Renungan dan Ibadah Minggu, 03 Oktober 2021

“Erdame ras Sangkep Nggeluh”

Terj: Berdamai Dengan Sesama

Mazmur 122: 1 – 9

Doa sejahtera untuk Yerusalem

122:1 Nyanyian ziarah Daud. Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: “Mari kita pergi ke rumah TUHAN.”
122:2 Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem.
122:3 Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat,
122:4 ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel.
122:5 Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud.
122:6 Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: “Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat sentosa.
122:7 Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan tembokmu, dan sentosa di dalam purimu!”
122:8 Oleh karena saudara-saudaraku dan teman-temanku aku hendak mengucapkan: “Semoga kesejahteraan ada di dalammu!”
122:9 Oleh karena rumah TUHAN, Allah kita, aku hendak mencari kebaikan bagimu.

Tuhan menghendaki agar kita tetap setia dalam iman, yakni dengan serius beribadah kepada-Nya. Jelas yang sangat dikehendaki oleh Tuhan, selain dari takut akan Dia, yakni hidup menurut segala jalan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada-Nya, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, berpegang pada perintah dan ketetapanketetapan Tuhan. (Invocasio). Percaya berarti hidup berbuah dalam kasih sebab iman tanpa perbuatan adalah munafik, dan sebaliknya, perbuatan tanpa kasih adalah kesombongan. Jadi, melalui persekutuan melalui ibadah selain penting untuk mewujudkan kasih kepada Tuhan, juga harus dijalankan dengan penghayatan dan kesadaran penuh, bukan sekedar kebiasaan.

Mazmur 122, mengungkapkan sukacita umat Tuhan (ay. 1-5), dapat dengan bersama-sama merayakan hari Tuhan di rumah-Nya, di kota yang Tuhan telah menjanjikan kehadiran dan memberi berkat-Nya. Apalagi di sana ada takhta Daud, yang Tuhan pilih untuk memimpin umat-Nya dalam keadilan dan kebenaran. Perjalanan ziarah ke Yerusalem selalu disertai tekad yang menyatakan loyalitas kepada Tuhan dan kepada raja. Kota Yerusalem adalah merupakan pusat peribadatan kepada Tuhan sejak Daud menjadi Raja Israel. Kota ini dibangun dengan tembok-tembok yang kokoh dan besar yang berfungsi untuk menyatukan seluruh bangsa Isreal. Pemazmur mengajak semua sukusuku Israel berdoa untuk kesejahteraan Yerusalem, yakni pada waktu sebelum mereka pulang dan akan meninggalkan Yerusalem, sebab di sinilah rumah Tuhan. Karena itu, sangat wajarlah kalau kesukacitaan ini dilanjutkan dengan mendoakan kota mulia. Oleh karena berkat Tuhanlah maka dengan kesejahteraan Yerusalem akan menjadi tolok ukur bagi kesejahteraan seluruh rakyat Israel. Melalui peribadahan ini, menjadikan suatu komunitas Ilahi yang dikehendaki Allah di mana batasan etnis, ras, dan golongan tidak lagi menjadi hambatan.

Mereka bersama-sama menyembah Allah yang satu dan kudus dengan norma yang satu di dalam Yesus Kristus. Itulah komunitas Ilahi. (Bacaan). Tentunya ada alasan mendasar respons dari Daud, yakni: ia melihat orang -orang bersyukur, berdoa bagi kesejahteraan bangsa pilihan Tuhan, dan bertemu dengan saudara-saudara seiman, seraya berharap mengalami kebaikan dan berkat. Tak heran jika Daud berkata: “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain” (Mzm. 84:11).

Tentu tidak salah ketika kita dengan antusias berkunjung ke tempat tertentu yang kita sukai. Namun, jangan sampai mencoret rumah ibadah dari daftar tempat yang membuat kita bersukacita saat datang ke sana! Mengapa? Karena di rumah Tuhanlah, kita dapat “berjumpa” dengan Tuhan, yang dapat memberi kelegaan dan penghiburan yang sejati, lebih dari yang dunia tawarkan! Memang saat pandemi ini, kita tidak lagi beribadah di gereja, tetapi pertanyaan, masih adakah sukacita dan gairah seperti yang Daud miliki? Ibadah harus dimulai dengan hati yang kudus dan penuh damai, dalam minggu ini mengajak kita sebagai warga GBKP yang berbudaya dan sebagai orang percaya tetap mampu menciptakan perdamaian walaupun kita memiliki latar belakang pendidikan, ekonomi, pekerjaan yang berbeda namun kita tetap satu dalam tubuh Kristus.
Renungan: sebagai manusia baru yang telah di tebus oleh Yesus Kristus, kita hidup oleh belas kasihan, rendah hati, dan saling mengampuni.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 03 Oktober 2021