Renungan dan Ibadah Minggu, 01 Agustus 2021

“Tanggung Jawab Terhadap Rumah Tuhan”

Matius 17: 24 – 27
Yesus membayar bea untuk Bait Allah

17:24 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: “Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?”
17:25 Jawabnya: “Memang membayar.” Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: “Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?”
17:26 Jawab Petrus: “Dari orang asing!” Maka kata Yesus kepadanya: “Jadi bebaslah rakyatnya.
17:27 Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga.”

Jesus nggalari yuren Rumah Pertoton

17:24 Kenca seh Jesus ras ajar-ajarNa i Kapernaum reh si ngutip yuren Rumah Pertoton njumpai Petrus. Nina man Petrus, “Gurundu nggalari yuren Rumah Pertoton ntah lang?”
17:25 Erjabap Petrus, “Nggalar.” Kenca Petrus mulih, Jesus leben mperkuanken ia nina, “O Simon, kuga nge iakapndu? I bas ise nari nge raja-raja doni enda ngutip yuren ntah pajak? I bas rayatna nari ntah i bas kalak si deban nari?”
17:26 Ngaloi Petrus, “I bas kalak si deban nari.” E maka nina Jesus, “Adi bage, rayatna la nggalar.
17:27 Tapi gelah ola tondel ukur kalak e erkiteken kita, to lawes ku dano ngkawil. Apai nurung si pemena itangkapndu, uak babahna. I bas babahna idatndu kari duit pirak cukup guna nggalari yurenKu ras yurenndu. Buat duit pirak e jenari galari yurenta.”

Iman yang benar bukan sekedar teori yang memenuhi alam pikiran dan pengetahuan kita, tetapi lebih kepada sebuah terobosan penerapan isi firman Tuhan dengan bijaksana, termasuk kemampuan dalam menerapkan iman dalam kehidupan secara bijaksana, dalam melaksanakan hak dan kewajiban sehari-hari. Dalam Yak 2:26: Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati. Berbicara tentang Hak dan Kewajiban, ini adalah dua hal yang sangat melekat dan kedua-duanya harus memiliki perhatian yang seimbang dalam menjalankannya. Sebab jika hak tanpa disertai dengan kewajiban itu adalah sebuah keserakahan, dan sebaliknya kewajiban tanpa disertai dengan hak itu adalah adalah kesewenang-wenangan. (Invocasio)

Pada masa Yesus ada kewajiban setiap warga negara harus membayar pajak atau bea untuk perawatan bait Allah sebesar dua dirham. Pada jaman pemerintah Romawi saat itu sedang menjajah tanah Palestina, mereka memungut pajak dari bangsa Yahudi. Para pemungut cukai atau pajak ditugaskan untuk memungut pajak untuk pemerintah Romawi. Nyatanya bila seorang raja memungut pajak dari suatu bangsa, ia pasti membebaskan keluarganya sendiri dari kewajiban itu. Pajak itu justru dipungut untuk menanggung biaya keluarga raja. Sekarang, pajak yang dipersoalkan disini adalah pajak bagi Bait Allah, yang adalah rumah Allah. Kita memahami bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Allah. Bukankah Ia pernah berkata ketika orang tua-Nya mencari-Nya di Yerusalem: “Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah BapaKu?” (Luk 2:49). Jadi bagaimana mungkin Anak wajib membayar pajak bagi rumah Bapa-Nya sendiri?

Bait Allah di Yerusalem membutuhkan biaya sangat besar untuk memeliharanya. Setiap hari pastinya ada kurban pagi hari dan sore hari yang masing-masing membutuhkan seekor anak domba berumur satu tahun. Disamping anak domba yang dipersembahkan, ada juga anggur, tepung dan minyak yang melengkapinya. Demikian juga dengan kemenyan yang dibakar setiap hari harus dibeli dan dipersiapkan. Jubah para imam yang mahal harus selalu diganti, dan jubah Imam Besar sendiri harganya senilai pakaian seorang raja, dan semuanya tetap membutuhkan dana (Bacaan.) Sebenarnya, Yesus secara pribadi tidak berkewajiban untuk membayar bea bagi rumah Allah. Tapi disinilah hal yang penting untuk kita simak, yakni dalam ayat 27 dijelaskan: “Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, artinya:

  1. Kita harus sadar dan taat bahwa kita adalah warga kerajaan Allah bukan kerajaan dunia tapi selama kita masih ada di dunia, Tuhan melengkapi kita untuk selalu menghormati aturan yang ada, tapi bukan tunduk.
  2. Kelengkapan yang diberikan seperti materi akan dipakai untuk menjalankan kehidupan agar kita dapat menjadi teladan dan menjadi pintu masuk orang mengenal Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat.

Yesus telah memberikan teladan yang sangat berharga dalam soal kewajiban atau tanggung jawab, dengan bersukacita Ia ikut ambil bagian dalam membayar pajak. (Tema) Ketika diperhadapkan pada kewajiban sebagai orang Yahudi, Yesus tidak mau menghindarinya atas kewajiban membayar pajak walaupun tidak tercantum dalam Hukum Taurat. Meskipun peraturan itu diciptakan oleh para pemimpin agama, tetapi Yesus tetap membayarnya karena tidak ingin menjadi batu sandungan bagi orang lain. Ia tidak menjadikan pertentangan dengan para pemimpin agama sebagai alasan untuk tidak menaati peraturan. Yesus telah memperlihatkan bahwa hak dan kewajiban adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Orang yang punya hak konsekuensinya dia juga harus punya kewajiban dan tanggung jawab. Semakin besar hak dituntut semestinya semakin besar pula kewajiban atau tanggung jawab yang diemban.
Renungan: Berbahagialah orang yang setia memberi persembahan untuk pembangunan Bait Allah dengan segenap jiwanya, karena merekalah yang telah mampu bersaksi bahwa Tuhan tetap melimpahkan kasih karunia-Nya sampai sekarang dengan berkecukupan kepada kita.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 01 Agustus 2021