Menabur Prestasi
(Ulang Tahun PERMATA GBKP Ke-73)
Pengkhotbah 11: 6
Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik
Matius 25: 14 – 30
Perumpamaan tentang talenta25:14 “Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
25:15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
25:16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
25:17 Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.
25:18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
25:19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.
25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.
25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
25:22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
25:24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
25:25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!
25:26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?
25:27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.
25:28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.
25:29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
25:30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”
Agar PERMATA GBKP:
- Mengetahui bahwa Tuhan memberi talenta dan harus mengembangkannya untuk kemuliaan Tuhan.
- Tetap berkreasi dan menabur prestasi (berprestasi) di segala kondisi.
Metode: Sharing
I. PENDAHULUAN
Memiliki pencapaian yang gemilang dan dikenal sebagai pemenang tentu sangatlah menyenangkan. Keinginan untuk menjadi yang terbaik dalam sebuah kompetisi adalah tujuan seseorang mengikuti setiap kompetisi tersebut. Bahkan, selebrasi kemenangan dirayakan secara besar-besaran untuk menunjukkan sukacita, dan ucapan selamat sebagai seorang yang berprestasi didengar sepanjang selebrasi. Namun, selalu hanya ada satu tempat bagi pemenang, selebihnya adalah mereka yang memperoleh hasil yang tidak lebih baik dari pemenang tersebut. Bagaimana jika ternyata tidak keluar sebagai nomor urut pertama? Apakah kita tidak berprestasi dan upaya kita percuma? Kerap kali pemahaman yang seperti ini menjadi sebuah kultur yang melekat dan mengubah pola pikir.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan. Tidak berfokus kepada apakah ada orang lain yang memperoleh nilai yang lebih jelek. Fokusnya pada pencapaian yang diperoleh orang berprestasi tersebut keberadaan kompetitor selalu saja ada, baik orang lain maupun diri kita sendiri. Dengan demikian, sebelum membahas lebih jauh mengenai nas dan prestasi, perlulah kita menyepakati bahwa prestasi bukan hanya ketika kita dapat memperoleh nilai yang lebih baik dari orang lain tetapi lebih dari itu adalah ketika kita mampu memiliki nilai yang lebih baik atas diri kita sendiri sebelumnya. Mengapa? Karena kita bisa saja memenangkan kompetisi namun tidak menemui diri kita semakin baik pasca kompetisi tersebut.
II. ISI
Memaksimalkan potensi yang dimiliki. Mengingat sebuah tayangan obrolan pada kanal Youtube PERMATA GBKP tahun 2020 di mana pada saat itu, seorang atlet basket nasional bernama Ronaldo Sitepu pernah mengalami cedera yang memaksanya untuk berhenti bermain basket sampai kondisinya benar-benar pulih. Katanya dalam obrolan tersebut, bagi seorang atlet tidak diturunkan sebagai pemain oleh karena cedera adalah sebuah keterpurukan. Sehingga, perlulah baginya untuk segera pulih dan dapat bermain. Sepertinya mudah, seorang Ronaldo Sitepu hanya perlu mengikuti anjuran tim medis yang merawat sehingga segera pulih. Tapi ternyata, tidak semudah itu karena ada proses di dalamnya. Ujian ketekunan menjadi tantangan yang juga hadir. Mampu mengelola setiap omongan orang di luar dirinya yang memiliki kesimpulan sendiri terhadap apa yang terjadi. Tidak jarang ada sebuah lontaran ucapan yang mengatakan, “karirnya sudah berakhir sebelum ia sendiri yang memutuskannya untuk berakhir”. Ini yang perlu dikelola dengan baik sehingga fokus terhadap pencapaian tidak berubah. Jika dalam kondisi Ronaldo Sitepu kita melihat bahwa kesempurnaan fisik ada padanya dan menjadikan seorang atlet berprestasi, pertanyaan kemudian muncul, bagaimana dengan ketidaksempurnaan fisik yang dimiliki? Apakah masih bisa berprestasi? Banyak kidung yang kita nyanyikan pada ritus-ritus ibadah sampai saat ini adalah sebuah karya dari orang-orang yang secara fisik tidak sempurna. Ada yang tuna netra, ada yang tuna daksa dan ketidaksempurnaan lainnya. Bagi orang-orang pikir mereka bukanlah tepat untuk menyalahkan keadaan. Memahami bahwa Allah sangat kreatif dalam berkarya dan memakai seluruh ciptaanNya untuk menyatakan kuasaNya. Mereka mampu memaksimalkan potensi yang diberikan kepadanya.
