Renungan Ibadah Minggu 16 Oktober 2022

  “Menjadi Ibu Bagi Banyak Orang

Kejadian 24:54-61

24:54 Sesudah itu makan dan minumlah mereka, ia dan orang-orang yang bersama-sama dengan dia, dan mereka bermalam di situ. Paginya sesudah mereka bangun, berkatalah hamba itu: “Lepaslah aku pulang kepada tuanku.” 24:55 Tetapi saudara Ribka berkata, serta ibunya juga: “Biarkanlah anak gadis itu tinggal pada kami barang sepuluh hari lagi, kemudian bolehlah engkau pergi.” 24:56 Tetapi jawabnya kepada mereka: “Janganlah tahan aku, sedang TUHAN telah membuat perjalananku berhasil; lepaslah aku, supaya aku pulang kepada tuanku.” 24:57 Kata mereka: “Baiklah kita panggil anak gadis itu dan menanyakan kepadanya sendiri.” 24:58 Lalu mereka memanggil Ribka dan berkata kepadanya: “Maukah engkau pergi beserta orang ini?” Jawabnya: “Mau.” 24:59 Maka Ribka, saudara mereka itu, dan inang pengasuhnya beserta hamba Abraham dan orang-orangnya dibiarkan mereka pergi. 24:60 Dan mereka memberkati Ribka, kata mereka kepadanya: “Saudara kami, moga-moga engkau menjadi beribu-ribu laksa, dan moga-moga keturunanmu menduduki kota-kota musuhnya.” 24:61 Lalu berkemaslah Ribka beserta hamba-hambanya perempuan, dan mereka naik unta mengikuti orang itu. Demikianlah hamba itu membawa Ribka lalu berjalan pulang.

Hidup dengan menebar segala kebaikan akan membuat kita diterima, dan dihargai.  Berbuat baik dapat membuat orang lain bahagia dan hati kitapun jadi senang. Sebagai orang percaya, kita  berkewajiban menolong orang lain yang mengalami kesusahan. Dalam dinamika kehidupan, baik dalam lingkungan kerja, masyarakt dan rumah, sering menerima pesan-pesan yang mungkin membosankan, namun kita harus menyadari dengan kepekaan hati, bahwa pesan yang baik itu adalah dari Tuhan, atau melalui siapa pun yang Tuhan kehendaki. Sebagai orang yang percaya  maka berbuat kebaikan sudah seharusnya dilakukan, walau pun kebaikan kita, walau mungkin direspon dengan  kurang menggembirakan.(Bacaan).

Abraham sudah cukup tua, lalu meminta kepada Eliezer pembantunya, untuk memilih wanita dari sanak sudaranya di Haran, bagi Isak, bukan di tanah Kanaan. Mengapa? Karena orang Kanaan tidak  mau menyembah Allah. Abraham tidak mau Ishak, mempunyai ikatan dengan orang-orang yang tingkah lakunya buruk dan jahat. Dia juga tahu bahwa putranya memiliki peranan penting untuk melaksanakan  dan meneruskan janji Allah. Maka Abraham menyuruh Elieser bersumpah untuk tugas yang mulia ini.  Eliezer   bertanya, ”Bagaimana jika wanita itu tidak mau ikut bersamaku?” Abraham menjawab, ”Pada saat itulah engkau akan bebas dari kewajiban kepadaku melalui sumpah. Dengan penuh keyakinan kepada Tuhan, Elieser berangkat menempuh perjalanan yang cukup panjang hingga  tiga minggu. Ia membawa sepuluh unta, bersama barang-barang perhiasan dari emas, yakni upah bagi calon istri tuannya Isak. Sesampainya di Haran, lalu ia berhenti didekat sebuah sumur, tentunya karena menjelang sore, sudah banyak orang datang mengambil air untuk ternaknya. Elieser berdoa dan meminta petunjuk dari Tuhan, Allah sendirilah yang memilih dan menetapkannya  dengan cara: ketika dia akan  meminta air untuk diminum, wanita ini akan rela memberi Eliezer air juga bagi unta-untanya.   Dan, siapakah yang datang dan melakukan seperti yang dimintanya? Yakni Ribka,  anak Betuel dan Laban. Lalu Elieser menginap di kemah Laban dan menceritakan semua apa yang telah terjadi. Mereka berkata, ”Hal ini benar-benar berasal dari  Tuhan Allah. Keesokan paginya, Eliezer,    mendesak Ribka  segera ikut bersamanya ke Kanaan, tapi, keluarga ini mau Ribka tinggal  sepuluh hari lagi, tetapi oleh jawaban Ribka akhirnya  mengiakan perkataan Elieser. Sebelum berangkat Ribka diberkati oleh keluarganya: moga-moga engkau menjadi beribu-ribu laksa (Tema, invo). Ribka fokus pada masa depannya dan mencari tahu   tentang Ishak dan keluarganya dari Eliezer.  Dia memberi tahu semuanya kepada Ribka tentang janji Allah bagi tuannya Abraham, serta keturunannya yakni mendatangkan banyak berkat bagi seluruh umat manusia. 

Hati dan pikiran manusia sangat terbatas, dan hanya kita dapat melihat hal-hal yang ada di depan. Namun Allah,  sang  Pemilik Hidup, melihat segala sesuatu dengan terang dan jelas. Mungkin pekerjaan dan rancanganNya  untuk kita saat ini, terlalu sulit untuk   dipahami. Tapi satu hal yang pasti, Dia memiliki rancangan besar (Master’s Plan) bagi kita. Dalam minggu Moria hari ini, Tuhan menghendaki agar Moria senantiasa mampu menjaga kecantikannya walau tanpa alat kecantikan dengan hidup rendah hati,  semangat dan bersahaja, tangguh dalam iman dan  berpengharapan (seperti Rode, Bacaan), sehingga mampu melihat dan menerima setiap rancangan Tuhan melalui jawaban  doa (Ribka) dari setiap kasih karunia yang Allah nyatakan. Renungan:  Tiada kekuatan selain  daripada kekuatan dari firman Allah, dan tiada penghiburan yang lebih menghibur daripada penghiburan dari janji Allah. (MG).

Warta jemaat dapat didownload di sini