Renungan ibadah minggu 24 Juli 2022

“Membawa Persembahan”

 Maleakhi 3:8-12

3:8 Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?” Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! 3:9 Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! 3:10 Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. 3:11 Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam. 3:12 Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.

Menolong orang lain, berdoa, berpuasa, dan semua kegiatan rohani lainnya perlu untuk pertumbuhan iman dan kesalehan kita. Tetapi keinginan untuk dipuji   selalu hadir dan menggagalkan pertumbuhan rohani.   Apakah motivasi kita murni di hadapan Tuhan? Pujian dari Tuhan jauh lebih agung dan   berharga daripada pujian siapa pun. (Invocasio)  Jika pujian dari manusia yang dicari, sebenarnya jiwa kita sedang terganggu, sebab tidak pernah merasa cukup, tidak menghargai, tidak pernah bersyukur atas apa yang ada dan yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Karena itu jangan mencari pujian yang kosong dari manusia, tetapi dengan hati tulus sebab Tuhanlah yang akan  memberkati setiap perbuatan kita.

Menjadi pertanyaan  adalah, bolehkah manusia menipu  atau mencuri harta milik Allah? Ternyata bangsa Israel melalui  nas sedang memperlihatkan secara terus menerus mencuri hak milik Allah dengan cara tidak mau memberikan persepuluhannya. Termasuk juga telah berlaku kejam dan berlaku curang kepada para pekerja mereka, menindas orang miskin, menjauhkan keadilan bagi orang yang tak berdaya. Tuhan menegor dan mengancam bahkan mengutuk orang-orang yang  yang hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan tidak bersedia lagi menopang pelayanan bagi pekerjaan Allah. Tuhan dengan keras melalui Firman-Nya sangat mengharapkan  agar umat-Nya  setia menunjukkan kasih dan pengabdian dengan baik, sebab orang Yahudi,  adalah orang-orang yang memiliki kehidupan agama yang baik.  Setiap perayaan agama mereka selalu membawa kurban persembahan ke Bait Allah, meskipun beberapa binatang hampir tidak bisa berjalan, seperti hasil panen, hasil bumi dan ternak, yang berfungsi seperti gaji untuk para imam  dan tenaga kerja untuk memelihara kelangsungan ibadah di Bait Allah dan pelayanannya.  Salah satu pelayanan di Bait Allah adalah dengan mendistribusikan sebagian dari persediaan ini kepada orang yang miskin  para janda dan anak yatim piatu. Namun, banyak orang Yahudi yang mencurangi Allah, komunitas dan diri mereka sendiri juga.   Kata ujilah Aku, adalah suatu perintah Tuhan sebagai bukti kesetiaan-Nya, namun bangsa Israel meragukan pemeliharaan Tuhan dalam hidupnya. Kegagalan persepuluhan sebenarnya berakar kepada kekikiran karena tidak percaya/meragukan Allah. Memberikan Persepuluhan merupakan bentuk ketaatan. Allah adalah sumber berkat dan hanya dirasakan oleh orang yang takut kepada-Nya. Berkat adalah Kekuatan dari Allah yang datang dari Allah yang mendatangkan keberuntungan dan kekayaan bagi manusia.    Negeri itu menjadi negeri kesukaan karena tanah tersebut menjadi berkat bagi setiap orang  yang mengandalkan Tuhan. Sebab dengan persekutuan dengan Tuhanlah kita dipilih sebagai bangsa yang kudus agar mendatangkan berkat bagi dunia ini. (Bacaan).   Memberikan  persembahan (Tema), adalah sebagai tanda mengakui kedaulatan Tuhan  dan  setia menyembah Dia sebagai Raja di atas segala raja. Pada orang tua saja, kita memberikan penghormatan, sebab merekalah yang telah melahirkan dan  mengasihi kita. Tak terhitung berapa besarnya biaya dan kesulitan yang sudah mereka hadapi untuk menjadikan kita seperti sekarang ini.   Jadi persembahan itu bukanlah sekedar harta yang  akan kita berikan, tetapi dimulai dari sikap hati yang berkenan di hadapan Tuhan. Artinya kita tidak hanya sekedar  berdonasi atau  memberi persembahan begitu saja, tetapi kita memberikannya  sebagai penyembahan yang  tulus untuk Tuhan.  Renungan: Allah Bapa kita selalu melihat apa yang kita kerjakan, dan bila dilakukan dengan sepenuh hati dan dengan motivasi yang sehat.  Tuhan memberkati dan akan membalasnya selalu indah pada waktunya. (MG). 

Warta Jemaat dapat didownload di sini