Bacaan Alkitab kita dari Matius 25: 14 – 30, merupakan sebuah perumpamaan yang disampaikan Yesus dengan 3 (tiga) tokoh hamba yang dipercayakan oleh tuannya untuk mengelola talenta. Jumlah talentanya bervariasi, ada yang mendapat 5 (lima), 2 (dua) dan 1 (satu). Melalui perumpamaan ini, kita dapat melihat bahwa 2 (dua) orang hamba dapat melipat-gandakan talenta yang dipercayakan padanya. Sementara, hamba yang lain tidak dapat melipatgandakannya. Kita melihat, kedua hamba yang melipat-gandakan talenta tersebut melakukan usaha dengan adanya kata kerja “menjalankan”. Berarti, hamba tersebut melakukan sebuah tindakan dan bisa saja berisiko merugi. Tetapi, keyakinannya untuk mampu melipat-gandakan talenta tersebut justru mendorong dirinya untuk bergerak. Dengan bangga, ketika sang tuan pulang kedua hamba berprestasi ini menunjukkan hasilnya dan beroleh kebahagiaan bersama dengan tuannya.
Hamba ketiga juga melakukan sesuatu dengan adanya kata kerja “menyembunyikan”, namun ia tidak beroleh kebahagiaan bersama dengan tuannya oleh karena melakukan hal tersebut. Bahkan, ia dianggap sebagai hamba yang jahat dan malas. Hamba ketiga tidak berani berupaya agar apa yang ada padanya mengalami pertumbuhan. Dari perumpamaan ini, kita dapat memahami bahwa sang tuan tidak berfokus pada jumlah hasil yang didapat. Fokus sang tuan ada pada tindakan apa yang diperbuat oleh hamba-hambanya ketika dipercayakan talenta. Yang 5 (lima) dan 2 (dua) memiliki hasil yang berbeda namun mendapat kebahagiaan bersama dengan tuannya. Besaran yang sama antara modal dan keuntungan dapat saja kita anggap sebagai upaya memaksimalkan potensi yang ada pada diri hamba berprestasi tersebut.
Jika nas Matius hari ini mengajarkan kita untuk mampu memaksimalkan potensi, maka Pengkhotbah 11 : 6 mengajarkan kita untuk melakukan “The best version of us”. Artinya, kita perlu untuk selalu melakukan yang terbaik sehingga versi diri yang kita tampilkan selalu yang terbaik pula. Dalam buku “Merayakan Hidup” yang merupakan buah pikir Pdt. Eka Darmaputera, ayat ini menjelaskan bagaimana cara kerja Allah. Allah hanya menolong orang yang menolong dirinya sendiri. Apakah maksudnya? Jika, kita tidak cukup berupaya untuk memperoleh prestasi, maka Allah pun tidak melihat upaya sebaik-baiknya dari kita. Sehingga baik, bagian kitab Pengkhotbah ataupun Matius yang kita baca hari ini keduanya ingin mengatakan “Berprestasilah!” Keduanya juga mengatakan berikanlah yang terbaik dari diri kita sehingga kita dapat melipatgandakan talenta yang ada pada diri kita. Namun, jika sampai saat ini kita masih bingung dengan talenta apa yang dipercayakan Tuhan pada kita, sebaiknya kita merenung, melihat hal-hal apa yang kita kerjakan dengan hasrat yang tinggi dan mempersilahkan Allah berbicara dengan cara-caraNya yang kreatif.
III. APLIKASI
Bagaimana caranya agar kita mampu semakin sering berprestasi dan menaburkannya di tempat di mana kita diutus Allah? Prestasi dapat kita hasilkan dengan ketekunan dan kerja keras. Melalui suara yang merdu, kepiawaian dalam mencipta harmoni nada, buah pikir yang cemerlang, sentuhan yang melipur lara, kemampuan berkomunikasi, keahlian dalam pengelolaan teknologi informasi, hingga diri yang selalu mau dipakai untuk mengerjakan bagian-bagian yang dianggap tidak mulia adalah cara kita untuk berprestasi. Apa yang kita tabur adalah penghayatan yang kita miliki. Ketika kita menabur prestasi, maka kita juga akan semakin terbiasa untuk menampilkan “The best version of us”. Orang yang berprestasi adalah orang yang bermanfaat bagi seluruh ciptaan Allah.
IV. SHARING
- Bentuklah kelompok kecil yang hanya terdiri dari 3-4 orang
- Setiap anggota menyebutkan hal apa yang disenangi untuk dilakukan dan bermanfaat bagi orang lain.
- Setiap anggota menanggapi secara positif anggota lainnya terkait nomor 2 dengan menyampaikan apa yang dapat dilakukan rekan satu kelompoknya tersebut untuk berprestasi dari hal yang ia senangi.
V. USULAN LAGU
- KEE. 255 – “Talenta”
- KJ. 424 – “Yesus Menginginkan Daku”
- Bagaikan Bejana Siap Dibentuk
INI BAGIANMU, KERJAKANLAH SEBAIK-BAIKNYA. KAU DAPAT MELIHAT ORANG SUKSES (BERPRESTASI) KARENA DIA MENGERJAKAN BAGIANNYA DENGAN SEBAIK-BAIKNYA.
-MAP, 09 Juli 2018-
Micael Andepa Pinem, S. Sos
Ketua Umum Pengurus Pusat PERMATA GBKP