Tema: Yesus mpelimbarui orat nggeluh.
Yohanes 4:5-10.
Penduduk kota samaria (Israel Utara) setelah pulang pembuangan, pendu-duknya didiami oleh Israel dan penduduk bagsa lain. (jajahan Asyur). Adanya kawin campur dan HT telah diperbaharui : Taurat Samaria, dan tempat ibadah mereka di gunung Gerizim/ Sikhm. Orang Jahudi (Yehuda) sangat menekankan keaslian darah Yahudi, serta HT dari Musa sehingga memandang negatif orang Samaria, sebab dianggap bukan keturunan menerima janji Mesias Anak Daud, buktinya menolak beribadah di Bait Suci, justru mendirikan mezbah dan beribadah di gunung Gerizim.
Perjalanan Yesus dari Yerusalem ke Galilae, harus/ hanya satu jalan, melewa- ti daerah Samaria. Karena hari sangat terik mereka berhenti di sumur Yakub, salah satu sumber air untuk kota Samaria. Perjumpan Yesus dengan peremp samaria memang tidak lazim, apalagi meminta air. Menggunakan alat yang digunakan orang Samaria akan menajiskan seorang Yahudi.
Kehadiran Yesus sebagai Mesias, harus melewati batasan-batasan sosial dan kultural/ budaya yang ada. (ayat 6-9). Pembicaraan tentang air di sumur Jakub, merupakan strategi yang dipakai Yesus untuk memulai pengajaran tentang keselamatan kekal. Yesus menyinggung tentang betapa pentingnya sumur ini bagi bangsa Samaria yang adalah sebagai sumber air kebanggaan. Dari percakapan itu, langsung perempuan itu membandingkan Yesus dengan Yakub. Dari sana Yesus mencoba untuk menarik perhatian, dengan menjanjikan air yang jauh lebih baik daripada sumur Jakub, yakni dengan mengatakan bahwa Yesus jauh lebih besar daripada Yakub.
Dari percakapan itu, orat nggeluh/ kebiasaan/ budaya yang ada, harus di-perbaharuai sebab bila tidak, selalu menekankan pada aturan-aturan tanpa memiliki nilai-nilai kasih. Artinya melalui budaya sering membawa manusia kepada pemahaman sempit tentang nilai kemanusiaan, padahal seharusnya mengangkat kita pada lefel yang tinggi sebagai mitra Allah.
Permusuhan, pecahan, pertikaian, hanya membawa cara hidup yang tidak berkembang sehingga nilai budaya yang dianutpun, tetap kerdil dan tidak menghasilkan damai sejahtra, dan itulah terobosan yang dilakukan Yesus untuk membuka cara pandang yang lebih luas terhadap perempuan itu.
Tema: Yesus mplimbarui orat nggeluh
- Firman Tuhan datang bukan menghapus/ menentang budaya, tetapi dapat memberikan makna baru sehingga didalamnya ada perjumpaan dengan Injil. Sebagai umat Allah kita tidak boleh membeda-bedakan satu dengan yang lain, semua punya hak yang sama. Harus disadari bahwa kasih Allah berlaku bagi semua manusia yang mencari Dia dengan segenap hati. Tuhan sendiri mau menerima semua orang yang berbeda suku, bangsa dan budaya. Karena itu perlu keberanian untuk melakukan reformasi dalam meruntuhkan tembok pemisah sekaligus menciptakan keterbukaan untuk melakukan dialog antar budaya yang mengarah pada tatanan kasih dan persahabatan Walaupaun terjadi pembaharuan oleh sentuhan Injil, maka hidup budaya, adat istiadatnya akan tetap hidup, sebab Injil tidak mengubah seseorang menjadi orang asing dari budayanya itu sendiri.
- Misi Kerajaan Allah adalah membawa damai sejahtera bagi seluruh makhluk. Yesus membuka wawasan baru bahwa setiap orang percaya maka keberadaannya adalah sama dimata Tuhan. Orang Jahudi budaya yang diturunkan dari HT adalah aturan hidup dan dengan harga mati. Artinya hanya orang Israel saja, bangsa milik Allah, dan hanya bagi dialah keselamatan itu.
Kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia, berlaku bagi semua suku, bangsa dan budaya, karena kita ditetapkan sebagai anak-anak Allah dan hidup sebagai saudara. Dari tatanan budaya kita mendemons- trasikan kasih Allah kepada sesama bahwa kita hidup saling mengasihi. Perjumpan Yesus dengan orang samaria telah membuka cakrawala baru sehingga Yesus dapat berdialoh dengan perempuan itu, lalu perempuan itu juga mampu berdialog dengan semua penduduk kota samaria sehingga terjadi pertobatan baru, sebab bagi mereka juga Yesus adalah Tuhan dan juruslamat yang sama dengan bangsa-bangsa lain.
Kesimpulan: Pjj : Yesus mpelimbarui budaya
1. Bagaimanapun latarbelakang kita Yesus tetap mengasihi kita. Tuhan menerima kita bukan berdasarkan apa yang kita perbuat, dan bagai-mana keadaan kita tetapi dengan keterbukaan dan kesungguhan menerima kasih dan anugrah Allah dalam Yesus Kristus.
2. Kasih Allah hadir dalam dunia ini akan membuka tirai pemisah, meruntuhkan tembok penutup, yakni dengan membangun jembatan sehingga hubungan manusia dengan sesamanya selalu dapat diterangi oleh kebenaran Firman Tuhan.
3. Memperbaharui adat/ budaya bukan berarti menghapus ataupun menghilangkan, tetapi melalui kegiatan tatanan adat budaya yang dijalankan, senantiasa membawa kepada sukacita dan damai sejahtra (adat dijalankan bukan mendapatkan tekanan, penderitaan, apalagi terjadi kemiskinan).