Renungan dan Ibadah Minggu, 19 September 2021

“Jemaat Mendoakan Pelayan Tuhan”

2 Korintus 1: 8 – 11

1:8 Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami.
1:9 Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.
1:10 Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi,
1:11 karena kamu juga turut membantu mendoakan kami, supaya banyak orang mengucap syukur atas karunia yang kami peroleh berkat banyaknya doa mereka untuk kami.

Tidak semua orang bisa menerima penderitaan dengan begitu saja. Ada yang mempertanyakan kebaikan Allah, ada juga yang mempertanyakan mengapa harus dirinya yang mengalami penderitaan itu dan bukan orang lain. Ada juga orang yang langsung menyelidiki dosa-dosa yang menjadi penyebab penderitaannya. Namun, kesadaran akan banyaknya tekanan dan pergumulan dalam hidup baik secara pribadi, keluarga, terlebih dalam pelayanan seharusnya menyadarkan kita untuk tetap merendahkan hati dan semakin akrab dengan Allah.

Paulus menceritakan penderitaan berat yang dialaminya, bukanlah mencari simpati, seperti biasa banyak orang lakukan dengan “menjual” penderitaan di ladang misi, untuk memancing terpenuhinya pundi-pundi. Tidak, sama sekali, sebab, kalau pemenuhan kebutuhan, menjadi pembuat tenda saja sudah merasa lebih dari cukup. Jadi pernyataan Paulus, menceritakan tentang penderitaan adalah sebagai bentuk pemeliharaan Allah atas diri dan imannya. Yaitu: supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. Bagi Paulus penderitaan yang di alami adalah bagian dari cara Allah untuk memaksa dia tetap bergantung pada Allah. Penderitaan dipahami Paulus sebagai cara Allah yang unik dalam rangka menolong dirinya agar terhindar dari kesombongan pribadi. Penderitaan juga makin meneguhkan imannya sehingga dapat menyelamatkan dia dari kematian yang begitu mengerikan. Dengan peneguhan iman Paulus sebagai pelayan Tuhan akan mampu meneguhkan iman dan pengharapan jemaat juga yang turut ambil bagian mendoakan pelayanannya.

Disini Paulus membantah dengan keras tentang kebiasaan orang Yahudi yang selalu menghubungkan derita dan kecacatan dengan dosa seseorang. Sebab, bagi Allah justru penderitaan sering dipakai sebagai sarana pemeliharaan-Nya sebagai batu uji, sekaligus sarana untuk menunjukkan betapa besar kasih-Nya kepada manusia melalui penghiburan yang Dia berikan dalam penderitan yang dialami. Karena itulah pentingnya kesehatian antara pelayan dengan pelayan, jemaat dengan jemaat dan pelayan dengan jemaat seperti Ezra dan Ester untuk terus bersehati berdoa dan berpuasa. (Invocatio, bacaan).

Penderitaan yang kita alami karena iman kepada Kristus bukanlah kutuk, melainkan berkat yakni agar kita dapat melayani lebih sungguh. Selain itu juga, kita akan semakin dekat dengan saudara-saudara seiman dalam pelayanan sehingga jemaat akan semakin kuat dalam Tuhan. Karena itulah semua para pelayan harus mempunyai kesadaran akan banyaknya tekanan dan pergumulan, baik secara pribadi, terlebih dalam pelayanan yang seharusnya menyadarkan kita untuk tetap merendahkan hati dihadapan Allah. Dan dasar itulah yang memampukan kita untuk tetap sabar dan tekun dalam pelayanan, sehingga kita mampu menyelaraskan antara hidup dengan panggilan. Demikian juga jemaat. haruslah menyadari bahwa para pelayan – pelayan adalah manusia biasa yang memiliki keterbatasan dalam banyak hal. Maka kesadaran inilah yang memotivasi jemaat untuk hadir dalam menopang semua para pelayan sehingga para pelayan juga dimampukan untuk terus melayani dengan penuh sukacita.
Renungan pelayanan ini adalah “Milik Allah” yang harus terus diberitakan, maka sebagai orang-orang percaya, setia dan tetaplah tekun dalam setiap pelayanan dalam keluarga, gereja dan masyarakat.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 19 September 2021