PA PERMATA 25 September 2021

Emosi Yang Dikuduskan

Pastoral (Mengelola Emosi)

Yeremia 20: 7 – 12
Keluh kesah Yeremia akibat tekanan jabatannya

20:7 Engkau telah membujuk aku, ya TUHAN, dan aku telah membiarkan diriku dibujuk; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku.
20:8 Sebab setiap kali aku berbicara, terpaksa aku berteriak, terpaksa berseru: “Kelaliman! Aniaya!” Sebab firman TUHAN telah menjadi cela dan cemooh bagiku, sepanjang hari.
20:9 Tetapi apabila aku berpikir: “Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya”, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.
20:10 Aku telah mendengar bisikan banyak orang: “Kegentaran datang dari segala jurusan! Adukanlah dia! Kita mau mengadukan dia!” Semua orang sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung jatuh: “Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan dapat melakukan pembalasan kita terhadap dia!”
20:11 Tetapi TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan!
20:12 Ya TUHAN semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.

Jeremia ngadu man TUHAN

20:7 O TUHAN, enggo itipuNdu aku, e maka tertipu aku. Gegehen kap Kam asangken aku e maka enggo italukenNdu aku. Kerina kalak nokoh-nokohi aku, gedang-gedang wari iuru-uruna aku.
20:8 Tep-tep ngerana, terpaksa aku serko ningku, “Kerina sigegeh gegeh, kerina ikernepken!” O TUHAN, erkiteken nehken kataNdu, gedang-gedang wari aku iuru-uru ras igombangi kalak.
20:9 Tapi tupung kukataken, “Kulupakenlah TUHAN, lanai aku ngerana i bas gelar TUHAN,” e maka kataNdu desken api, si gurlah i bas pusuhku. Ngutkut i bas tulanku. Kucubaken sinik, tapi la tersinikken aku.
20:10 Kubegi kerina kalak kusik-kusik, “Arah ja pa pe kebiaren! Ota siaduken ia man si erkuasa!” Temanku si ndeher kal pe itimaina pergulingku nina, “Entah mawen banci ia sitipu jenari sitangkap lako erbalas man bana.”
20:11 Tapi, O TUHAN, Kam kap ras aku. Kam kap gegehku, Kam kap si mbisangku. Kerina kalak si ngayak-ngayak aku la banci la guling. Lalap pagi mela iakapna. Perban la ia ngasup ngeligas aku, mela iakapna; rasa lalap la terlupakenca.
20:12 O TUHAN si Mada Kuasa, Kam kap si nguji kalak alu bujur. IetehNdu kai si lit i bas pusuh ras ukurna. E maka bahan maka kuidah Kam erbalas nandangi imbang-imbangKu, sabap enggo kuendesken perkarangku ku bas tanNdu.

Agar PERMATA GBKP:

  1. Memahami nasihat Pengkotbah bagi orang muda berdasarkan nas
  2. Menikmati hidup dengan tidak menyia-nyiakan masa muda

Metode: Sharing

I. PENDAHULUAN

Pergumulan batin Yeremia menunjukkan kekontrasan dengan kondisi Pasyur. Di sini kita mendapatkan sebuah gambaran bagaimana rasanya menjadi seorang yang dekat dengan Tuhan. Yeremia menunjukkan risiko yang dihadapi oleh orang yang hidup dengan Tuhan, yaitu penuh dengan pergolakan emosi. Namun, dalam kondisi yang demikian, Yeremia tetap mampu menjaga kekudusannya di dalam dan dengan Tuhan. Dalam bahan PA kali ini, kita akan belajar dari pengalaman Yeremia.

