PA PERMATA 10 Maret 2022

MENGASIHI: SALING MENJAGA

PARTISIPASI PERMATA GBKP (Mengurangi Penularan Covid – 19)

Markus 12: 30 – 31
12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
12:31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”

12:30 Arus ikelengindu Tuhan Dibatandu asa atendu, asa tendindu lit, asa ukurndu lit ras asa gegehndu.’
12:31 Si peduaken e me kap, ‘Arus ikelengindu temanndu manusia bagi ikelengindu badanndu.’ Lanai lit undang-undang si deban si pentingen asa undang-undang si dua enda.”

Lukas 6: 31
6:31 Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.

6:31 Bahanlah man kalak si deban bagi atendu ngena ibahanna man bandu

I. PENDAHULUAN
Alkisah, pada waktu penciptaan, seorang malaikat bertanya kepada Tuhan: “Tuhan, mengapakah Engkau menciptakan manusia dari debu tanah?” Lalu Tuhan menjawab: “Supaya manusia menyadari kekurangan dan kefanaannya,sehingga ia rendah hati seorang akan yang lain.” Malaikat itu kemudian bertanya lagi, “Tuhan, mengapa Engkau rela bersusah payah membentuk manusia dengan tangan? Tidakkah Engkau bisa menciptakan manusia dengan sekedar menjentikkan jari ataupun dengan berfirman?” Lalu Tuhan menjawab: “Supaya manusia. menyadari betapa istimewanya dan berharganya ia di hadapan-Ku.”1 Kisah tersebut mengingatkan kita tentang hakikat kemanusiaan kita sebagai makhluk yang terbatas namun sekaligus juga mulia. Sehebat apapun kita, kita bukanlah makhluk super yang imun terhadap berbagai persoalan hidup. Kekurangan, kelemahan bahkan melekat pada kemanusiaan kita. Gelombang Covid-19 adalah penanda penting bagi hakikat kerapuhan kita sebagai manusia. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang imun terhadap paparan virus ini. Usianya yang sudah memasuki dua tahun sejak pecahnya di China (Tiongkok) akhir 2019 yang lalu, belum menunjukkan tanda-tanda selesai. Para scientist (ahli) tidak berani mengklaim kapan virus ini hilang dari bumi ini. Amerika yang beberapa waktu yang lalu sudah mengizinkan melepaskan masker diperingatkan kembali oleh WHO agar terus mengenakannya sebab pada kenyataannya virus Covid-19 masih mengancam. Realitas ini sedikit mengenaskan jika kita berka pada kenyataan hidup di kalangan orang Indonesia (baca.Orang Karo). Keberadaan virus ini belum menjadi perhatian sepenuhnya dari kebanyakan kita orang Karo, Beberapa isu slogan yang sering diungkapkan terhadap, hal tersebut: Labo lit Covid e, mate kari adi ivaksin,kerina e bahan-bahanen pemerintah, sakit kai pe gundani Covidken nge. Namun harus kita sadari bersama pergumulan ini adalah pergumulan dunia.Sehingga cukup bagi kita untuk menerimanya sebagai. sebuah fakta bukan opini apa lagi hoaks.Kenyataan banyaknya korban yang meninggal akibat paparan Covid cukup menjadi alasan bagi kita untuk tetap peduli dan waspada. Realitas bahaya paparan virus inilah yang menjadi poin penting pada PA kita kali ini. Maka ada beberapa pertanyaan yang akan mengarahkan kita pada PA kali ini. Pertama, apa dasar teologis bagi kita untuk sama-sama bertahan pada masa-masa sulit ini? Kedua, apa langkah praktis yang bisa dilakukan oleh PERMATA GBKP sebagai langkah konkret menjaga kehidupan?

