Menjadi Berkat Dalam Kesulitan
MEMBERI PERSEMBAHAN PADA MASA BENCANA
Habakuk 3: 17 – 19
3:17 Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,
3:18 namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
3:19 ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. (Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi).3:17 Aminna pe batang ara la erbunga batang anggur la lit buahna, aminna pe batang saitun la lit asilna, perjuma la rulih gia, aminna pe biri-biri mate kerina, dingen enggo keri lembu i bas karangna,
3:18 tetap nge aku ermeriah ukur i bas TUHAN erkiteken Dibata kap si ngkelini aku.
3:19 TUHAN kap si mereken gegeh man bangku desken nahe belkih, paguh ibahanNa perdalanku; e maka la celus nahengku aminna erdalan pe aku i deleng-deleng si meganjang.
Agar PERMATA GBKP:
- Mengetahui dan mengakui pemeliharaan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan
- Mempersembahkan ucapan syukur dengan 3S (Sukarela, Sesuai mempersembahkan Tuhan dan Sukacita)
Metode: Aksi memberi persembahan syukur
I. PENDAHULUAN
Dalam menghadapi situasi yang sulit, ada 2 sikap yang bisa dilihat yaitu orang yang selalu protes dan orang yang mau diproses. Orang yang selalu protes, akan melihat dirinya sebagai korban, dirinya selalu tertekan, dirinya perlu belas kasihan. Sedangkan orang yang mau diproses, meski dia tahu bahwa hidupnya penuh kesulitan, namun dia tidak tinggal dalam kekecewaan, tapi dia mencari jalan, dia mengumpulkan kekuatan dan dia tetap punya pengharapan. Pertanyaannya, selama ini orang seperti apakah kita dalam menjalani hidup ini? Orang yang selalu protes akan melihat hidup ini BERAT, namun orang yang mau diproses hidupnya akan jadi BERKAT. Kita akan belajar bagaimana menjadi berkat di tengah kesulitan dari pergumulan dan perubahan hati Habakuk yang awalnya adalah orang yang protes namun akhirnya mau diproses.
II. ISI
Kitab Habakuk, terdiri dari 3 pasal yang menuliskan tentang pergumulan seorang Nabi yang hidup di tengah penderitaan, dimana bangsanya ditindas dengan kejam namun ia merasa bahwa Tuhan tetap diam. Nabi ini sempat protes, mempertanyakan tentang kediaman Tuhan melihat penderitaan yang -bangsanya rasakan. Namun di akhir kitab, yang menjadi bahan renungan kita, secara khusus Habakuk 3:17-19, Nabi Habakuk memanjatkan doanya kepada Tuhan. Akhirnya protes berubah menjadi proses dan ratapan berubah menjadi pujian. Masalahnya pada waktu itu mungkin belum terselesaikan, tapi pengenalan Habakuk akan kuasa Tuhan, memampukan dia untuk memuji Tuhan. Ada 2 hal yang bisa kita lihat dari pernyataan Habakuk, yaitu:
• Kesadarannya akan situasinya yang penuh penderitaan, seolah dari manapun tidak ada yang bisa diharapkan (ay. 17): “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan dan tidak ada lembu sapi dalam kandang”.
• Kesadaran akan besarnya kuasa Tuhan yang ia rasakan (ay.18-19): ”namun aku akan bersorak-sorak di dalam, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku itu kekuatanku: la membuat kakiku seperti kaki rusa, la membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku”.
Dari hal ini kita dapat melihat, bahwa perubahan sikap Habakuk tidak terletak dari perubahan keadaannya, namun perubahan itu datang dari kesadarannya akan siapa Tuhan. mengakui bahwa Tuhan yang menyelamatkan dia, Tuhan adalah kekuatannya, Tuhan yang membuat kaki rusa dan Tuhan yang menyelamatkan dia berjejak di bukit-bukit. Artinya, Habakuk fokus fokus pada melihat situasi yang penuh bencana dan segala yang tidak diingini, menjadi fokus melihat untuk dan pemeliharaan pemeliharaan Tuhan yang luar biasa dalam kehidupan saat ini dan nanti.
III. APLIKASI
Orang-orang yang mengenal Tuhan dan menyadari kuasa serta pemeliharaan Tuhan, akan mengubah dari sikap mengasihani diri menjadi sikap hati yang memuji. Hanya ketika kita menikmati dan membantu pertolongan Tuhanlah maka kita mampu bersorak dan berria-ria di Tuhan. Hati yang bersorak dan beria-ria di dalam Tuhanlah yang akan membangkitkan ucapan syukur kita, dan ucapan syukur yang memampukan kita memberi persembahan meskipun di tengah bencana.
