Renungan dan Ibadah Minggu, 16 Mei 2021

“Berbahagialah Orang yang Hidup Dalam Kebenaran”

Mazmur 1: 1 – 6
Jalan orang benar dan jalan orang fasik

1:1 Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
1:2 tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
1:3 Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
1:4 Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.
1:5 Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar;
1:6 sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.

Mazmur ini adalah suatu pengajaran bagi kita seperti menggunakan media cermin untuk melihat dan menampilkan diri kita. Artinya, seperti apakah diri kita ketika diperhadapkan dengan Firman Tuhan. akan terlihat seperti apa dan bagaimana kita menempatkan diri saat ini, dan apakah kita benar -benar orang berbahagia? Jalan seperti apa yang sedang kita tempuh, dan
kemana arah yang kita tuju? Kita sedang duduk di mana? berdiri di mana? Kita dapat memperoleh kebahagiaan yang sejati dan dapat menikmatinya sepanjang masa, yakni jika kita menjadikan Allah sebagai harta yang berharga satu-satunya. (Tema).

Orang benar dan orang fasik adalah sama-sama berdosa, namun orang benar mengenal dirinya sebagai orang berdosa, sehingga dia memerlukan keselamatan dari Tuhan, dia membutuhkan tuntunan Tuhan. Dapat kita ibaratkan dengan orang yang sedang sakit, jika dia sadar sedang sakit, dia pun akan mencari obat untuk kesembuhannya, namun orang fasik itu seperti orang sakit yang merasa sehat, dia menutupi dan menyimpan penyakitnya. Tidak ada orang fasik yang dapat bertahan saat murka Allah datang, (Maz 76:8), dan mereka akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, sebab perkumpulannya selalu dalam persekutuan orang-orang jahat. Karena itu dikatakan bahwa mereka seperti sekam yang ditiupkan angin (ay3). Ini suatu gambaran berbagai kekuatan yang tidak mereka lihat yang akan menghancurkan perjalanan hidupnya. Mereka terlepas dari kasih karunia Allah dan berada di bawah penghukuman Allah (Ef. 2:2), mengikuti jalan dunia, mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sedang bekerja diantara orang-orang yang durhaka. Tetapi jalan hidup orang benar, kesukaannya adalah Taurat Tuhan, dia membutuhkan tuntunan Tuhan, dia tidak bisa hidup tanpa Firman Tuhan. Ia suka membaca, rindu mendengar, merenungkan, dan mempercayai serta melakukan Firman Tuhan. Mazmur ini memberikan suatu kekuatan “berbahagialah….” Jika kita hidup di jalan orang yang benar. Diibaratkan seperti pohon yang di tanam di tepi aliran air, berbuah pada musimnya, daunnya tidak layu dan akan berhasil. Artinya, bahwa Firman Tuhan yang kita serap masuk dalam diri kita adalah sumber kehidupan, sumber kekuatan, sumber kebahagiaan dan sumber keberhasilan. Sebab firman Tuhan yang kita baca, dengarkan, renungkan, percayai dan yang kita lakukan itu pasti akan berhasil, Rasul Paulus berkata dalam Roma 9: 6 “Akan tetapi firman Allah tidak mungkin gagal”.Orang benar selalu menerima sumber hidupnya yang tidak habis habisnya jikalau kita tinggal di dalam Tuhan. (Joh 15:8). Apa yang diperbuatnya berhasil bukan berarti tidak pernah akan mempunyai masalah atau kegagalan, tetapi terus-menerus mencari kehendak Allah supaya hidup menjadi berkat bagi semua orang. (Rm. 8:28).Itulah yang dinyatakan Invocasio: Agar kemuliaan Allah selalu nyata dalam semua tindakan kehidupan kita.

Hidup bahagia bukanlah hanya sebuah cerita atau teori semata, tetapi dialami, disaksikan, serta dapat didemonstrasikan. Allah menciptakan kita sesuai dengan gambar-Nya dan telah menanamkan di dalam hati hingga selalu rindu mengenal dan mengasihi Dia. Kebahagiaan sejati manusia hanya ada di dalam Tuhan, sehingga mampu menerima kehidupan ilahi yang dikurniakan Allah kepadanya sebagai sumber kebahagiaan sejati. Janganlah sia-siakan hidup yang Tuhan telah berikan kepada kita. Kita arahkan segala karunia yang telah kita terima, untuk mencapai kebahagiaan di dalam Tuhan. Di atas segalanya, marilah kita berusaha agar ‘gambaran Allah’ yang ada pada diri kita tidak dirusak oleh dosa dengan hidup cara hidup kudus. (Bacaan). Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran. (ayt. 19). Oleh kuasa Firman Tuhan akan bekerja mendatangkan kebaikan bagi kita sesuai dengan rencana dan kasih karunianya.
Renungan: Jika memiliki relasi yang benar dengan Tuhan, maka apapun yang kita alami, baik itu kekayaan ataupun kemiskinan, rumah tangga yang harmonis atau tidak, teman-teman yang baik atau jahat, usia muda maupun usia lanjut, sehat atau lagi bokek, semuanya itu tidak akan bisa merampas kebahagiaan yang kita miliki dalam Tuhan.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 16 Mei 2021