“Setia Dalam Undang-Undang Tuhan”
2 Raja 17: 34-39
17:34 Sampai hari ini mereka berbuat sesuai dengan adat yang dahulu. Mereka tidak berbakti kepada TUHAN dan tidak berbuat sesuai dengan ketetapan, hukum, undang-undang dan perintah yang diperintahkan TUHAN kepada anak-anak Yakub yang telah dinamai-Nya Israel. 17:35 TUHAN telah mengadakan perjanjian dengan mereka dan memberi perintah kepada mereka: “Janganlah berbakti kepada allah lain, janganlah sujud menyembah kepadanya, janganlah beribadah kepadanya dan janganlah mempersembahkan korban kepadanya. 17:36 Tetapi TUHAN yang menuntun kamu dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang teracung, kepada-Nyalah kamu harus berbakti, kepada-Nyalah kamu harus sujud menyembah dan mempersembahkan korban. 17:37 Tetapi kamu harus berpegang kepada ketetapan-ketetapan, peraturan-peraturan, hukum dan perintah yang telah ditulis-Nya bagimu dengan melakukannya senantiasa dengan setia, dan janganlah kamu berbakti kepada allah-allah lain. 17:38 Janganlah kamu melupakan perjanjian yang telah Kuadakan dengan kamu dan janganlah kamu berbakti kepada allah lain, 17:39 melainkan kepada TUHAN, Allahmu, kamu harus berbakti, maka Ia akan melepaskan kamu dari tangan semua musuhmu.”
Kesetiaan bukanlah barang yang murah, namun bukan juga hal yang tidak bisa dimiliki, tetapi harus melalui perjuangan karena harganya tinggi dan mahal. Kesetiaan tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi melalui latihan setiap hari supaya tetap mampu bertahan dalam komitmen. Disanalah peranan Roh Kudus yang dapat membuat kita tetap kuat bertahan, ketika alasan untuk menyerah itu sedang menyerang hati kita. Tuhan selalu mempercayakan kita untuk tetap setia menabur doa, menabur kasih, menabur ucapan syukur, dalam setiap keadaan yang dihadapi. Percayalah bahwa Tuhan pasti memperhitungkan kesetiaan yang kita lakukan dan akan menyatakan perkenanan-Nya dengan penuh keajaiban.
Salah satu kebiasaan bangsa Asyur terhadap bangsa-bangsa yang ditaklukkannya adalah dengan memindahkan penduduk suatu bangsa ke daerah lain, dan menjadikan bangsa itu tinggal di tempat tersebut supaya mereka tunduk dan tergantung kepadanya. Hal ini juga yang dilakukan terhadap Israel Utara yang dibuang oleh Asyur yakni ke daerah Samaria. Mereka masih tinggal di tanah perjanjian Kanaan yang berarti hanyalah menyembah Allah, sebagai Tuhan yang hidup, sementara orang Israel hidup bercampur dengan bangsa-bangsa kafir yang hanya menyembah kepada dewa dan baal, serta hidup dalam budaya yang berbeda. Semakin lama bangsa itu tinggal di sana maka akan semakin banyak terjadinya perkawinan campur sehingga jati diri kejahudian akan menjadi kabur. Dibalik itu, jika bangsa ini tidak takut akan Tuhan, maka Dia akan mengirimkan singa-singa untuk membunuh mereka dan akan banyak mengalami kejadian-kejadian yang mengerikan. Untuk mengatasi hal ini Raja Asyur memerintahkan seorang imam dari Israel untuk mengajarkan kepada mereka, bagaimana beribadah dengan benar kepada Allah. Hal utama yang Tuhan kehendaki adalah tidak saja cara beribadah yang benar tetapi juga menginginkan dedikasi yang utuh dari hati, pikiran, kekuatan, dan seluruh keberadaan dari orang yang beribadah itu, yakni dengan tunduk dan setia melakukan semua Hukum Taurat (Kel. 20), serta mengajarkannya secara berulang-ulang kepada anak-anaknya, disaat berjalan, duduk, makan, ataupun dalam setiap keadaan (Ul 6:4-9). (Tema).
Kesalahan mereka adalah hanya cara-cara atau tata cara beribadah saja yang benar tetapi hidup dan pikirannya tetap tertuju kepada illah-illah berdasarkan budayanya masing-masing. ( Invocasio). Mereka tetap menjalankan ibadahnya kepada berhala dan juga menambah Tuhan sebagai salah satu yang mereka sembah. Betapa sulitnya memperbaiki kesalahan dalam menyembah ilah palsu. Itulah sebabnya Tuhan sangat melarang Israel mengikuti ibadah bangsa-bangsa lain, karena sekali mereka melakukannya, maka akan sulit kembali ke penyembahan yang benar kepada Allah. Tuhan memanggil umat-Nya keluar dari dunia ini, agar kita dapat menjadi garam dan terang sehingga seluruh ciptaan akan mengenal dan menyembah Allah dengan benar. Dalam minggu ini kita diingatkan dengan minggu budaya, yang berarti ketika Tuhan ijinkan kita tinggal dan hidup dalam kemajemukan suku dan budaya yang berbeda, maka kita harus mampu menunjukkan iman dan pengharapan yang benar melalui sikap hidup kita. Melalui bacaan: janganlah bermuka dua atau menjadi hakim yang jahat, artinya tidak melalukan suatu penilaian berdasarkan cara-cara dunia ini, tetapi senantiasa diterangi oleh kebenaran Firman Tuhan. Dalam menjalankan seluruh pementasan panggung budaya yang ada, janganlah ditunggangi oleh praktek-praktek hidup lama yakni kemunafikan, tetapi biarlah semuanya itu dilakukan dibawah terang Firman Allah. Renungan: Setialah menabur benih yang baik, supaya dalam melayani, dan mengasihi kita senantiasa dipakai Tuhan untuk menyaksikan perkara-perkara besar. (MG).