II. ISI

Pada teks ini diperlihatkan pengakuan Yeremia bahwa ia tak kuasa menolak panggilan Tuhan. Panggilan itu begitu kuat dan tak terbantahkan, sehingga ia tak bisa berbuat yang lain. Bahkan kalaupun ia mendiamkan dan membendung panggilan Tuhan di dalam dirinya, namun panggilan ini tetap membawa Yeremia menghadapi kesulitan dan penderitaan. Orang orang Israel menertawakan dan mengolok-oloknya. Yeremia mengakui hal ini dan berkata: “Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku. Sebab setiap kali aku berbicara, terpaksa aku berteriak, terpaksa aku berseru: ‘Kelaliman! Aniaya!’ Sebab firman Tuhan telah menjadi cela dan cemooh bagiku, sepanjang hari”

Yeremia bahkan disiksa dan ditawan bagaikan pencuri. Ada kalanya Yeremia merasa tidak sanggup lagi untuk bertahan. Orang-orang yang melawannya terlalu berani dan kuat. Dia mengeluh dan menumpahkan segala perasaannya kepada Tuhan. Keadaan pahit membuat Yeremia meragukan panggilannya. La menuduh Tuhan memaksanya masuk dalam situasi seperti itu (ay.7) karena telah melakukan tugasnya namun ditentang banyak orang. Yeremia ingin hidup damai dan tenang sehingga ia berpikir untuk meninggalkan tugasnya dan pergi ke suatu tempat yang aman. Tetapi hal ini tidak mungkin dilakukannya.

Yeremia berkata: “Apabila aku tidak mengingat Dia, dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api vang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku, aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup” (ay. 9). Yeremia menerima “tekanan” dari dua arah. Pertama, Tuhan menghendaki Dia bernubuat bagi bangsa Israel. Kedua, orang-orang sebangsanya melawan dia bahkan menyuruhnya untuk tutup mulut. Namun, di tengah pergumulan hidup yang berat, Yeremia melihat bahwa Tuhan sebenarnya tetap ada menyertainya. Di dalam kelaliman bangsa Israel, Tuhan tetap berkarya dan menunjukan kasih-Nya.

III. APLIKASI

Oleh karena emosi yang tidak terkendalikan, sering muncul kekeliruan atau masalah dalam kehidupan manusia. Kita tahu mana yang benar dan yang salah, namun ketika kita tak mampu membendung emosi yang\ muncul, kerap membuat kita salah arah. Dari pengalaman Yeremia, kita bisa melihat bagaimana Yeremia bertahan dalam penderitan, hujatan, tekanan yang mengakibatkan depresi. Namun, Yeremia berusaha dan kemudian berhasil mengelola emosinya di dalam Tuhan.

Dalam pelayanan yang dikerjakan oleh PERMATA GBKP, kita juga sering menghadapi sebagaimana vang dialami oleh Yeremia. Dalam menghadapi berbagai hal tersebut, PERMATA GBKP dapat menjadi marah yang kemudian berujung pada pertengkaran. Lama-lama kelamaan, situasi tak nyaman tersebut menjadi alasan untuk meninggalkan pelayanan. Namun, melalui apa pengalaman Yeremia yang membangun relasi dengan Tuhan dalam kondisinya yang rapuh, kita juga dapat melakukan hal tersebut, yaitu berkeluh kesah dan menyampaikan apa yang ada dalam hatinya. Tetap berkomunikasi dan membangun relasi dengan Tuhan sehingga mampu untuk menghadapi setiap kesulitan yang ada.

IV. SHARING

  1. Utarakanlah bagaimana Perasaan PERMATA GBKP ketika sudah melayani Tuhan, tetapi banyak tekanan yang dihadapi baik dari keluarga atau pun orang orang sekitar kita.
  2. Utarakanlah apa yang membuat PERMATA GBKP tetap bertahan dalam pergumulan pelayanan.

V. USULAN LAGU

  1. Allah Peduli
  2. KEE. 371 – “Ku Kam Me Aku Reh Cicio o Tuhan”
  3. Seperti Pelangi Sehabis Hujan

Dikba Foneru Barus, M.Th