Sermon PJJ Tgl 03 Juni 2021.

Nats:  1 Kor 10:23-33, Tema: Kemulian hanya bagi nama Tuhan.    

===================================================.

Korintus adalah sebuah kota modern yang berperadaban tinggi, sarat dengan berbagai ragam budaya, termasuk berbagai bentuk penyembahan berhala dan pemujaan disertai persembahan makanan bagi dewa-dewa. Kemerdekaan di dalam Kristus sering diartikan sebagai suatu kebebasan untuk melakukan apa saja tanpa mengindahkan aspek kemulian Tuhan. Paulus menegaskan bahwa kita memiliki kebebasan untuk melakukan segala sesuatu, tetapi  harus membangun dan berguna.   Pada waktu itu, setiap hari bagi para penyembah dewa memberi persembahan berupa daging binatang, maka sebagian dari binatang itu dibakar (diberikan kepada dewa), sebagian untuk orang yang membawa persembahan itu, dan sebagian lagi untuk imamnya. Karena orang yang memberi persembahan ada banyak sekali, jadi  tidak mungkin mereka habiskan, apalagi bagi para imam, lalu mereka banyak menjualnya di pasar daging. Karena itu, pada saat seseorang membeli daging di pasar, ada kemungkinan besar bahwa ia akan membeli daging yang sudah dipersembahkan kepada dewa/ berhala. Orang-orang Yahudi pada saat itu beranggapan bahwa daging  seperti itu tidak boleh dimakan karena sudah ada kandungan berhala di dalamnya. Inilah menjadi inti persoalan ditengah-tengah jemaat, maka Paulus berkata: yang membangun dan yang berguna. Berguna” (Yun. : Sumphero)= manfaatnya dapat dirasakan secara bersama-sama oleh semua pihak. Artinya Tuhan menghendaki kita menjadi alat pembebas yang efektif, bukan menjadi “alat peluka” yang efektif.   Jadi, hal ini merupakan suatu ajaran tentang penyangkalan diri / mati bagi diri sendiri, dan hidup bagi orang lain! Tuhan  menghendaki agar setiap perkataan atau tindakan yang dilakukan selain membangun diri kita, dan juga harus membangun orang lain.  Pertanyaan: Apakah yang kita lakukan itu memuliakan nama Tuhan atau tidak? Ayat 31: Jika engkau makan atau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Paulus mengingatkan bahwa apabila ada orang yang menjadi tersandung oleh karena apa yang kita makan atau minum, maka baiklah kita tidak memakan atau meminumnya.    

Tema: Kemulian hanya bagi nama Tuhan.    

Wujud daripada budaya itu sendiri dapat dinyatakan dalam adat istiadat, Iptek dan IT. Unsur dari adat istiadat ini juga direalisasikan melalui seni, kepercayaan, tatanan social, tata cara hidup, rumah adat dsb. Oleh karena itu, sebagai gereja maka:

1. Konvesi GBKP tentang budaya: melestarikan dan sekaligus memfilter agar budaya dapat menerangi dan mampu membawa kesejahteraan bagi hidup orang banyak. Dalam rangka sie me maka kerina tatanan adat istiadat yang hadir dalam kehidupan selalu diterangi oleh Firman Tuhan melalui ibadah-ibadah.Seperti nengget, nuju bulan, sehingga bermuara kepada ketaatan terhadap Firman Tuhan. Dengan demikian dalam menjalankan tatanan adat istiadat tidak lagi mencerminkan kiniteken sindekah, tapi mampu menjadi terang dan terus memuliakan Allah ditengah-tengah dunia. (Transformasi).

2.  Sekarang kita diperhadapkan dengan Budaya Modern:  Semuanya serba instan, tiktok, teknologi, IT, ZOOM, dan HP. Oleh karena itu kita harus peka terhadap keadaan, dan cepat tanggap terhadap perkembangan yang terjadi agar Gereja dapat hadir dan menyapa dalam gerakan iman seperti: ber-diakonia, yang mengarah keluar dari diri kita agar mampu bersaksi bagi nilai-nilai budaya itu sendiri yakni membangun kerja sama dan menanamkan nilai gotong royong. Itulah sebabnya kita harus terus belajar agar mampu hidup melalui tatanan hidup yang benar dalam mengasihi Allah dan mengasihi sesama, dan apapun yang kita lakukan tetap tujuannya adalah memuliakan Tuhan. Maka hiduplah dalam budaya yang diperlengkapi oleh Firman Tuhan, maka berita injil tetap bekerja untuk mensejahterakan dan menyelamatkan banyak orang.