Khotbah Minggu 12 Juni 2022

“Kemulian Tuhan Nyata di Seluruh Bumi” 
 Masmur 8:1-10

1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur Daud.
2 Ya Tuhan, Tuhan kami,betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan.
3 Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusutelah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu,untuk membungkamkan musuh dan pendendam.
4 Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu,bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:
5 apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
6 Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah,dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.
7 Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu;segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:
8 kambing domba dan lembu sapi sekalian,juga binatang-binatang di padang;
9 burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut,dan apa yang melintasi arus lautan.
10 Ya Tuhan, Tuhan kami,betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!

Masih banyak orang yang menganggap bahwa harga diri manusia ditentukan oleh apa yang mereka miliki, sehingga mereka memakai barang yang bermerek, makan  di restoran mahal, punya kendaraan yang mahal, dan tinggal di rumah yang mewah. Ketika manusia tidak sanggup menggapainya,  mereka merasa  dirinya adalah orang-orang  yang tidak berharga. Namun apakah kita telah mendasarkan harga diri  pada sesuatu yang benar? Hari ini kita belajar  bagian dari firman Tuhan yang merujuk kepada   : “Manusia hina sebagai makhluk mulia”. Mazmur   mengungkapkan betapa syukur   kepada Allah, karena sedemikian luar biasa karya Allah yang memahkotai hidupnya sehingga dirinya bukan lagi seperti ciptaan  saja, melainkan sebagai gambar dan rupa Allah. (Invocasio). 

Kebutuhan terbesar manusia adalah Allah, masalah terbesar manusia adalah dosa, dan dosa telah memisahkan manusia dari Allah, sehingga manusia  tidak dapat melihat  kemuliaan Allah itu sendiri. Betapa alam semesta saat ini diciptakan untuk memancarkan kemuliaan Allah, untuk memberikan kepada kita satu realitas bahwa ada Dia yang berkuasa yang telah menciptakan semua yang ada di dalam dunia bahkan manusia juga diciptakan oleh Allah.     Manusia bukan sekedar ciptaan yang tercipta dari “perkataan Allah” melainkan ciptaan yang di bentuk oleh “kerja” Allah (Kej 2:7). Manusia bukan sekedar makhluk hidup yang mendiami bumi sebab manusia adalah makhluk hidup yang suka dan duka, susah dan senang menjadikan hidup penuh warna, penuh rasa dan penuh arti.   Manusia dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat (ayat 6). Manusia memiliki hubungan yang khusus dengan Allah. Manusia memperoleh otoritas Ilahi untuk mengelola dunia ini atas nama Allah. Manusia beroleh penghormatan dan penghargaan untuk memiliki “kuasa” atas alam. Oleh sebab itu sebagai manusia, kita harus menyadari keistimewaan kita dan tanggung jawab kita terhadap dunia. Manusia yang hidup dalam kasih karunia   inilah yang senantiasa menyatakan syukur kepada Allah, sebab ia yang kecil, debu adanya, telah dibuat berharga dimata Allah. Kita harus menyadari bahwa hidup kita adalah cerminan kemuliaan Allah. Oleh karena itu, nyatakanlah hidup yang berkenan kepada Allah.  Hidup yang berkenan bagi Allah berarti menjadikan pribadi kita sebagai pusat kehidupan.  Ketika Tuhan menjadi pusat kehidupan, kita akan menjalankan mandat bagi alam ciptaan secara bertanggung jawab. Sebaliknya ketika diri sendiri menjadi pusat kehidupan, keserakahan, hawa nafsu, kesombongan yang akan  terjadi dalam hubungan kita dengan ciptaan lainnya. Hanya dalam penyangkalan diri, kerendahan hati, kesalehan, ketaatan kepada Firman Allah, kita dapat menghayati kemuliaan Allah. Manusia baru, menjadi taat kepada Allah, menjadi penyembah yang melihat kepada kemuliaan Allah.   

Tuhan menilai diri kita menjadi sangat berharga, buktinya, sejak lahir sampai sekarang tidak terhitung banyaknya keberhasilan kita dalam melakukan berbagai hal. Setiap hari Tuhan memelihara dan mencukupi segala kebutuhan, karena itu janganlah sampai karena satu kegagalan, kita merasa  semuanya menjadi kabur.  Yang dibutuhkan adalah ketekunan yang akan berbuahkan tahan uji dan pengharapan yang hidup. (Bacaan).  Ingatlah bahwa Tuhan punya cara  yang berbeda, sebab Allah sendiri dalam Yesus rela turun ke dunia, menjalani salib demi menebus segala dosa kita, dan membuat kita layak masuk ke dalam Kerajaan Surga.  Renungan: Jangan pernah gentar dan takut menjalani hidup kita, ketika kita berjalan bersama gandengan Tuhan. (MG).

Warta Jemaat dapat diunduh di link ini