Renungan dan Ibadah Minggu, 05 September 2021

“Sehati Sepikir dan Hidup Dalam Damai Sejahtera”

1 Korintus 13: 10 – 13

13:10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
13:11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
13:12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

13:10 Tapi kenca reh pagi si kuh dingen serta e, bene me si la kuh dingen la serta e.
13:11 Asum anak-anak denga aku, pengeranangku, perukurku, ras pengertinku bali ras anak-anak. Tapi kenca aku dewasa, kutadingken kerina biak anak-anak e.
13:12 Kai siidah kita genduari enda bali ras awih si meremang-remang i bas cermin tembaga; tapi pagin kerina siidah alu petala-tala. Pemeteh si lit i bas aku genduari langa dem; tapi pagin pemetehku e jadi kuh dingen serta me, bali ras pemeteh Dibata kerna aku kuh dingen serta kap.
13:13 Dage lit telu si tetap arus idalanken, e me: erkiniteken man Tuhan, erpengarapen man Dibata, erkeleng ate man kalak si deban, janah si pentingna i bas si telu e, e me engkelengi kalak si deban.

Rasanya semua orang tentu menginginkan kehidupan yang penuh damai. Tidak ada peperangan, tidak ada kerusuhan, tidak ada kekerasan, kejahatan dan perselisihan. Bayangkan betapa indahnya jika semua manusia hidup berdampingan secara harmonis. Tidak ada yang mengedepankan perbedaan tapi mencari persatuan di atas keragaman. Apakah mungkin kita mencapai dunia yang damai jika kita yang hidup di dalamnya tidak pernah bisa belajar berdamai? Apakah memang Tuhan menciptakan manusia berbedabeda karakter, sifat dan sebagainya dengan tujuan agar kita hidup bermusuhan? Tentu tidak. Tuhan tidak hanya penuh kasih, tapi Dia adalah kasih itu sendiri. (1 Yoh 4:16). Jika demikian, tentu tidak ada alasan apapun bagi kita untuk menciptakan berbagai bentuk permusuhan di muka bumi ini.

Paulus ingin terus membangun jemaat Korintus yang memang sudah kaya dalam pengetahuan serta memiliki karunia-karunia rohani (1Kor. 4:7), namun belum sempurna, dan itulah sebabnya Paulus mendorong mereka untuk mengusahakannya (11). Jemaat Korintus menantikan kedatangan Paulus yang ketiga kalinya, namun Paulus tidak menyatakannya, saja iman dan pengharapan jemaat tetap kuat dan bersungguh- sungguh dalam menyambut kedatangan Kristus kembali. Itulah sebabnya jika melihat penciptaan yang dikerjakan oleh Tuhan, “menurut gambar dan rupa Allah” tujuannya adalah supaya kita menjadi “mitra Allah”, dan melibatkan manusia untuk memelihara ciptaan-Nya (Kej 1: 26). Dalam rangka kesatuan itulah, Paulus ingin menekankan bahwa bagaimana kita dapat hadir sebagai umat yang telah ditebus dan diselamatkan, dan sebagai mitra Allah dalam satu misi yaitu menghadirkan kasih dan damai sejahtera dalam kehidupan ini. Dalam memupuk kesatuan itulah, Paulus memberikan nasehat untuk menyatakan misi itu, yakni:

  • Tetap bersukacita karena kuasa Allah hadir dalam hidup jemaat. (bnd. 2 Kor. 13: 4-5)
  • Mengusahakan diri supaya sempurna (memberikan diri untuk diatur/ dituntun oleh Firman Tuhan
  • Hidup sehati sepikir dalam kasih dan damai sejahtera Allah. (Tema)

Orang yang hidup Bersama dan percaya kepada Allah, akan menampakkan karakter dan kesakian imannya yaitu: Allah yang penuh dengan kasih dan Allah yang penuh dengan damai sejahtera. Tentunya sebagai mitra Allah, kita tidak hanya sekedar penerima kasih Tuhan, namun juga menyatakan kasih Tuhan. (Invocasio). Biarlah melalui persekutuan yang sehati sepikir, maka kehidupan yang penuh kasih dan damai sejahtera menjadi nyata dalam kehidupan jemaat setiap hari.

Jika kita menyatakan iman bahwa Allah ada dalam kehidupan kita, maka seharusnya tau dan sadar apa yang harus diperbuat bagi sesama, yakni menciptakan kasih sayang dan perdamaian. Tetapi apabila masih ada orang percaya menerapkan permusuhan terhadap orang lain, tentunya perdamaian tidak akan tercipta. Itulah sebabnya nabi Yesaya memperingatkannya Raja Hiskia agar tetap rendah hati, sebab Tuhan menghendaki hidup Raja dan umatnya dalam keadaan damai dan tetap percaya kepada Tuhan. (Bacaan). Sebagai anak-anak terang, hendaklah kita mulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu untuk menerapkan bentuk kasih yang penuh damai dengan orang-orang disekitar kita. Hanya dengan demikian kita bisa menunjukkan bentuk kasih seperti yang diajarkan Kristus secara nyata kepada sesama, dan hanya demikian kita bisa turut serta untuk memperbaiki dunia yang carut marut kondisinya agar bisa menjadi tempat yang lebih baik untuk kita tinggali. Kebenaran terus dikumandangkan dalam berbagai cara dan bentuk, yang berdasar kepada karya penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus yang berfokus pada: berdamainya antara Allah dengan manusia. Maka sudah seharusnya damai tersebut terwujudnyatakan dalam relasi kehidupan dengan sesama.
Renungan: Hiduplah damai seorang akan yang lain. Saling mengampunilah karena kita sudah diampuni. Maka Runtuhkanlah tembok permusuhan dan ulurkan persahabatan dengan semua orang, maka cinta kasih Allah terus hidup dan mengalir dalam kehidupan ini.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 05 September 2021