload di sini