Lukas 6:27-37
Tema : Membalas kejahatan dengan kebaikan.
Kasihilah musuhmu
6:27 “Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; 6:28 mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. 6:29 Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. 6:30 Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. 6:31 Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. 6:32 Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. 6:33 Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian. 6:34 Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. 6:35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. 6:36 Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”
Hal menghakimi
6:37 “Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
Kegelapan tidak bisa dihentikan dengan kegelapan, tetapi hanya bisa dihentikan dengan terang. Kebencian tidak bisa dihentikan dengan kebencian, tetapi hanya bisa dihentikan dengan cinta kasih. Kemarahan tidak bisa dihentikan dengan kemarahan, tetapi hanya bisa dihentikan dengan pengampunan. Kejahatan tidak bisa dihentikan dengan kejahatan, tetapi hanya oleh karena kebaikan. Pertanyaan:
– Adakah kita yang bersedia menjadi pembawa cinta kasih, di tengah rasa benci akibat difitnah
– Adakah kita yang bersedia memberikan pengampunan, di tengah kemarahan?
Dalam Lukas 6:27-37, Yesus mengajarkan para murid-Nya, untuk mewujudkan cinta kasih, yang bukan saja kepada orang baik, melainkan juga kepada musuh, orang yang membenci, dan berbuat jahat kepada kita. Seperti Bapa yang mengasihi baik orang yang tahu berterima kasih maupun yang berbuat jahat. Mengasihi (agapao) musuh-musuh di sini tidak dimaksudkan untuk menunjukkan perasaan cinta atau kasih persahabatan (philein) kepada seorang musuh, pribadi tertentu, melainkan menunjukkan kasih tanpa pamrih (agapao) kepada semua orang. Ay.36, “Hendaklah kamu murah hati,sama seperti Bapamu adalah murah hati.” Orang Farisi dan Ahli Taurat menekankan hukum kekudusan: “Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus” (Im.19:2). Konsep kekudusan telah membuat mereka cenderung melakukan pemisahan. Hukum mereka pun bernada pemisahan: tahir dan najis, haram dan halal. Yesus membalik total cara pikir yang demikian. Hukum kekudusan diganti dengan hukum kemurahan hati. Kekudusan justru terletak ketika orang merangkul sesamanya: murah hati seperti Bapa, yang memberikan matahari baik kepada yang jahat maupun yang baik. Yesus bukan mengucilkan orang kusta, sebaliknya IA menjamah dan merangkulnya serta makan bersama-sama dengan mereka. Kemampuan membalas kejahatan dengan kebaikan haruslah dilandasi oleh hati yang mengampuni dan mengasihi. Mengampuni adalah bentuk pengorbanan yang sangat besar, sebagaimana Tuhan telah mengampuni kita dengan pengorbanan yang luar biasa , maka dengan murah hati adalah kunci dari pengampunan. Itu yang diperlihatkan oleh Yusuf yakni hanya tetap fokus kepada kebesaran Tuhan, sehingga merasakan cinta dan penyertaan Tuhan, memampukan Yusuf mengasihi saudara-saudaranya yang telah berlaku jahat kepadanya. Bacaan). Sehingga dirinya tidak pernah gelisah maka jiwanya pun tenang, sebab ia melihat penyertaan dan pertolongan Allah kepadanya. Invocasio.
Keadaan yang terjadi memang tidak seperti yang diharapkan tapi pengharapan kepada Allah harus tetap teguh Untuk itu, langkah awal yang bisa kita lakukan adalah dengan jujur berkata, “Bapa ampunilah kami karena tidak mudah mengampuni orang yang bersalah kepada kita, dan hanya kekuatan pertolongan Roh Kuduslah yang memampukan agar kita mampu menyatakan kebaikan terhadap orang yang telah berlaku jahat kepada kita. Ketika kita mampu membalas kejahatan dengan kebaikan yang dilandasi oleh iman, maka sukacita, kebahagiaan tetap terjadi karena jiwa kita sehat, hatipun tetap tenang. Kita mungkin punya banyak alasan untuk membenci atau mendendam. Tetapi ketika kita membenci dan mendendam maka korban pertama bukanlah orang lain, melainkan diri kita sendiri. Renungan:Biarlah dengan pertolongan Roh Kudus, kita berusaha dan berjuang dilandasi kuasa cinta kasih Tuhan Yesus, hingga dapat membalas kejahatan dengan kebaikan agar tetap terjaga kedamaian di muka bumi ini. (MG)
Warta jemaat dapat diunduh di sini