II. ISI
1. Mengasihi Allah Berarti Merawat Hidup Dialog antara Yesus dan ahli-ahli Taurat perihal hukum yang utama sekaligus yang terutama merujuk pada dua poin penting yaitu mengasihi Allah dan manusia. Mengasihi Allah mewujud dalam bentuk konkret mengasihi manusia. Undang-undang yang termuat dalam seluruh kitab Taurat yang dipatuhi secara ketat oleh orang Yahudi tersimpul sempurna pada dua titik simpul tersebut, yaitu mengasihi Allah dan manusia. Aturan tentang ibadah serta berbagai larangan yang termuat di dalamnya juga aturan-aturan kekudusan adalah upaya mewujudkan kesetiaan umat kepada Allah. Mengapa ini penting? Hal ini penting karena Allah menghargai hidup. Relasi dalam bentuk ibadah sebagai manifestasi hubungan manusia dengan Tuhan adalah bentuk ungkapan pemeliharaan Allah atas hidup. Bahkan hari-hari raya orang Yahudi semuanya bertujuan pada pemeliharaan hidup. Paskah adalah karya keselamatan Allah atas umat yang tertindas yang dalam perkembangannya dikaitkan langsung dengan relasi sosial di tengah masyarakat yaitu tahun paskah. Selanjutnya Sabat yang adalah penghargaan terhadap karya Allah atas kehidupan harus mewujud pada pemberhentian dari seluruh kegiatan termasuk pada budak dan hewan hewan, kemudian berkembang pada tahun sabat dan tahun Yobel semuanya adalah bentuk memeliara dan memulihkan kehidupan umat yang semyat tertindas. Jadi seluruh aturan ibadah dalam umat Yahudi dikaikan dengan pemeliharan hidup. Poin kedua yang penting adalah mengasihi sesama. Jika kita kembali ke aturan-aturan Taurat yang memelihara relasi antar sesama manusia juga demikian. Tujuannya sama yaitu merawat dan memelihara kehidupan. Jangan mencuri, jangan membunuh, jangan berzinah, dsh adalah manifestasi mencintai dan mengasihi sesama. Orang yang mencintai sesamanya tidak akan mencuri bahkan membahayakan jiwa sesamanya. Jika kita melirik aturan lain di dalam kitab Ulangan dan Imamat banyak berisi peraturan yang unik namun sesungguhnya sedang menjaga kehidupan. Misalnya, aturan membangun rumah agar sotohnya (loteng) tidak membahayakan anak anak. Aturan bagi orang yang memiliki hcwan piaraan yang dapat membahayakan, orang lain. Bahkan aturan yang berusaha mengisolasi orang dengan penyakit kusta. Semuanya adalah upaya untuk merawat dan memelihara hidup. Dengan demikian jawaban Yesus atas pertanyaan ahli-ahli Taurat tepat adanya. Tidak ada hukum yang dapat membantah kedua kenyataan tersebut. Mengasihi Allah dan manusia berarti merawat dan memelihara hidup.

2. Covid-19 dan Seni Memelihara Hidup
Jika seluruh isi aturan agama adalah memelihara dan memperjuangkan hidup maka semua yang diperjuangkan bahkan dilakukan oleh orang Kristen hari ini juga harus bermuara pada pemeliharaan dan penghargaan kehidupan yang diberikan oleh Tuhan. PERMATA GBKP harus terus mengaitkan kegiatannya baik secara personal maupun komunal pada pemeliharaan hidup. Pertanyaannya bukan lagi pada masalah dosa atau tidak, tapi apakah semua aktivitas yang saya (kita) lakukan sedang dalam rangka memelihara kehidupan atau justru merusaknya. Poin ini yang harus kita tangkap pada masa-masa sulit ini. Di era new normal ini kita memang sering ambigu antara menjaga kesehatan dan mencari nafkah. Antara menjaga relasi atau menjaga jarak. Antara ndahi lakon atau tetap memakai protokol kesehatan. Tidak ada rumusan yang paling tepat pada saat ini karena memang kita .sama-sama hidup pada masa-masa yang membingungkan. Namun poin penting harus kita tangkap adalah bagaimana seluruh yang kita lakukan merupakan tindakan yang sedang memelihara hidup atau kesehatan kita.

III. APLIKASI
Protokol kesehatan adalah bentuk pemeliharaan hidup yang paling konkret hari ini. Memakai masker, mencuci tangan,”memakai handsanitizers, tidak berkerumun dan menciptakan krumunan adalah upaya yang sedang kita lakukan untuk merawat hidup yang diberikan Tuhan. Dengan menjaga diri kita juga sedang menjaga orang-orang yang kita kasihi. seperti kita tahu bersama bahwa imunitas tubuh kita banyak dipengaruhi relasi dan interaksi kita bersama . mengasihi Allah dan sesama berarti merawat dan memelihata hidup juga sedang menjaga orang-orang yang kita kasihi. Seperti kita tahu bersama bahwa imunitas tubuh kita banyak dipengaruhi relasi dan interaksi kita bersama. Mengasihi Allah dan sesama berarti merawat dan memelihara hidup.

IV. SHARING DAN AKSI

  1. Mari sharingkán pengertianmu/pengalaman rohanimu tentang mengasihi Allah dan manusia!.
  2. Bagaimana pandanganmu tentang situasi Covid-19 di komunitas kamu masing-masing?
  3. AKSI : Buatlah video kreatif (slogan) untuk mengajak jemaat tetap mematuhi protokol kesehatan lalu di upload ke sosial media semua

V. USULAN LAGU

  1. KEE 181- “Segedang-gedang geluhku”
  2. Waktu Tuhan pasti yang terbaik
  3. Allah mengerti, Allah peduli