Situasi yang kita hadapi saat ini mungkin tidak jauh dengan situasi yang di hadapi Habakuk pada jamannya. Segalanya mungkin terasa berat dan sulit bagi kita. Namun bagaimanakah sikap kita dalam meresponnya? Selalu protes, atau mau hidup dalam proses? Terus mengeluh atau mengambil tindakan?
Gereja kita saat ini, dari berbagai sisi mengalami resesi atau kesulitan secara ekonomi. Pandemi Covid-19 memberi dampak bagi pelayanan Gereja hingga kini, apa yang bisa kita lakukan di tengah situasi ini? Kinilah saatnya kita menunjukkan diri sebagai PERMATA GBKP. Presiden RI yang pertama Ir. Soekarno pernah berkata: “Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia”. Bukankah pemuda adalah kekuatan yang luar biasa? Jika kita mengadopsi ungkapan Ir. Soekarno ini, seandainya di setiap runggun, ada 10 orang saja PERMATA GBKP yang menyadari akan kebaikan Tuhan yang sudah ia rasakan, Jika 10 orang saja dalam setiap runggun ada PERMATA GBKP yang rutin memberikan persembahan ke Gereja, apa yang akan terjadi nantinya? Pertanyaannya, maukah kita menjadi salah satu dari 10 orang itu? Maukah kita menjadi berkat di tengah penderitaan dunia, ditengah kesulitan Gereja kita.
Dalam memberi persembahan, Tuhan tidak pernah meminta lebih dari yang kita punya, Dia hanya meminta kita menunjukkan respon atas apa yang sudah kita terima dari Dia. Ada 3 prinsip yang perlu kita tahu dalam memberi persembahan yaitu: Sukarela, Sesuai pemberian Tuhan dan Sukacita (35) Sukarela artinya, tidak ada hehan sedikitpun di hati kita, karena kita tahu bahwa semua yang kita punya datangnya dari Dia. Memberi dengan sukarela bukan pula berarti sesuka kita saja, tapi sesuaikanlah dengan pemberian Tuhan yang sudah kita terima. Dan sukacita adalah cara kita memberikannya sebagai bentuk ucapakan syukur kita atas kebaikan dan pemeliharaanNya
IV. DISKUSI dan AKSI
Bagilah PERMATA GBKP menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3 4 orang, dan diskusikan pertanyaan berikut ini:
- Ketika menghadapi situasi sulit, manakah yang lebih banyak kamu lakukan, mengasihani diri atau merasakan kekuatan Tuhan? Masing masing PERMATA GBKP bergantian menceritakan pengalamannya.
- Setelah merenungkan Firman Tuhan dari bahan PA ini, apa yang menjadi tekadmu, khususnya dalam memberi persembahan ke Gereja? Masing masing PERMATA GBKP membuat tekad dan satu orang menuliskannya dan nanti akan dibacakan untuk didengar semua.
- Buatlah aksi di PERMATA GBKP untuk memberikan persembahan bagi Gereja sesuai dengan konteks masing-masing, beberapa pilihan yang bisa dipakai
• Pengurus PERMATA GBKP membagikan celengen kepada setiap PERMATA GBKP untuk diisi yang akan diserahkan ke Gereja secara serentak, ditetapkan waktu pengumpulannya. Pengurus PERMATA GBKP menyediakan amplop setiap bulan untuk diisi oleh PERMATA GBKP sebagai persembahan ucapan syukur ke Gereja.
• Pengurus PERMATA GBKP menyediakan amplop digital untuk menjadi tempat bagi PERMATA GBKP yang akan memberikan persembahannya.
• PERMATA GBKP membuat janji iman, tentang berapa jumlah persembahan yang ingin diberikan ke Gereja setiap bulan, dan dilakukan baik secara pribadi atau berkelompok. Atau bisa juga memikirkan cara yang lainnya.
V. USULAN LAGU
- Betapa Hatiku Berterima Kasih Yesus
- KEE 420 3. Hitung Berkah Anda/KI. 439/KEE 287
- Count your blessings/ KEE 287
“Jangan lemahkan dirimu dengan mengatakan hidup ini BERAT,
tapi jadikan kekuatanmu dengan menjadi BERKAT”