Renungan dan Ibadah Minggu, 08 Agustus 2021

“Bersekutu, Bersaksi dan Melayani”

Nehemia 8: 1 – 12

8:1 (8-2) maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel.
8:2 (8-3) Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti.
8:3 (8-4) Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu.
8:4 (8-5) Ezra, ahli kitab itu, berdiri di atas mimbar kayu yang dibuat untuk peristiwa itu. Di sisinya sebelah kanan berdiri Matica, Sema, Anaya, Uria, Hilkia dan Maaseya, sedang di sebelah kiri berdiri Pedaya, Misael, Malkia, Hasum, Hasbadana, Zakharia dan Mesulam.
8:5 (8-6) Ezra membuka kitab itu di depan mata seluruh umat, karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang itu. Pada waktu ia membuka kitab itu semua orang bangkit berdiri.
8:6 (8-7) Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: “Amin, amin!”, sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah.
8:7 (8-8) Juga Yesua, Bani, Serebya, Yamin, Akub, Sabetai, Hodia, Maaseya, Kelita, Azarya, Yozabad, Hanan, Pelaya, yang adalah orang-orang Lewi, mengajarkan Taurat itu kepada orang-orang itu, sementara orang-orang itu berdiri di tempatnya.
8:8 (8-9) Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti.
8:9 (8-10) Lalu Nehemia, yakni kepala daerah itu, dan imam Ezra, ahli kitab itu, dan orang-orang Lewi yang mengajar orang-orang itu, berkata kepada mereka semuanya: “Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!”, karena semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu.
8:10 (8-11) Lalu berkatalah ia kepada mereka: “Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!”
8:11 (8-12) Juga orang-orang Lewi menyuruh semua orang itu supaya diam dengan kata-kata: “Tenanglah! Hari ini adalah kudus. Jangan kamu bersusah hati!” 8:12 (8-13) Maka pergilah semua orang itu untuk makan dan minum, untuk membagi-bagi makanan dan berpesta ria, karena mereka mengerti segala firman yang diberitahukan kepada mereka.

Masih banyak orang Kristen yang masih menganggap bahwa menghadiri sebuah kebaktian tak ada bedanya dengan menghadiri sebuah pertunjukan musik. Yang menjadi pusat perhatian adalah si pemimpin pujian dan tim musiknya. Apabila mereka tampil kurang maksimal dalam melayani, maka pasti banyak penonton yang kecewa, tidak puas, tidak terhibur, serta mengkritiknya habis-habisnya. Jika hal sama juga terjadi dalam ibadah maka suasana hati para jemaat berubah: tidak lagi antusias, ogah-obahan dalam memuji Tuhan, mendengarkan firman pun sambil lalu. Pertanyaan: Inikah sikap ibadah yang benar? Ingatlah fokus utama dalam beribadah adalah Tuhan, bukan manusia, karena itulah maka sebelum ibadah kita Bersama-sama harus menyiapkan diri kita, persekutuan, dan semua pelayan yang terlibat melayani agar semuanya dapat tetap fokus pada tujuan Tuhan adalah kemuliaan bagi namaNya.

Setelah kembali dari pembuangan Babil bangsa Israel memiliki kerinduan yang besar untuk bertemu dengan Tuhan. Karena itulah Esra dan Nehemia memanggil mereka untuk berkumpul dan beribadah bukan karena memperingati hari raya tertentu, tapi karena kerinduan yang besar untuk bertemu dengan Tuhan. tembok Yerusalem sudah berdiri megah, semua penduduk Israel, serta bekerja dan melayani di Yerusalem pun sudah terdata. Sekarang waktunya membangun kembali ibadah yang sempat hilang dan luntur dari kehidupan umat akibat penjajahan masa lampau, itulah sebabnya Nehemia merangkul Ezra, sang ahli kitab untuk membimbing umat Tuhan ke dalam firman Tuhan agar umatNya tetap hidup dan mengenal Hukum Taurat dengan benar. Dalam ibadah itu, semua umatnya (besar kecil, Jahudi dan bukan Jahudi) =Invocasio, dengan tekun mendengarkan pembacaan itu, walaupun hampir setengah hari.

Ibadah dimulai dengan penyembahan kepada Allah: jemaat berdiri ketika kitab dibuka, Ezra memuji Allah, jemaat mengangkat tangan lalu bersujud. Pujian itu dilanjutkan dengan usaha kognitif: berbagai orang Lewi datang kepada orang-orang di tempatnya, untuk dibaca ulang dan menjelaskannya. Membaca dan mempelajari Taurat tidak saja menimbulkan rasa haru tetapi membuat mereka menangis karena sadar betapa hidupnya jauh dari kebenaran firman Tuhan. Israel menjadi berdukacita karena mendengar teguran keras dalam Taurat, Atas dasar penyesalan dan pertobatan itu mereka mendapatkan belas kasih dan pengampunan Tuhan untuk menguduskan dan memperbarui kembali hidupnya. Sebagai wujud ketaatan akan firman-Nya, mereka pun merayakan hari Pondok Daun sebagai ucapan syukur atas kebaikan Tuhan pada masa lampau. Nehemia kemudian menyarankan agar tidak lagi dalam berdukacita, yakni dengan mengundang mereka semuanya dalam acara makan, minum dan membagikan hal-hal yang enak dan baik, karena hari ini adalah hari itu kudus. Makan dan minum bersama bukan hal yang asing dalam PL (2 Sam 6:19), dan menjadi salah satu gambaran tentang Yesus atas persekutuan dengan umat-Nya dalam dunia baru (Luk 13:29). (Bacaan) Makanya, Israel berpuasa ketika mau mengaku dosa, dan berpesta ria ketika mau bersukacita karena Tuhan. Karena itulah Nehemia berkata: Janganlah kamu bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu.

Ibadah yang benar mengarahkan kita untuk memiliki sukacita sejati dari firman Tuhan, dan membukakan mata hati untuk dapat melihat betapa besarnya Tuhan memberkati kita. Ibadah sejati akan membuat orang-orang terhibur dan mampu bersyukur karena firmanNya, sehingga dapat menghadirkan suasana kehidupan yang baru, yakni kehidupan yang penuh sukacita. Sukacita tersebut harus disertai komitmen dan tindakan yang baru, artinya kita bertumbuh dalam persekutuan, berakar dalam kesaksian serta dibangun menjadi jembatan kasih dalam berbagai pelayanan. (Tema) Karena itu, semua ajaran yang diwariskan kepada kita tidak saja menjadi pedoman menuju hidup yang baru tetapi bertumbuh dab berbuah dalam perbuatan, sehingga kita dapat menjadi terang dan garam Allah bagi dunia.
Renungan: Masih adakah rasa haus bagi hati dan jiwa kita kepada Firman Tuhan setiap hari? Ingatlah hanya Bersama Tuhanlah kita mampu menjalani dan melewati hari-hari hidup kita dengan penuh kemenangan.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 08 Agustus 2021